Sabrina menatap pria di depannya yang terlihat gugup. Tidak seperti biasanya seorang Max seperti ini. Entah apa yang ingin pria itu bicarakan padanya. Dia hanya bisa menunggu rahasia yang ingin pria itu katakan padanya. Sebenarnya Sabrina sedikit senang tunangannya berniat terbuka padanya. Dia hanya berharap rahasia itu tidak merusak hubungan ini.
"Apakah kita akan seperti ini terus? kalau kamu belum siap untuk mengatakannya. Aku bisa menunggunya." ucap Sabrina yang menatap sebal pada tunanganya. Dia sudah menunggu lebih dari 15 menit. Pria di depannya tidak juga mengatakan sepatah kata saja.
"Kamu bisa berjanji tidak marah saat aku mengatakan rahasia ini." ucap Max dengan wajah memelasnya. Sungguh Sabrina dibuat gemas dengan Max. Kapan lagi pangeran ketiga ini seperti ajing yang sedang mengibaskan ekor pada tuannya.
"Aku tidak bisa janji." ucap Sabrina yang membuat Max di lingkupi perasaan gugup.
"Kamu takut aku marah?"tanya Sabrina yang dijawab dengan anggukkan kepala.
Sabrina berjalan kesamping Max. Dia menarik kedua tangan Max yang tadi saling bertautan. Sabrina bisa merasakan kalau pria itu sedang dilanda perasaan gugup. Tangannya basah dengan keringat dingin. Sekarang kedua mata mereka saling bertemu, Sabrina tersenyum pada Max. Hal itu sedikit membuat Max merasa tenang.
"Kamu tahu kalau pertunangan kita terjadi karena perintah raja. Tentu saja aku tidak bisa menerima pertunangan kita saat raja mengatakannya. Karena aku tahu perintah itu berasal dari usulan putra mahkota. Aku juga tahu kalau kamu adalah mata-mata putra mahkota untuk membantasi pergerakanku." ucap Max yang terdiam sesaat setelahnya.
"Aku tahu itu, dulu juga aku tidak menginginkan pertunangan ini. Kita sama-sama diposisi yang terdesak atas perintah raja." ucap Sabrina yang mencoba menenangkan tunangannya.
"Karena itu aku mencoba untuk membunuh setelah pertunangan kita." ucap Max yang membuat Sabrina terdiam. Dia menatap pria di depannya dengan tatapan kosong. Sebenarnya Sabrina sudah menduganya kalau Max mungkin berada di balik penyerangan itu.
"Aku memang berniat membunuhmu tapi bukan pada saat pesta pertunangan kita. Aku terkejut mendengar keretamu diserang saat dalam perjalan menuju kediaman marquess Valendric." ucap Max.
"Lalu siapa pelaku penyerangan keretaku saat itu?"tanya Sabrina yang dijawab dengan gelengan kepalanya.
"Aku tidak tahu soal itu. Sejujurnya hari itu aku berharap kamu benar-benar mati. Maafkan aku Sabrina aku berpikir seperti dulu. Sekarang aku tidak akan melakukan hal itu. Kamu adalah seluruh duniaku. Tidak akan aku biarkan ada yang melukaimu mulai sekarang." ucap Max yang menarik badan tunangannya kedalam pelukannya. Sedangkan Sabrina sibuk memikirkan siapa pelaku penyerangan malam itu.
"Kalau kamu tidak melakukannya setelah pesta pertunangan kita. Lalu kapan kamu berniat melancarkan rencana penyerangan pada ku?"tanya Sabrina yang langsung melepaskan pelukan Max.
"sebenarnya di hari pertemuan pertama kita setelah kamu amnesia." ucap Max yang langsung membuang mukannya. Dia merasa sangat bersalah pernah berniat membunuh tunangannya. Jika hari itu dia melakukannya. Mungkin Max akan menyesalinya seumur hidup. Dia tidak menyangka akan jatuh cinta pada Sabrina secepat ini.
"APA?"teriak sabrina yang sudah berdiri di hadapannya. dia tidak menyangka hari itu Max berniat membunuhnya. Beruntungnya rencana itu tidak terjadi. Padahal Sabrina baru saja bisa menikmati hidupnya sebagai anak orang kaya.
"maaf." ucap Max lirih yang sekarang memegang tangan tunangannya. Dia berharap hal ini bisa menenangkan perasaan kesal Sabrina. Pria itu tidak berani menatap wajah tunangannya. Dia terlalu takut melihat wajah marah wanita yang dengan muda merubah duniannya ini.
"aku tidak menyangka kamu berniat membunuhku di hari itu. kenapa kamu tidak melakukannya?" tanya Sabrina yang sekarang menatap tajam pada pria di depannya. Sedangkan Max memilih menundukkan kepalanya. Sekarang tunangannya dalam mode singa lapar. Dia bisa habis di makan oleh amarah Sabrina. Selain itu dia tidak ingin pertunangannya hancur karena kesalahannya di masa lalu.
Sebenarnya Sabrina tidak bisa benar-benar marah pada Max. Bagaimanapun saat itu hubungannya dengan Max tidak sedekat ini. Dia juga tahu kalau tunangan dari Sabrina tidak benar-benar menerima pertunangannya. Hanya dengan satu cara untuk memutuskan pertunangannya yaitu salah satu harus mati. Karena tanpa ada izin dari raja memutuskan hubungan pertunangan sama saja dengan tidak mematuhi perintahnya.
Tapi Sabrina kesal dengan nasibnya saja. Kalau saat itu dia bisa memberikan kesan baik pada Max. Mungkin hidupnya berakhir sebelum Sabrina merancarkan rencanannya itu. Sunguh nasib tokoh figuran memang menyedihkan dibandingkan tokoh utama. Belum juga bahagia harus berakhir dengan nasib mengenaskan.
"Sabrina maafkan aku. Saat itu aku berpikir kamu masih mata-mata putra mahkota. Karena itu aku berniat membunuhmu saat bertemu di hari itu. Tapi semua niatku itu hilang saat melihat tindakanmu yang menolong Niki. Hari itu aku membantalkan rencanaku untuk membunuhmu." ucap Max yang masih menundukkan kepalanya. Pria itu sepertinya masih memiliki rahasia yang belum diceritakan.
"Kamu masih belum selesaikan? jangan bilang hingga hari ini kamu berniat membunuhku." ucap Sabrina dengan nada sinis. Max langsung menatap wajah Sabrina. Dia menggelengkan kepalanya.
"Tidak aku tidak akan melakukannya. sungguh percaya padaku." ucap Max dengan mata puppy eyes-nya itu. Rasanya amarah Sabrina menghilang begitu saja. Sepertinya tunangannya mulai menemukan cara untuk membuatnya tidak marah. Menyebalkan pikir Sabrina melihat sikap menggemaskan Max.
"Walaupun saat kamu memberikan buket bunga itu, aku berniat membunuh lagi. " cicit Max dengan wajah yang kembali menunduk. Sedangkan Sabrina menatap jengah pria di depannya. Sepertinya tunangannya itu memang sangat dirinya tiada dari dunia ini.
"kamu sepertinya berharap aku tidak ada di dunia ini ya." sindir Sabrina yang langsung dijawab dengan gelengan kepalanya.
"Sudah ah aku kesal mendengarnya, mungkin kita benar-benar harus memutuskan pertunangan kita setelah 6 bulan ini. " ucap Sabrina sambil melepaskan tangan Max. Pria itu gelagapan melihat tunangannya marah.
Max menyadari kalau dirinya sudah sangat keterlaluan. Tapi rencana membunuh Sabrina itu sebelum perjanjiannya dengan Sabrina terbentuk. Selain itu dia tidak mungkin membunuh wanita yang dicintainya.
Max menarik tangan Sabrina dengan kencang yang membuatnya jatuh ke atas pangkuan Max. Pria itu langsung melilit tangannya dipinggang Sabrina. Sedangkan Sabrina mencoba melepaskan tangan Max yang berada di pinggangnya. Dia kesal dengan pria di depannya.
"Semua itu masa lalu Sabrina, sekarang aku tidak mungkin melakukan hal itu padamu. Aku mencintaimu Sabrina jadi percaya padaku kalau semua itu tidak akan terjadi lagi. Kita bisa memulainya dari awal. Mari lupakan hubungan buruk kita di awal." ucap Max.
Sekarang kedunnya sangat dekat, Sabrina bisa melihat pria tampan di depannya dengan sangat jelas. Kenapa dia baru sadar tatoo di wajah Max. Tanpa sadar dia mengelus wajah Max yang selama ini ditutupinya dengan topeng. Hanya di depan Sabrina saja Max membuka topeng itu.
"Aku tidak yakin bisa mempercayai kata-katamu setelah mendengar rahasiamu tadi. Kamu hanya perlu membuktikan saja kata-katamu. Sehingga aku bisa mempercayaimu kembali." ucap Sabrina yang membuat senyuman indah terbit di wajah pria itu. Hal itu membuat jatung sabrina berdetak sangat kencang.
"kenapa kamu tampan? aku jadi selalu tidak bisa berkutik kalau kamu tersenyum seperti ini." gumam Sabrina yang tidak disadarinya masih terdengar oleh Max. Tentu saja hal itu membuat pria itu merasa diterbangkan kelangi. Wanitanya sedang memuji ketampanannya.
"Terima kasih atas pujiannya." ucap Max yang berakhir dengan gigitan pada pipi Sabrina. Hal itu membuat Sabrina terkejut dan menyadari kebodohannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...