Sabrina membuang nafas kasar meratapi nasibnya. Dia pikir setelah menjadi sekutu dengan pangeran ketiga akan memberikan kebebasannya. Ternyata itu hanya angan -angan saja bagi Sabrina. Pria itu tanpa memikirkan pendapatnya malah mengirimkan satu pengawal. Katanya untuk menjaga keamannya. Tapi dia merasa kalau tujuan Max adalah untuk mengawasi gerak-geriknya.
"Kamu akan terus mengikutiku?"tanya Sabrina pada pria tampan yang memiliki rambut pirang dengan mata coklat gelap. Wajahnya tidak bergeming atau berniat menjawab pertanyaannya. Sungguh pria di depannya seperti patung saja.
"Aku bisa gila." ucap Sabrina yang menatap pemandangan di depannya dengan sedih. Sungguh nasib di kehidupan keduannya sudah nyaman dengan harta berlimpah. Tapi semua itu hancur dengan para tokoh cerita Women of Villain. Dia berharap sang tokoh wanita itu segera muncul. Sehingga hidupnya bisa kembali tenang.
"Seperti nona Sabrina sedang banyak pikiran." ucap seorang pria yang berada di belakang Sabrina. Tentu saja pengawalnya langsung berada di posisi siap jika terjadi hal buruk pada nonanya.
"Tenang Velix, kamu bisa sedikit menjauh. yang mulia putra mahkota pasti tidak nyaman dengan keberadaan kamu." ucap Sabrina dengan wajah lelahnya. Dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun. Bahkan Velix saja sudah membuat moodnya buruk.
Kalau kalian berpikir velix akan menuruti perintahnya. Semua itu salah, pengawalnya yang seperti patung berjalan itu tetap diam di posisinya. Dia tahu tatapan tajam putra mahkota yang tidak suka ada orang musuhnya di sekitarnya. Karena dia ingin berbicara hal penting dengan Sabrina.
Sabrina berjalan mendekati Velix dan membisikkan sesuatu. Pria itu mengikuti perintahnya dan langsung meninggalkan mereka berdua. Entah apa yang sudah dibisikkan oleh Sabrina hingga pengawalnya pergi begitu saja.
"Jadi ada apa putra mahkota yang sangat sibuk ini menemui saya." ucap Sabrina yang secara tidak langsung sedang menyindir pria itu. Tentu saja hal itu membuat putra mahkota sedikit terkejut. Karena selama ini Sabrina selalu memperlakukannya seperti pria pujaanya. Tapi sejak pertemuan beberapa hari lalu, wanita itu selalu berkata ketus. Mungkin Sabrina masih kesal dengan perintahnya untuk bertunangan dengan pangeran ketiga.
"Kamu masih marah padaku? bukankah aku sudah berjanji akan menjadikanmu ratu di masa depan." ucap Putra mahkota pada Sabrina. Sedangkan wanita yang diajak berbincangnya membuang wajah sebal.
"Cih gak mempan tuh janji. Aku bukan orang yang butuh seribu janji putra mahkota." gumam Sabrina dalam hati.
"Benarkah? aku tidak yakin seperti itu. Pasti ada yang ingin bicarakan hingga menemui saya di taman. Anda bukan orang yang suka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di taman yang mulia."
"kamu sangat mengenalku ternyata Sabrina." ucap Putra mahkota yang duduk di samping Sabrina.
"Terima kasih atas pujiannya." ucap Sabrina asal.
"Aku tidak menyangka kamu secepat itu menjalankan perintahku. Malam ini kamu sudah bisa melakukan rencana untuk meracuni tunanganmu itu. Bukankah lebih cepat lebih baik." bisik Putra mahkota yang membuat Sabrina tidak nyaman dengan posisi saat ini.
"Saya akan melaksanakan yang mulia." ucap Sabrina pada putra mahkota. Dia berniat untuk berdiri dan meninggalkan pria itu. Tapi tangannya di tahan.
"Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebelum kamu kembali ke kamar untuk mempersiapkan pesta nanti malam?" tanya Putra mahkota yang membuat Sabrina ingin sekali menolaknya. Tapi dia tidak bisa membuat pria itu curiga. Beruntungnya tidak jauh dari Sabrina dan putra mahkota. Dia melihat Max yang berjalan mendekati mereka. Hal itu membuat putra mahkota harus membatalkan niatnya.
"Sialan pria itu datang, aku pergi lebih dulu. Jangan lupa nanti malam rencana kita harus mulai dilaksanakan." ucap putra mahkota yang dianggukkan oleh Sabrina.
Sabrina kembali duduk di kursi taman kerajaan. Rasanya dia berutung dengan kedatangan Max. Ternyata ada bergunanya juga Velix di sampingnya. Dia bisa meminta bantuan jika dalam keadaan seperti ini.
"Aku tidak menyangka hubungan kalian sangat dekat ternyata. Apakah kamu benar-benar ingin menyerangnya?"tanya Max yang tanpa permisi langsung duduk di sampingnya.
"Dia hanya ingin mengingatkan rencana untuk meracuni Max." ucap Sabrina yang membuat kedua mata pria itu melebar. Kenapa wanita di depannya bisa dengan mudah mengatakan hal itu di tempat umum seperti ini. Beruntungnya taman istana sedang sepi. Kalau ada yang mendengarnya bisa dalam bahaya Sabrina maupun dirinya.
"Tenanglah, aku berbicara seperti itu karena tidak ada siapapun di sini. Terima kasih sudah menyelamatkanku." ucap Sabrina yang membuat kedua alis Max naik. Dia tidak tahu alasan wanita di sampingnya mengucapkan terima kasih. Dia merasa tidak melakukan apapun pada Sabrina.
"Aku harus menyiapkan diri untuk pesta malam ini. Jadi aku undur diri." ucap Sabrina yang langsung meninggalkan Max begitu saja. Tentu saja Velix masih mengikuti Sabrina seperti anak itik.
"Sepertinya ada yang sedang bimbang dengan perasaan sendiri." ucap seorang pria dengan pakaian mewah melekat di badannya. Rambutnya berwarna oren terang dengan mata kuningnya. Orang itu berjalan mendekati Max yang sedang menatap langit sore ini.
Max merasa kesal melihat interaksi Sabrina dengan putra mahkota. Dia merasa ingin menyembunyikan tunangannya itu untuk dirinya sendiri. Sayangnya semua itu hanya pikiran gila yang tiba-tiba melewati otaknnya. Tentu saja dia tidak akan melakukan hal itu.
"Hey." panggil pria yang duduk di sampingnya Max.
"Kamu sangat tidak tahu sopan santun untuk seorang bangsawan yang memiliki gelar tinggi. Kamu harus memberikan contoh pada bangsawan lain dalam menyapa keluarga kerajaan." ucap Max yang sebal kehadiran sahabatnya.
"Kamu sedang sakit? biasanya kamu tidak suka dengan sikap formalku." ucap pria itu.
"Berhenti duke Thio. saya sedang tidak ingin di ganggu." ucap Max yang langsung berdiri dan meninggalkan Thio. Tentu saja dia langsung mengejar sahabatnya yang sedang dalam perasaan burukny. Ternyata rumor yang beredar benar, kalau sahabatnya memiliki perasaan pada tunangannnya. Padahal dia tahu kalau Sabrina tidak mungkin menyukai dirinya.
"Jangan bilang kamu suka dengan tunanganmu. Karena itu kamu kesal saat melihat Putra mahkota yang tadi berdekatan dengan nona Sabrina." ucap Thio yang berada di depan sahabatnya. Dia menghalangi jalan Max. Sepertinya hari ini Max mengalami perubahan perasaan yang sangat extrim. Dari bahagia karena sebuah rangkaian bungan dan kecupan pertama. Setelah itu perasaannya berubah kesal dengan perjanjian dan kedekatan Sabrina dengan Putra mahkota.
Max yang sedang mode marahnya, tanpa peduli menarik pedangnya. Tentu saja hal itu membuat Thio langsung memberikan jalan pada sahabatnya yang sedang kesal. Tapi sebuah senyuman lebar muncul di wajahnya melihat sahabatnya yang sedang dilanda perasaan cemburu.
"Kalau kamu cemburu lebih baik katakan saja, dari pada wanita itu diambil oleh pria lain." ucap Thio yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Max. Pedangnya itu sekarang mengarap pada leher sahabatnya itu. Keringat dingin mulia bercucuran karena perasaan takut dengan pedang yang hampir menebas lehernya.
Sedangkan Clovis yang sejak tadi berada di samping tuannya hanya bisa menggelengkan kepala. Bahkan saat tuan duke Thio menatannya berharap bantuan. Clovis tidak berniat membantunya. Dia lebih sayang dengan lehernya. Karena dia tahu sekarang tuannya sedang dalam mode singa lapar. Salah sedikit saja bisa-bisa dia menjadi santapan singa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...