Bab 81 : Peperangan

7.4K 995 13
                                    

Max berjalan menuju ruang pribadinya. Dia menatap wanitanya yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tidak ada lagi teriakan maupun tangisan darah yang keluar dari mata indah milik sabrina. Kekasih hatinya tidur dengan tenang setelah beberapa jam lalu detak jantung berhenti. Seluruh dunia Max runtuh pada saat itu. Tapi dia yakin sabrina tidak tidak akan meninggalkannya seperti janji yang telah dibuat wanita itu padanya.

"Aku berharap saat peperangan selesai. Kamu menyambutku dengan senyuman manismu dan pelukan hangatmu. Aku pergi Sabrina." ucap Max. Dia memberikan sebuah kecupan di dahi sang kekasih. Tidak ada balasan atau senyuman perpisahan yang diberikan oleh Sabrina. 

Velix dan Clovis menatap sedih pada tuannya. Mereka hanya bisa berharap kebahagian tuannya segera kembali. Wanita cantik yang sudah mengembalikan senyuman dari seorang Max. Wanita yang memberikan kehangatan pada pria dingin itu. Sekarang memilih menutup matanya dan terlelap dalam mimpi indahnya. 

"Semoga nona segera sadar." ucap keduanya dalam hati sebelum mengikuti langkah dari tuannya. Mereka akan selalu berada di samping tuannya selama peperangan ini.  Langit yang tidak seindah biasanya seperti mengerti akan terjadi pertumpahan darah. 

"Max tenanglah, kami akan selalu berada di samping Sabrina hingga kamu kembali." ucap Anya pada max. Pria itu terlihat murung sejak tadi malam. Bahkan dia tidak pernah meninggalkan kamar pribadinya. Selalu menatap wajah kekasihnya yang memilih menutup mata dibandingkan menatapnya. 

"Aku titip sabrina." ucap Max sebelum meninggalkan Anya dan Millie yang menatap sendu pada pria itu.  Mereka  tahu perasaan seorang max hari ini. Dia harus tetap pergi berperang saat kekasih hatinya dalam keadaan koma.  Sabrina dinyatakan koma karena tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Detak jantungnya yang setiap menit semakin melambat. Tentu saja membuat Max dan orang -orang khawatir dengan Sabrina.

Sekarang tidak ada lagi ekspresi sedih yang tergambar di wajah seorang max. Tatapan dingin dan seluruh amarah yang tersisa di dalam benaknya. Hari ini dia ingin membunuh vernand dengan tanganya sendiri. Dia tidak akan membiarkan orang yang menyebabkan kekasihnya koma tetap hidup. 

Max menyadari keberadaan Derek yang masih hidup hingga saat ini. Hal itu juga yang membuat max tidak bisa menahan amarahnya. Seluruh pasukan dapat merasakan aura menyeramkan yang kelaur dari Max. Clovis dan Velix menujukkan wajah yang tidak jauh berbeda dengan tuannya. Mereka ikut marah dengan keberadaan derek yang ternyata masih hidup hingga saat ini.

Max menaikki kuda hitamnya. Dia berada di barisan paling depan. Seluruh pasukan yang berada di bawah kepemimpinanya ikut. Beberapa pasukan pribadi dari para bangsawan yang mendukung Max ikut serta dalam peperangan hari ini. Mereka juga ikut marah dengan perbuatan vernand yang menyerang kerajaan Octavain. Rasa marah muncul di dalam hati setiap orang yang siap melawan pasukan Vernand. Mereka tidak lagi memperdulikan kematian yang sedang menantinya. 

"Mari kita mengumpulkan seluruh kekuatan kita untuk menghancurkan mereka semua. Jangan biarkan mereka melukai orang tersayang kita." ucap Max yang membuat semangat para prajut berkorban. Seluruhnya merasakan perasaan yang dirasakan max hari ini. Mereka tidak ingin kembali kehilangan orang yang disayang akibat Vernand dan Derek.

Dinding perlindung  hancur seperti serpihan kaca. Saat itu peperangan dimulai. Max mengancungkan pedangnya dan mengarahkan kedepan. Seluruh pasukan maju seperti rencana yang telah dibuatnya. Max, Clovis dan Velix menunggang kudanya dengan cepat. Beberapa orang dari musuh berhasil ditebas oleh pedang ketiganya.

Sedangkan Zenith berada di lapisan pertahan. Meskipun dia memiliki keahlian berpedang tapi sihirnya lebih berguna untuk memberikan perlindung di barisan tengah. Dia beberapa kali menghalau serangan panah yang diarahkan oleh para musuh. 

Micky dan Thio mendapatkan tugas untuk melakukan penyerangan jarak jauh. Beberapa penyihir yang memiliki jenis sihir yang sama dengan kedua orang itu ikut membantu untuk menghancurkan ratusan musuh. Kekuatan pasukan max bisa dibilang sangat kuat untuk melawan pasukan Vernand. Tapi max tidak bisa memandang sebelah mata pada Vernand yang memiliki sihir misterius sepertinya. Apalagi keberadaan Derek dengan sihir illusinya yang bisa berbahay untuk pasukannya.

"Akhirnya kita bertemu pangeran kegelapan Max." ucap Vernand yang tiba-tiba muncul di hadapan Max. Senyuman terbit di wajahnya bersamaan sebuah perlindung muncul di sekitarnya. Tidak ada yang bisa merusaknya atau masuk ke dalam perlindungnya. Clovis dan Velix tentu saja khawatir dengan tuannya. Tapi tatapan tuannya memberiak sebuah pesan bahwa dia bisa mengurus Vernand seorang diri.

Max turun dari kudanya. Dia menarik pedang batu sihir hitamnya. Vernand menatap penuh minat dengan pedang yang dibawa oleh Max. "Kamu mendapatkannya? Berarti kamu sudah mengorbakan orang tersayangmu bukan? Sabrina apakah dia baik- baik saja?"tanya Vernand yang berjalan mendekati Max.

Max sedikit terkejut dengan perkataan Vernand. Tapi dia tidak ingin terpengaruh oleh perkataan pria itu. Sekarang dia harus membunuh Vernand secepatnya dan bertemu kembali dengan kekasihnya. Max sudah bersiap untuk menyerang Vernand yang tidak berniat menarik pedangnya. "Pedang yang bisa membunuhku dan kamu secara bersamaan. Pedang yang memberikan kekuatan besar bagi penggunanya. Apakah kamu yakin menggunakan pedang itu Max ? " tanya Vernand yang tiba-tiba berada di belakang Max. Secara cepat Max mundur beberapa langkah. 

"Butuh puluhan tahun untuk kamu bisa membunuhku." ucap Vernand bersama serangan yang dilayangkan oleh pria itu. Entah sejak kapan pria itu sudah menarik pedangnya. Dia menyerang secara cepat dan membabi buta. Max sedikit kesulitan untuk menangkis setiap serangan Vernand. Apalagi dia belum terbiasa dengan pedang batu sihir hitam. "Pedang itu tidak akan berguna sebelum mendapatkan darah dari orang tersayang dari penggunanya. Pedang itu hanya sebuah barang rongsokan sekarang."jelas Vernand dengan senyuman mengejeknya pada Max. 

Sedangkan ditempat lain, Derek memilih duduk di depan sebuah cerminnya. Dia tidak tertarik berperang secara langsung. Seorang penyihir illusi tidak perlu berada di barisan terdepat untuk bisa menghancurkan musuhnya. Tatapannya masih menatpa sabrina yang terbaring di tempat tidurnya. " Kenapa kamu masih tertidur. Ketika kamu sudah bisa melawan seluruh ketakutanmu. Sabrina. Sadarlah dan bunuh aku dengan pedangmu." gumam pria itu dengan kedua tanganya bergerak seperti sedang memainkan boneka tali. 

Derek memang sedang menggunakan sihirnya dalam mengendalikan orang -orang dengan illusinya. Hal itu yang membuat Micky kesal dan marah. Saat melihat ratusan rakyat octavain ikut dalam peperangan ini. Mereka semua berada dalam kendali seorang Derek yang sedang bersantai di sebuah ruangan. 

"Derek, kamu memang sudah keterlaluan. Aku tidak akan membiarkan kamu tetap hidup." ucap Micky yang terus menerus menggunakan sihirnya untuk menyelamatkan para rakyat  octavain. Meskipun sihir itu bisa mengurus banyak energi sihirnya. Tapi dia tidak akan membiarkan rakyatnya menjadi korban dari orang -orang jahat itu.

Kamar Max, Kedua wanita menatap cemas peperangan dari jendela. Sebenarnya mereka sangat khawatir dengan kekasih hati mereka. Rasanya mereka ingin ikut serta dalam peperangan tapi. mereka juga tidak bisa meninggalkan sabrina yang dalam kondisi seperti ini. Apalagi mereka tahu kalau sabrina adalah target dari Vernand selain mendapatkan kerajaan ini. 

Millie mengalihkan perhatiannya pada nonanya. Dia melebarkan mata saat melihat nonanya."Nona." panggil Millie yang membuat Anya langsung menatap sabrina juga. Kedua wanita itu tidak bisa menahan kebahagiannya melihat sabrina kembali bersama mereka lagi.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang