Hari Pernikahan

9.5K 698 43
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Waktu terus berjalan dengan banyak hal yang dilakukan, tanpa terasa hari ini merupakan hari penikahan Haechan dan Markie.

Hubungan dua insan itu baik-baik saja meskipun belum tumbuh cinta di dalam hati. Keduanya tidak pernah mencoba untuk membujuk para orang tua agar membatalkan pernikahan tersebut. Mereka lebih memilih menurut saja karena takut durhaka.

Setelah kejadian di Puncak Bogor beberapa minggu lalu, besoknya Haechan dan Mark pergi ke toko perhiasan untuk membeli cincin. Tiga hari kemudian mereka melakukan beberapa photo pre-wedding. Lalu, keduanya tidak bertemu lagi. Karena mereka mendapat larangan dari para orang tua untuk tak bertemu sampai hari bahagia itu tiba. Bahkan berkomunikasi melalui telephone saja tidak diperbolehkan.

Pernikahan Haechan dan Markie akan dilaksankan sekitar jam sepuluh pagi di Gereja Jakarta. Mereka hanya melakukan sumpah janji suci di altar. Resepsi akan berlangsung tiga hari setelahnya.

Sekarang ini masih jam delapan pagi. Kedua keluarga belah pihak tengah bersiap-siap.

Haechan menatap pantulan dirinya di cermin. Dia terlihat gagah dengan setelan jas hitam yang dikenakannya. Menambah kadar ketampanan di diri pemuda itu.

Helaan napas terdengar. Haechan masih tidak menyangka jika hari ini dia akan menikah dan memiliki tanggung jawab untuk menghidupi anak orang lain.

Apakah Haechan sanggup?

"Widih, selama gue kenal sama lu, baru kali ini gue akui kalau lu ganteng, Dir," celetuk Jeno yang baru datang ke kamar Haechan bersama Renjun dan Jaemin.

Ketiga sahabat Haechan tampak terkekeh geli kala melihat pemuda itu mendengus dari pantulan cermin.

"Dirga kalau udah berpenampilan rapi gini emang gila, sih," ucap Renjun. "Kalian berdua gak lupa waktu kita wisuda dulu, kan? Nih anak satu pake kemeja rapi gitu, banyak cabe di kampus yang jejeritan sampe pingsan kehabisan darah."

Jeno dan Jaemin langsung tergelak mendengar kalimat yang diucapkan oleh Renjun. Cukup berlebihan, namun memang kenyataan.

"Gue gak bisa ngelupain momen langka itu, sih," timpal Jaemin dengan senyum jahil.

"Momen bersejarah selama kita kuliah, bro," sambung Jeno.

"Bacot, setan," kata Haechan dingin yang langsung membuat ketiga sahabatnya tertawa renyah.

Jaemin menepuk pundak Haechan. "Gugup gak, Dir?" tanyanya.

"Lumayan," balas Haechan pelan.

"Pasti gugup, sih. Lebih gugup daripada saat kita mau wisuda," ujar Jeno.

Ketiga pemuda itu berdiri di dekat Haechan dengan mata memandangi cermin.

"Semangat, bro. Lo pasti bisa ngucapin sumpah janji suci dengan lancar di altar nanti," kata Renjun sembari menepuk pundak Haechan.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang