Bab 12 : Sekutu

41.8K 5.2K 27
                                    

Sabrina bingung harus dengan cara apa lagi agar bisa pria di depannya percaya dengan perkatannya. Sekarang dia harus duduk di samping pria yang sedang menatap tajam sejak tadi. Entah apa yang membuat pria itu kesal. Tapi kalau dipikir-pikir memang Sabrina sudah berkali-kali membuat Max. 

"Jadi kamu berniat menjadi musuh pria yang kamu cintai itu?"tanya Max lebih awal. Karena wanita di sampingnya sejak beberapa menit lalu tidak mengucapkan sepatah kata apapun. Entah karena dia sudah tidak mempunyai cara untuk membujuknya atau otak kecilnya sedang membuat rencana lain untuk memikatnya. 

Max berpikir ajakan Sabrina beberapa saat lalu hanya cara wanita ini untuk menarik perhatiannya. Setelah Dirinya percaya pada wanita itu. Dia akan menyerang Max dari belakang. Bukankah hal itu lebih mudah untuk menjatuhkan orang seperti MAx. Sayangnya Hal itu tidak berguna untuk Max yang tidak percaya pada orang di sekelilingnya. Mungkin hanya beberapa orang yang mendapatkan kepercayaannya. Seperti Clovis dan beberapa orang yang sudah lama ingin menggulingkan posisi putra mahkota. 

Sabrina menatap pria di depannya dengan wajah kesal. Dia tidak pernah mencintai pria macam putra mahkota yang tega melepar wanita lemah seperti Sabrina ke kandang singa liar seperti saat ini. Sayangnya dia tidak bisa melubah kejadian di masa lalu. Kayla baru masuk ke tubuh Sabrina saat wanita itu sudah menyatakan perasaan pada putra mahkota dan menjadi tunangan pangeran ketiga. 

"Aku tidak mencintainya karena itu aku menawari kerja sama untuk bisa menggulingkan putra mahkota dari posisinya saat ini. Bukankah kita memiliki tujuan yang sama." ucap Sabrina dengan tatapan tajamnya. dia mencoba menegarkan dirinya. Tidak peduli apa yang terjadi setelah ini. Karena dia hanya memiliki dua pilihan yaitu hidup bergantung pada pangeran ketiga atau mati ditangan pangeran ketiga. 

Walaupun dia ingin kabur dari kerajaan ini. Tapi dia ingat ada kedua orang tua Sabrina yang akan mendapatkan hukuman jika hal itu terjadi. Sabrina tidak bisa membiarkan hal itu terjadi pada kedua orang tua. Apalagi mereka sudah memberikan kebahagian padanya  selama Sabrina di dunia ini. Dia tidak bisa melepaskan seluruh dunia untuk keselamatanya sendiri.

"Benarkah, kamu harus memberikan bukti yang membuatku percaya. kalau kamu tidak berada di sisi putra mahkota." ucap Max pada wanita di sampingnya. Dia tarik dagu wanita itu mendekatinya. Dia amati wajah cantik di depannya. Sayangnya dia harus berakhir menengaskan di tangannya pikir Max,

"Aku akan membuktikannya, kalau aku tidak berada di pihak putra mahkota."ucap Sabrina bersamaan dia keluarkan sebuah botol berwarna ungu dari saku gaunnya. Max melihat botol yang dipegang oleh Sabrina. Dahinya mengenyit melihat warna cairan di dalam botol itu. Dia sangat tahu cairan apa yang dibawa wanita itu saat ini.

"Racun bunga Hugwolt, meskipun rakyat kerajaan Octavain tidak terpengaruh dengan racun bunga hugwolt. Berbeda dengan bunga Hugwolt muda yang baru tumbuh. Komposisi racunnya yang lebih banyak bahkan menjadi racun bagi rakyat Octavain maupun keluarga kerajaan.  Warna racun Hugwolt memang sama dengan obat extrak bunga hugwolt tua. Jika aku menggunakan racun ini diminuman. Tidak akan ada yang menyadari kalau telah ditaburi racun. Karena bungan extrat hugwolt tua masih digunakan untuk campuran dalam minuman bukan?"tanya Sabrina yang membuat kedua mata max melebarnya. 

Dia tahu kalau bunga Hugwolt yang baru mekar memiliki jumlah racun yang lebih banyak. Tapi dia tidak tahu kalau warna cairannya akan sama jika di ekstrat. Tidak hanya itu aromannya juga lebih menyegarkan dan menenangkan. Cairan yang dibawa oleh Sabrina sangat berbahaya.

"Lalu kenapa kamu menunjukkan padaku?"tanya Max pada wanita itu.

"Racun ini berasal dari putra mahkota. dia memintaku untuk menyampurkan pada minuman dan makanan anda setelah hubunga saya dengan anda membaik." ucap Sabrina dengan senyuman tipis. 

"Sialan." ucap Max sambil melepaskan cekraman di wajah Sabrina dengan sedikit kasar. Sabrina sedikit meringis akibar cengkraman tangan pria itu pada wajahnya. 

"Aku sudah membuktikan kalau tidak berada di tangan putra mahkota.Bukankah dengan memberi tahu rencannya saja sudah bisa membuat anda percaya pada saya?"tanya Sabrina dengan keduanya menatap Max yang sudah berdiri di hadapannya. 

"Sepertinya yang kamu katakan tidak ada bedanya racun maupun obat Hugwolt. Keduannya memiliki warna dan aroma yang hampir sama." ucap Max pada Sabrina.

"Aku bisa membuktikan kalau benda yang dipegangku ini racun. kamu mempunyai obat hugwolt  bukan?" tanya Sabrina yang dianggukkan oleh max. Pria itu berjalan ke meja kerjanya. Sebuah botol kecil yang selalu dia bawa kemana-mana. Karena obat Hugwolt bisa menahan sedikit dampak kutukannya. 

Sabrina mengambil sedikit tanah dari pot bunga di atas meja. Dia menjadikan dua gundukan tanah untuk menunjukkan seberapa beracun bunga Hugwolt. Bagaimana Sabrina tahu ini semuannya. Tentu saja dari novel yang dibacannya. Novel itu menjelaskan lumayan banyak tentang bunga Hugwolt. 

Bunga Hugwolt menjadi bunga yang dibicarakan di dua novel yang disukainnya. Woman of Villain dan Love of Emperor. Kedua cerita yang berada di kerajaan yang berbeda. Tapi saling berkaitan. Salah satu yang menghubungkan cerita itu adalah bunga Hugwolt ini. 

"Apa yang akan kamu lakukan?"tanya Max pada sabrina yang sudah membuat dua gundukan tanah di atas mejannya. Setelah itu dia meneteskan kedua cairan itu pada gundukan tanah. Terlihat perubahan yang signifikan pada kondisi tanah itu. 

Tanah yang diteteskan racun bunga Hugwolt berubah seketika menjadi kering seperti seluruh air di dalamnya menghilang begitu saja. Setelah itu terdapat gumpalan berwarna ungu yang berisi air memisah dengan tanah itu. Max terkeju melihat kejadian itu. Sedangkan tanah yang diteteskan obat Hugwolt tidak terjadi apapun.Bahkan terlihat lebi subur dari sebelumnya. 

"Racun Hugwolt akan mengikat seluruh nutrisi dalam tanah. Jika racun dikomsumsi pada tubuh manusia. Dia akan mengikat seluruh nutrisi dalam tubuh. Sedangkan pada manusia racun ini akan menyerap darah secara konsisten. Hingga orang itu meninggal karena kekurangan darah." jelas oleh Sabrina yang membuat Max mengepal tangannya dengan sangat kencang.

"Seharusnya hal ini cukup untuk membuatmu percaya dengan perkataanku. Selain itu kita bisa membuat surat perjanjian agar kamu semakin percaya. Kalau aku tidak akan menyerangmu di masa depan. Selain itu pertunangan kita tidak akan berlangsung untuk selamanya. Aku tahu kamu tidak menerima pertuanangan ini. 6 bulan bukankah waktu yang cukup." ucap Sabrina pada MAx yang menatapnnya. Entah arti dari tatapan pria itu. Sabrina tidak ingin memikirkannya. 

Setelah pembicangan dengan Sabrina, Max terdiam di kursi kerjannya. Entah apa yang sedang dia pikirkan dalam otak kecilnya. Sejak tadi Clovis menatap khawatir tuannya. Dia tidak menyangka wanita yang menjadi tunangan tuannya sangat berani untuk mengajukkan sebuah perjanjian. Tidak sampai disitu saja wanita itu meminta tuannya untuk berpisah setelah 6 bulan dari hari ini. Dia tidak tahu rencana yang dibuat wanita itu pada tuannya.

"Kamu tidak perlu lagi mencurigai wanita itu, dia sudah menjadi sekutu kita. Hanya saja aku tidak tahu alasan wanita itu berbarik menyerang pada putra mahkota. Bukankah hal itu sedikit mencurigakan?"tanya Max pada tangan kanannya.

"Mungkin nona Sabrina marah dengan perlakuan putra mahkota seperti pion."

"Bisa juga, tapi ada hal yang aneh sejak pertemuan dengan wanita itu. Seperti aku benbincang dengan wanita lain. Bukan Sabrina yang aku kenal Clovis." ucap Putra mahkota sambil menatap sebuah surat perjanjian yang baru mereka tanda tangani.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang