First

8.1K 691 102
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Haechan memasukkan beberapa barang miliknya yang masih tertinggal di dalam kamar. Tidak begitu banyak. Hanya barang yang penting saja, yang sekiranya ia perlukan. Sementara Markie sedang ada di ruang tamu bersama Tennesya.

Gerakkan tangan Haechan terhenti ketika ia melihat sebuah amplop coklat di dalam laci. Pemuda itu mengambil amplop tersebut, lalu beranjak keluar kamar untuk membuangnya ke tong sampah yang berada di dekat tangga.

Haechan tahu apa isi amplop tersebut dan dia tidak membutuhkannya lagi. Lebih baik dibuang, biarkan menghilang, seperti perasaannya yang telah hilang sejak lama untuk benda yang ada di dalam amplop itu.

"Buang apa, Den?" tanya salah satu Art ketika melihat Tuan Muda nya ada di dekat tong sampah.

Haechan menoleh, kebetulan sekali. "Tolong Bibi bakar sampah-sampah ini di halaman belakang. Jangan sampai ada yang tersisa, terutama amplop itu."

Si Bibi kebingungan, tapi sungkan untuk bertanya. Jadi, ia hanya mengangguk patuh.

Haechan kembali ke kamar, sementara Bibi tampak penasaran apa isi amplop itu sehingga sang Tuan Muda menyuruh untuk membakarnya.

"Walah, photo, toh. Saya kira apa," gumam si Bibi setelah melihat isi amplop yang dibuang oleh majikannya. "Tapi, ini photo siapa sampai Tuan Muda nyuruh buat dibakar?" Dia kembali bergumam. "Ah, sudahlah. Saya gak perlu tau, lebih baik turutin aja keinginannya Tuan Muda. Daripada nanti kena marah."

Si Bibi segera beranjak dari tempat itu sembari membawa sampah untuk dia bakar di halaman belakang.

Sementara di lantai bawah, Tennesya tidak hentinya bertanya banyak hal pada Markie sampai membuat sang menantu kebingungan ingin menjawab apa. Terlebih pertanyaan Tennesya terbilang cukup aneh.

Markie ingat pesan dari suaminya. Kalau Tennesya bertanya yang aneh, dia harus mengabaikan. Tidak perlu menjawab, karena kalau dijawab takan ada ujungnya. Tapi, tetap saja rasanya tidak sopan sama sekali. Meskipun Markie sendiri tak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan sang Ibu mertua.

Tennesya merengut sebal karena Markie terlihat menghindar dari pertanyaannya. Padahal ini kesempatan emas selagi Haechan sibuk di kamar.

Johnny yang melihat dan mendengar pertanyaan sang istri hanya bisa geleng-geleng kepala. Sedikit prihatin pada Markie karena harus mendapat pertanyaan aneh dari merutanya sendiri.

"Sudahlah, jangan diterusin, Nesya. Kamu gak kasihan sama menantumu yang kelihatan tertekan punya mertua berisik kaya kamu gini?" kata Johnny mulai malas mendengar istrinya terus saja berisik.

Tennesya merengut kesal, sementara Markie berkedip bingung. Wajahnya terlihat polos.

"Ih! Gak gitu, yah!" ujar Tennesya jengkel. "Aku cuma nanya, kok. Emangnya salah?" lanjut wanita itu.

"Pertanyaanmu aneh begitu, gimana Markie bisa ngejawab. Lagian itu privasi mereka berdua. Ngapain kamu pengen tau segala?" ucap Johnny. "Kalau Dirga sampai tau, dia bisa ngamuk."

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang