Kehidupan Belum Berakhir

3K 293 49
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.

"Mas Dirga!"

Markie segera mendekati Haechan yang baru saja sampai di rumah. Sang suami langsung tersenyum.

"Apa pemakamamnya udah selesai, Mas?" tanya Markie. "Ayah sama Bunda belum pulang. Jadi Markie gak tau apa Kakak udah selesai dimakamkan atau belum."

"Iya, udah," sahut Haechan. "Mungkin Ayah dan Bunda masih di rumah Papa Jaehyun. Soalnya tadi mereka pulang duluan dari pemakaman."

Markie menarik napas panjang, ekspresi wajahnya tampak sedih. Haechan langsung meraih tubuh sang istri untuk ia peluk.

"Jangan sedih lagi. Semua udah takdirnya," kata Haechan seraya mengusap rambut Markie. Ia juga memberi kecupan manis di kening istrinya.

"Markie masih gak nyangka kalau Kakak udah pergi ninggalin Markie buat selamanya, Mas," ucap Markie. "Andai waktu bisa diulang lagi. Mungkin Markie mau nyoba buat sedikit aja nyadarin Kakak biar gak jadi kaya sekarang. Kakak itu orang baik, Mas."

"Kalau waktu diulang dan Adek bisa nyadarin Arron, mungkin kita gak akan hidup bersama dalam satu atap, sayang," sahut Haechan.

Markie memandangi sang suami dengan ekspresi bingung.

"Adek gak lupa kalau Mas dan Arron pernah pacaran, kan?" tanya Haechan. Pemuda itu terkekeh ketika melihat mata istrinya berkedip-kedip. "Nanti yang ada Mas nikah sama Arron, bukan kamu."

"Ihh, Mas Dirga~"

Markie tampak merengek dengan kedua tangan memukul tubuh Haechan pelan. Sementara sang suami malah tertawa.

"Gak mau, kan?" tanya Haechan seraya mengusak rambut Markie. "Makanya Adek gak perlu menyesali apa yang udah terjadi karena semua ini adalah takdir dari Tuhan," lanjut pemuda itu.

"Markie cuma berandai, Mas," sahut Markie pelan. "Tapi bukan berati Markie gak suka jadi istrinya Mas Dirga. Enggak gitu, kok!"

Haechan tertawa, lalu kembali memberi kecupan manis di kening sang pujaan hati.

"Mas bahagia sama takdir hidup Mas sekarang, Dek. Jadi, jangan pernah punya pikiran mau ngulang masalalu. Kita lupain yang udah terjadi. Sekarang waktunya buat kita ngejalani hidup di masa depan. Okey?"

Markie mengangguk, kemudian mempererat pelukannya.

"Maaf kalau apa yang Markie bilang itu salah ya, Mas? Markie janji gak bakal ngomong gitu lagi. Markie sayang sama Mas Dirga. Markie gak mau pisah dari Mas Dirga."

Haechan tersenyum kala mendengar perkataan Markie. "Iya, Dek. Mas Dirga juga sayang sama Adek dan calon anak kita."

Kini Markie yang tersenyum ketika Haechan membahas tentang calon anak mereka yang masih ada di dalam kandungannya. Senyuman Markie semakin merekah saat sang suami mengusap perutnya dengan lembut.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang