Max langsung menarik Sabrina keluar dari panti asuhan. Dia tidak suka melihat kedekatan Sabrina dengan wanita berambut putih. Max hanya merasa ada terjadi sesuatu hal buruk pada tunangannya jika berdekatan dengan wanita itu. Alasannya karena hanya satu keluarga yang memiliki rambut putih di kerajaan Octavain. Keluarga itu mendukung putra mahkota.
"Kenapa kamu tidak suka aku berdekatan dengan Anya? dia wanita yang baik." ucap Sabrina pada Max yang tidak berniat menjawabnya.
"Kita akan pergi kemana?"
"Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku?"
"HEY MAX JANGAN PURA-PURA TIDAK MENDENGAR."teriak Sabrina yang membuat ornag -orang berlalu larang di sekitarnya langsung melihat keduannya. Sedangkan Max hanya tersenyum tipis saja. Dia suka saat Sabrian kesal seperti saat ini.
"Alasan aku tidak ingin kamu dekat dengan wanita karena keluarganya mendukung putra mahkota. Jadi dia bisa saja putra mahkota memintanya untukmendekatimu dan mengawasimu. Jangan mendekati wanita itu meskipun dia terlihat baik." ucap Max yang menarik tangan tunangannya ke sebuah cafe yang terlihat sepi.
"kamu suka kudapan maniskan? aku sudah menyiapkan semuannya." ucap Max bersamaan pelayan datang membawa berbagai jenis kue yang dihias sangat cantik.
Sabrina sangat senang dengan kejutan tunangannya. Dia tidak pernah mendapatkan seperti ini. Tanpa sadar dia menitihkan air mata. Selama dia hidupnya, Sabrina hanya menghabiskan waktunya untuk bertahan hidup. setelah diberikan kesempatan kedua, Sabrina sibuk memikirkan memikirkan cara untuk menghindari kematian.
"Terima kasih Max, aku senang." ucap Sabrina dengan senyum lebar manis.
"Kalau kamu senang jangan menangis, aku tidak suka melihatnya." ucap Max yang menghampus air mata Sabrina. Entah kenapa dia sangat nyaman saat bersama denga tunangannya.
"Kamu bisa menikmati semuannya." ucap Max yang lebih memilih melihat wanita di depannya. Dia tidak ada niat untuk menyicip salah satu kue yang berada di depannya.
"Kamu tidak mencobanya, buka mulut aaaaaaaaaa." ucap Sabrina sambil menyodorkan satu sendok kue rasa coklat kesukaanya. Max sama sekali tidak menolaknya. Walaupun dia tidak suka makan manis. Tapi kalau disuapi oleh Sabrina semua makanan yang dirasakannya menjadi sangat enak dan cocok dengan lidahnya.
"Kamu suka?"tanya Sabrina yang dijawab dengan anggukkan kepala.
"Buka lagi mulutmu, aaaaaa." ucap Sabrina.
Pada akhirnay Sabrina menyuapi setiap jenis kue yang tersaja di hadapannya. sesekali dia suapkan kue ke dalam mulutnya. Keduannya sangat menikmati kegiatan itu. Rasanya ingin waktu berhenti agar mereka bisa menikmati setiap detiknya.
Setelah itu Max mengajak Sabrina ke sebuah pasar malam. Sangat ramai di datangi oleh para pasangan muda sepertinya dan Max. Keduannya mencoba beberapa wahana bermain. Hingga keduanya tidak sadar sudah menghabiskan waktu seharian bersama. Sungguh hari yang indah untuk keduannya.
Tanpa mereka berdua sadari, sejak mereka berada di toko kue. Ada seorang pria yang menatap tajam interaksi keduannya. Pria itu sangat marah saat tahu wanitanya pergi dengan pria lain. Walaupun dia tahu pria yang bersama Sabrina adalaha tunangannya. Tapi dia tidak terima itu semua.
Sedangkan wanita berambut putih tersenyum lebar melihat interaksi antara Max dan Sabrina dari sebuah cermin. Orang itu adalah Anya sang tokoh utama. Dia memiliki sihir bisa merubah cermin menjadi media untuk melihat hal yang terjadi di dunia ini.
"Aku berharap kamu bisa menyelamatkanku Sabrina. " ucap wanita berambut putih sambil menatap kedua orang yang ada di cermin besar di hadapannya.
Akhirnya Sabrina dan Max pulang saat tengah malam. Selama perjalanan Sabrina tidak berhenti tersenyum mengingat banyak kenangan indah yang dibuatnya. Hingga dia bisa merasakan hidupnya begitu berharga dan tidak ingin kematian mengambilnya.
Sabrina ingin Max tetap ada di sampingnya. Dia bahagia dengan keberadaan pria itu di sekitarnya. Tapi dia juga tidak bisa egois. Karena Max harusnya bersama sang tokoh utama wanita bukan dirinya.
"Sabrina, bisakah hubungan ini terus berlanjut? aku tidak ingin kamu pergi dariku." ucap Max yang entah sejak kapan sudah berpindah di sampingnya. Dia memegang kedua tangan wanita di depannya. Kedua mata mereka saling bertemu. Untuk kesekian kalinya Sabrina selalu terpesona dengan ketampanan Max. Rasannya seperti dalam mimpi bisa menjadi tunangan pria tampan dan baik seperti Max.
"Entahlah Max aku belum yakin, bisakah kita membicarakan ini setelah semua perjanjian kita selesai. Aku pasti akan membantumu menjadi putra mahkota." ucap Sabrina dengan senyuman tipis. Dia memilih untuk tidak menatap pria di depannya. Imannya tidak kuat jika berhadapan dengan pria tampans seperti Max.
"Aku tidak membutuhkan semua itu, aku hanya ingin kamu berada di sampingku saja. " ucap Max. Dia memang tidak berniat untuk menjadi raja kerajaan ini.
Alasan dia ingin menjatuhkan putra mahkota. Karena pria itu hanya akan membawa kerajaan octavain kedalam kehancuran. Max tidak akan membiarkan itu semua terjadi. Dia tidak ingin kerajaan yang dicintai ibunya harus hancur di tangan putra mahkota. Apalagi kakaknya itu tidak pernah memperdulikan rakyatnya. Dia hanya ingin menjadi seorang raja tanpa peduli apapun yang terjadi di kerajaan ini.
"Max aku tahu kamu ingin menjaga kerajaan ini karena ibumu memintannya. Karena itu kamu harus menjadi raja tidak ada lagi cara untuk melindungi kerajaan ini. Jangan biarkan putra mahkota menjadi raja selanjutnya. " ucap Sabrina.
Seperti dalam novel, Kerajaan Octavain akan hancur di tangan oleh putra mahkota. Setelah Derek menjabat menjadi raja. Tidak sampai disitu saja seluruh kerajaan ini akan berada di tangan kerajaan Helmunt. Hal itu membuat seluruh rakyat menderita akibat kebijakan kejam dari kerajaan musuhnya.
"Tapi aku ingin kamu selalu berada di sampingku Sabrina. Aku tidak membutuhkan orang lain lagi. Hanya kamu saja tidak ada wanita lain." ucap Max yang membuat Sabrina merasa sangat senang mendengarnya.
"Aku akan tetap berada di sampingmu hingga kamu menjadi raja." ucap Max sebelum wanita itu meninggalkan Max di dalam kereta sendiria. Sabrina tidak yakin bisa menahan dirinya lebih lama lagi. Dia masih harus mempertimbangkan banyak hal untuk benar-benar menerima perasaan pria itu. Walaupun perlahan-lahan dia mulai merasakan rasa nyaman yang mulai tumbuh. Perasaan yang tidak pernah dirasakannya saat bersama pria lain bahkan dengan putra mahkota.
"aku bingung antara harus bertahan atau pergi. Aku tidak ingin hidup di istana yang memiliki banyak peraturan. Aku tidak ingin keluargaku di masa depan mengalami kehancuran hanya untuk memperebutkan kekuasaan." gumam Sabrina yang sudah berada di dalma kamarnya.
Dia berjalan menuju sebuah lemari buku. Dia ambil sebuah buku dengan cover merah. Buku yang digunakannya untuk menulis semua rencana kaburnya. Sepertinya dia harus sabar menunggu hingga semua penjanjiannya berakhir. Saat itu Sabrina baru bisa pergi dari Max, putra mahkota dan Anya. Menikmati waktunya sendiri di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...