Bab 14 :Pilihan Max

43.9K 5.4K 27
                                    

Sabrina kagum dengan penampilannya malam ini. Dia tidak menyangka mendapatkan kesempatan untuk menggunakan gaun seindah ini. Mungkin saat bertemu dengan pangeran ketiga dia harus mengucapkan terimakasih atas gaun yang sudah disiapkan oleh tunangannya. 

Gaun dengan warna biru muda yang indah seperti mata Max merupakan pemberian dari tunangannya. Sebenarnya dia tidak menyangka pria itu sudah menyiapkan gaun ini untuknya. Apalagi kalau dilihat kembali gaunnya memiliki desainnya yang sama dengan di kehidupannya dulu. Tidak ada korset yang harus digunakannya walaupun begitu gaun ini sangat pas membentu badannya lampingnya.

"Nona sangat cantik malam ini." ucap Millie yang membuat Sabrina menatap sebal pelayannya.

"Berarti biasanya aku tidak cantik." ucap Sabrina yang membuat para pelayan menatap gugup dengan perkataan tunangan pangeran ketiga. Tentu saja mereka tidak ingin mempunyai masalah dengan tunangan dari pria yang paling di segani dikerajaan setelah raja dan putra mahkota. Apalagi mengingat karakternya yang sangat dingin dan tidak pernah membiarkan orang yang membuatnya kesal tetap bernafas. 

Para pelayan sudah mengerti bagaimana perlakuan pria itu pada tunangannya.  Apalagi tuan muda mereka memberikan sebuah gaun indah. Sudah menunjukkan kalau hubungan keduannya sangat baik dan pangeran sangat menyangi tunangannya itu. Hal itu yang membuat mereka tidak boleh membuat masalah atau mereka akan berakhir ditangan pangeran ketiga. 

"Tentu saja tidak nona, setiap hari anda terlihat cantik. Apapun yang nona gunakan selalu memberikan kesan yang berbeda. Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan anda nona." ucap Millie yang lebih dulu memuji nonannya. Dia ingat dimasa lalu nonanya itu sangat suka dipuji. Sayangnya perkataan pelayan  pribadi Sabrina tidak menghilang wajah kesal dari wanita itu. 

Hal itu membuat para pelayan yang membantu menyiapkan Sabrina dan Millie sudah bermuka pucat. Sepertinya niat baik untuk memuji kecantikan wanita itu hari ini malah menjadi bumerang. Apa daya mereka hanya seorang pekerja rendah. Pada akhirnya mereka akan menerima hukuman apapun dari amarah tuan mereka. Jika sudah melakukan kesalahan yang bahkan untuk mereka itu bukan sebuah kesalahan. Semua hanya terpaku pada tuan mereka yang memiliki kekuasaan. Kebenaran atau kesalahan ada di tangan tuan mereka. 

"Kenapa menatapku seperti aku akan menerkam kalian saja? kalian terlalu berlebihan. Aku tidak marah hanya mengatakan kalau hari-hari biasa aku tidak secantik malam ini. Tenang saja." ucap Sabrina yang membuat para pelayan bisa bernafas lega mendengarnya. 

Ternyata benar menurut rumor yang beredar kalau nona Sabrina sudah berubah. Dia tidak lagi menjadi nona bangsawan yang suka menghukum orang hanya kesalahan kecil. Sejujurnya pembawaan Sabrina saat ini lebih baik dari dulu. 

"Nona membuat kami takut." protes Millie yang membuat Sabrina tertawa kecil. Para pelayan terpesona dengan kecantikan wanita di depannya. Mungkin nona Sabrina bukan wanita paling cantik di kerajaan ini. Tapi kecantikan nona Sabrina tidak akan pernah ditemukan dari wanita lain. Sebuah keunikan yang hanya dimiliki oleh tunangan kerajaan ini.

"Aku hanya ingin bercanda tapi kalian tidak bisa diajak becanda. Bukankah waktunya sebentar lagi? aku harus menemui tunanganku sebelum pergi ke ballroom." ucap Sabrina yang berdiri dari posisi duduknya. Dia keluar dari kamarnya di istana ini.  Millie dan Velix mengikuti dibelakangnya. Dia seperti menjadi orang penting saja saat ini.

"Tuan Velix kamu tahu keberadaan majikamu itu?"Tanya Sabrina pada pria yang dikirim oleh tunangannya untuk perlindungnya. Padahal Sabrina bisa menjaga dirinya sendiri. Seperti perkiraanya kalau pria itu hanya ingin mengawasinya saja. 

"Tuan biasanya berada di ruang kerjanya. " ucap Velix pada nona yang menjadi tuannya sejak hari ini.

"Benarkah, kalau begitu kamu bisa menunjukkan ruang kerja tuanmu itu. " ucap Sabrina yang langsung ditunjukkan oleh pria itu. 

Istana kerajaan Octavain memang sangat besar dan mewah. Tidak henti dia mengagumi setiap interior istana selama perjalanan menuju ruang kerja tunangannya yang ternyata berada di lantai yang sama. 

Istana kerajaan Octavain terbagi menjadi beberapa bagian. Istana utama menjadi tempat raja dan ratu tinggal. Sedangkan istana barat  menjadi tempat putra mahkota tinggal. Istana timur adalah tempat para pangeran dan putri kerajaan Octavain. Sedangkan istana Selatan tempat untuk mengadakan setiap pesta kerajaan. Sungguh istana yang besar dan mewah dengan berbagai fasilitas yang melengkapinya.

Tidak terasa kakinya sudah berada di depan pintu tempat ruang keraja tunangannya. Dia masih ingat beberapa jam lalu nyawanya hampir saja menghilang di tempat ini. Jika saja saat itu dia tidak ingat tentang fakta racun Hugwolt. Pasti dia tidak akan bertahan hingga malam ini. 

"huh kapan aku bisa menikmati dunia ini." gumam Sabrina pelan yang masih terdengar oleh Velix maupun Millie. Walaupun begitu keduannya tidak bisa mendengar jelas gumaman nona mereka itu. 

-tok-tok.

"Masuk," ucap seseorang dari dalam ruang kerja. 

Velix membukakan pintu ruang kerja tuannya. Sabrina masuk ke dalam ruang kerja yang tidak berubah sama sekali. Dia baru sadar banyak sekali lemari yang berisi buku-buku. hobby membaca bukunya meronta-ronta untuk membaca buku-buku di depan mereka. 

"Selamat datang nona Sabrina." ucap seorang pria selalu membuatnya terpesona sejak pertemuan di pagi tadi. Kenapa para tokoh di cerita ini berisi pria tampan.  Jiwa pencinta pria tampan milik Sabrina jadi meronta-ronta. 

"Tidak bisakah tunanganku ini menjaga pandangannya." ucap Pangeran ketiga yang sedang menatap kesal Sabrina. Dia tidak suka wanita itu menatap pria lain.

"hallo Max." sapa Sabrina dengan senyum tipisnya. Dia merasa sangat malu karena terciduk sedang terpesona ketampan tangan kanan tunangannya itu. 

"Kamu baru sadar dengan keberadaan tunanganmu." Sindir Max pada Sabrina. Pria itu berjalan mendekati tunangannya. Sekali tarikan, Badan Sabrina berdekatan dengan Max. Tentu saja hal ini tidak baik untuk jantungnya yang sudah berdetak sangat cepat. Kedua matanya melebar melihat wajah tampan di depannya.

"Kamu harus ingat selama menjadi tunangan pangeran ketiga. Matamu dan seluruh perhatianmu hanya boleh menatap aku saja. Jangan pernah melihat pria lain." ucap Max sebelum melepaskan pelukannya. Pria itu meninggalkan Sabrina yang terdiam di ruang itu. Dia mencoba mencerna apa yang terjadi beberapa saat ini. 

"kamu ingin terus di situ? Pesta akan segera dimulai. " ucap Max yang meyadarkan lamunan sabrina. Wanita itu langsung mengejar tunangannya. 

"Dia sangat cantik." gumam Max dengan kedua pipinya memerah mengingat penampilan tunangannya. Dia tidak menyangka gaun yang dipilihnya setelah pertemuan dengan Sabrina di pasar.  Ternyata sangat pas di badan Sabrina. Dia jadi tidak rela wanita itu menjadi tontonan para pria lain. 

"Kamu tidak menungguku." ucap SAbrina yang sudah berada di samping Max. 

"kamu terlalu lama." ucap Max.

"Bukankah kita harus bermesraan seperti katamu. Kalau begitu kamu tidak boleh meninggalkan tunanganmu sendiri mulai dari saat ini." ucap Sabrina bersamaan tangannya merangkul tangan Max. Perlakuan Sabrina membuat sebuah senyuman terbit di wajah Max. Dia suka dengan inisiatif wanita itu.


The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang