Haechan Dirga Derova
dan
Markie Arkha Adipura
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan.
Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu?
Warning...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ps: aku ngetik ini cepet banget, belum diedit ulang. Jadi, maaf kalau ada typo, ya.
. . .
Haechan dan Markie sudah tiba di Paris sesuai prediksi. Yaitu; jam tiga sore waktu setempat.
Sepanjang perjalanan tadi, terutama setelah kejadian menangis di toilet, Markie terus tertidur. Pemuda itu hanya bangun beberapa saat, sebelum tidur kembali.
Haechan tak bertanya ada apa. Karena ia pikir Markie membutuhkan waktu untuk bercerita.
Saat ini, pengantin baru yang sedang berbulan madu itu baru tiba di Hotel tempat mereka menetap selama seminggu di Paris. Tennesya dan Johnny sudah membayar semuanya. Mereka hanya tinggal menikmati saja.
Kebetulan sekali Hotel yang disewa Tennesya dan Johnny tidak terlalu jauh dari Bandara. Hanya butuh sekitar sepuluh menit saja untuk pasangan pengantin baru itu tiba di Hotel.
"Kamar kita ada di lantai enam. Nomer 30B," ucap Haechan setelah selesai berbicara dengan resepsionis di Hotel yang memiliki sebelas lantai tersebut. "Ayo."
Markie mengangguk. Dia berjalan mengikuti langkah sang suami di sebelahnya. Sementara satu orang petugas untuk membawa koper ada di belakang pasangan itu.
Setelah beberapa saat, akhirnya Haechan dan Markie tiba di kamar mereka.
Haechan menoleh pada petugas tersebut, sedikit tersenyum sebagai formalitas.
"Terima kasih atas bantuannya." Dia berbicara menggunakan bahasa Inggris yang sopan.
Petugas itu mengangguk dengan senyuman di wajahnya.
"Sama-sama. Selamat beristirahat, Tuan. Saya permisi dulu. Jika butuh sesuatu, boleh hubungi kami. Nomor teleponnya ada di setiap kamar," kata petugas tersebut.
Haechan mengangguk dan si petugas berlalu pergi setelah meletakkan dua koper milik mereka di depan pintu.
"Ayo, masuk. Biar kamu bisa istirahat," ucap Haechan seraya meletakkan sebuah kartu di dekat tembok untuk membuka pintu kamar.
Markie terdiam. Seharusnya sang suami yang beristirahat. Karena selama dalam perjalanan, selalu siaga untuk menjaganya tanpa lelah.
Haechan kembali bersuara menyuruh Markie untuk segera masuk. Pemuda itu menurut. Ia masuk ke kamar terlebih dahulu, sementara sang suami belakangan, karena harus membawa koper mereka.
Mulut Markie sedikit terbuka kala melihat bagaimana kamar mereka. Begitu mewah. Dia sering melihat kamar seperti ini dalam sebuah film atau drama, kini ia yang akan menempati kamar mewah tersebut.
Markie berjalan pelan memperhatikan sekitar kamar dengan mulut terbuka dan wajah penuh kekaguman. Membuat Haechan yang melihat hal tersebut menyungingkan senyuman kecil.
Apakah istrinya belum pernah tidur di kamar Hotel yang mewah seperti ini?
Kemungkinan begitu. Mengingat Haechan pernah dengar dari Melirik, kalau sang istri sangat jarang pergi jalan-jalan keluar Negeri.