Bab 76 : Penyelamatan Sabrina

7.6K 1K 6
                                    

Max menatap bangunan di depannya dengan tatapan tajam. Sebuah sihir terpasang yang membuatnya tidak bisa melakukan teleportasi langsung di samping Sabrina. Tidak sulit untuknya untuk menyingkirkan sihir perlindung setelah sihir hitamnnya sepenuhnya aktif. Setelah menghancurkan sihir perlindung. Max langsung menggunakan sihir teleportasinya. Dia tiba disebuah kamar. Max tidak begitu saja percaya dengan wanita yang berada di tempat tidur adalah tunangannya. 

Hanya sebuah perasaan yang membuatnya harus waspada pada Sabrina. Meskipun dia tahu wanita itu adalah tunangannya. Dia berjalan mendekati tempat tidur. Bersamaan dengan  kedua mata sabrina terbuka. "Max, aku akhirnya kamu menyelamatkanku." ucap Sabrina saat membuka matanya. Tapi Max tidak memberika respon apapun terhadap wanita itu dihadapannya. Dia merasakan rasa yang berbeda dengan sabrina yang ada dihadapannya. Bukannya mendekat, Max malah berjalan menjauhi wanita itu.

"Max kenapa kamu menjauhiku." ucap Sabrina yang sekarang sudah berdiri dari posisi tidurnya. Dia menatap sedih pada Max yang tidak ingin mendekatinya. 

"Kamu tidak akan bisa menjadi Sabrina yang aku kenal." ucap Max bersamaan dengan wujud wanita itu berubah menjadi sosok yang tidak dia kenali. Tatapan tajam Max mengarah pada wanita itu. Dia tidak suka wajah tunangannya digunakan oleh orang lain seperti tadi. Sedangkan Jenny tersenyum tipis. Dia tidak menduga pria di hadapannya setampan itu. Kalau tahu begini dia akan bermain dengan sangat rapih. Meskipun hatinya hanya untuk Derek. 

Jenny tertarik merasakan pelukan hangat pria di depannya. Wanita itu berjalan mendekati Max. Dia yakin tidak ada pria yang tidak tergoda padannya. Kalau ada hanya seorang Derek saja. Pesona kecantikannya tidak akan ada yang bisa mengalahkannya. Apalagi dia memiliki sihir pemikat para pria. Sebuah sihir illusi hati yang selalu digunakannya untuk mengikat para pria. Sayangnya sihir ini tidak berguna pada Derek yang kebal akan sihir illusi lain. 

Max merasakan sesuatu yang aneh. Tatapannya menajam saat merasakan sebuah desiran hatinnya. Bukan perasaan tenang seperti saat bersama Sabrina. Sebuah bisikan terdengar di dalam pikirannya. "Jangan melihat Matanya bodoh. Sabrina akan meninggalkan kita kalau kamu tergoda dengan wanita itu." suara sisi max yang lain menyadarkan dirinya dari sihir wanita itu. Max tidak bisa membiarkan wanita berbahaya di depannya tetap hidup. Dengan menggunakan sihir teleportasi dengan sekali tebasan dia hampirs saja bisa melepaskan kepala wanita itu. Tapi wanita itu menghilang dari hadapannya begitu saja.

"Sepertinya kamu tidak tergoda pada wanita itu juga Max. Sayangnya Sabrina sudah menjadi milikku. Jika kamu mau aku akan memberikan wanita itu padamu." sebuah suara yang terdengar di kamar itu. Entah pergi kemana wanita itu. satu hal yang pasti saura itu adalah Derek. 

Tiba-tiba wanita itu sudah berada di balik badan Max. Wanita itu membisakan sesuatu yang membuat terdiam untuk sesaat. " Kamu sangat tampan untuk menjadi mainanku." ucap wanita itu. Sebelum sebuah pedang menancap di perut wanita itu. Max menatap tajam pada wanita yang dengan berani memeluk tubuhnya. Sebenarnya sisi gelap Max yang sedang mengendalikan tubuh pria itu. Dia ingat ancaman dari Sabrina. Hal itu yang membuat Max ketakutan dan marah saat wanita itu memeluk badannya.

"Kamu dengan berani menyentuh badanku. Hanya Sabrina saja yang boleh menyentuhku." ucap Max sebelum pedangnya menebas kepala wanita itu. Sisi gelap Max tidak lagi bisa menahan amarahnya. Dia ingin segera menghabisi Derek. 

Bruk.

Derek menatap Max yang mengganggu waktunya bersama dengan Sabrina. Dia tidak menyangka akan secepat ini. Ternyata Jenny sama sekali tidak beguna. Sihirnya tidak bisa membuat musuhnya itu jatuh dalam dekapannya. "Kamu datang terlalu cepat Max." ucap Derek. 

Max yang sudah tidak sabar ingin memenggal kepala Derek. Langsung menggunakan sihir teleportasinya dan berpindah kehadapan Derek. Saat pedang max hampir memenggal kepalanya. Beruntungnya Derek bisa menghindar dengan cepat atau tidak dia sudah tewas dikamar ini.

"Memang seorang panglima perang tidak bisa dianggap sebelah mata. Tapi kamu lupa kalau aku bisa menggunakan sihir yang membuatmu tidak bisa berkutik Max." ucap Derek dengan senyuman mengejek. Satu jentrikan tanga badan Sabirna bergerak dari posisi tidurnya. Masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Derek mengendalikan tubuh sabrina untuk menyerang Max. 

Hal itu membuat amarah Max semakin menjadi. Dia tidak terima tunangannya digunakan alat untuk menyerangnya. Tentu saja Max tidak akan menyerang Sabrina. Dia terus menerus menangkis dan mencoba menyadarkan Sabrina dengan memanggilnya.

"Dia tidka akan bangun, Karena dia akan tertidur  di dalam alam bawah sadarnya. Sabrina sekarang hanya boneka yang bisa membunuhmu. " ucap Derek dengan senyuma mengejek. Max tidak bisa menggunakan sihirnya untuk menyadarkan Sabrina. Karena semua itu sudah diluar dari kemampuannya. Dia hanya bisa menghindari setiap serangan dan berharap sang kekasih sadar. 

Sedangkan jiwa sabrina sedang menikmati waktu santainnya. Kedua tangannya dilipat di belakang kepalannya. Dia menikmati waktu bersantainnya. "Rasanya sudah sangat lama aku tidak bermalasan." gumam Sabrina.

"Sadarlah Sabrina, Max dalam kesulitan." suara dari sisi Sabrina lain.

"Benarkah? apa yang telah terjadi?"tanya Sabrina dengan santai. Sebenarnya dia ingin lebih lama lagi menikmati waktu santainnya. Kapan lagi dia sendiria tanpa ada bayi besarnya menempel seperti permen karet. 

"Derek menggunakanmu untuk menyerang Max."

"Sialan pria itu memang sudah keterlaluan. Tapi aku tidak tahu cara untuk bangun." 

"Kamu hanya perlu memusatkan pikiranmu dan buka kedua matamu." ucap sisi sabrina lain. Sabrina melakukan saran wanita itu. Saat membuka mata dia melihat sang kekasih yang dirindukannya. Tapi dia berniat sedikit bersandi wara dengan Max. Sesekali menjaili sang kekasih tak apa bukan. 

Serangan Sabrina berubah menjadi sangat cepat dan akurat. Bahkan Max jadi kesulitan untuk menangkis serangan sang kekasih. Saat keduannya berjarak sangat dekat. "Max aku sudah sadar, tapi kita tetap memainkan peran." bisi Sabrina yang membuat kedua mata pria itu melebar. Sabrina masih menyerang MAx secara bertubi-tubi. Matanya mengedip yang mambut Max memahami situasi yang saat ini terjadi. Sang kekasihnya sudah sadar dari sihir Derek. 

Dia tidak tahu cara kekasihnya bisa lepas dari sihir Derek. Tapi dia ikut senang melihat sang kekasih. Rasannya Max ingin memeluk tubuh sabrina saat ini juga. Sayangnya situasi tidak mendukung untuk keduannya.

"Kamu akan mati Max ditangan wanita yang kamu cintai." ucap Derek dengan senyuman mengejek. Pria itu tidak sadar kalau Sabrina sudah sadar. Wanita itu tersenyum tipis pada Max. Kedua alas max bertautan entah rencana apa yang akan dilakukan oleh Sabrina setelah ini. 

"Berpindahlah, tanpa dia sadari saat aku melakukan serangan kembali. Serang kedua kaki Derek." gumam Sabrina bersamana dengan Max yang menjauh. Senyuman terbit di wajah Sabrina tanpa Derek sadari. 

"Sekarang."

"aaaaaaaaaakhhhhhhhhhh." Suara teriakan berulang kali terdengar di ruangan itu. Terdengar sangat menyakitkan setiap teriakan dari seseorang yang mendapatkan serangan tak terduga.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang