Puncak Bogor

5.4K 586 50
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Raut terkejut tidak bisa ditepis dari wajah Jeno, Jaemin dan Renjun ketika Haechan memperkenalkan calon pendamping pemuda itu pada ketiganya.

Mereka tidak menyangka jika seseorang yang akan menikah dengan Haechan memiliki satu kekurangan.

Bukan bermaksud untuk menghina. Ketiganya murni hanya terkejut. Tidak lebih dari itu. Kalau soal rupa, mereka akui jika Markie memang sempurna. Haechan tak salah saat menggambarkan sosok Markie.

"Ekhm."

Jeno berdeham untuk menghilangkan suasana canggung yang sempat terjadi di antara mereka setelah melihat bagaimana cara Markie memperkenalkan diri.

Jaemin menyikut lengan Renjun yang mulutnya tengah sedikit berbuka. Pemuda itu lantas segera tersadar, lalu ikut berdeham pelan.

Markie tampak menunduk dan semakin merapat pada Haechan. Perasaannya sangat ini tengah resah. Walaupun ia sudah sering mendapat tatapan mencemooh atau ejekan secara terang-terangan dari beberapa orang yang ia temui, tetap saja rasanya takut.

Haechan yang melihat Markie gelisah, tanpa sadar memegang tangan pemuda itu.

"Ternyata apa yang dibilang Dirga tentang lo benar, ya. Muka lo manis," ujar Jaemin. "Cantik. Gak kalah sama Nanda, nih." Ia berucap jahil hingga membuat Markie tampak malu.

"Gue lagi."

Renjun langsung menggerutu kesal. Jaemin dan Jeno tertawa. Markie tampak mengedipkan mata. Sedangkan Haechan mendengus.

"Tapi, gue setuju sama Ikbal, sih. Hampir sejajar sama Nanda kadar kecantikannya. Lo lihat si bocil di sebelah gue ini? Cantik, kan? Hahaha."

Jeno dan Jaemin kembali tertawa. Renjun mendelik gusar. Haechan lagi-lagi hanya mendengus.

"Siapa yang lo maksud bocil, hah?!" ujar Renjun.

"Lo kecil, sih. Kaya bocil jadinya," sahut Jeno tanpa dosa.

"Lo bosen hidup apa gimana?" kata Renjun datar.

"Ampun, Nan!" Jeno memasang pose peace.

"Ck!" Renjun berdecak, Jaemin geleng-geleng kepala.

"Gak usah di sama-samainlah. Ini bukan ajang kecantikan," ucap Haechan. Sementara Markie masih menunduk dengan tangan yang digenggam oleh Haechan.

"Iya, deh. Iya."

Ketiga sahabat pemuda itu saling melirik jahil.

"Oh, ya. Kita jalan sekarang aja, yuk. Biar gak terlalu malam pulangnya," ucap Jaemin sambil menatap pada Markie sekilas.

"Skuy!" Jeno bersiul-siul.

"Lu beneran nemu spot yang bagus buat photo, Nan?" tanya Haechan.

Renjun mengangguk. "Yeps. Gue dapet info dari kenalan. Pokoknya lo gak bakalan nyesel, deh," sahut pemuda itu.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang