Tasya Sadar

4.4K 530 177
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

"Gue gak habis pikir, anjir! Nelen cairan kimia," ucap Jeno.

Saat ini, pemuda itu dan kedua sahabatnya sudah berada di dalam mobil setelah tadi berbincang dengan kepala sekolah Tunas Bangsa.

"Ini gak masuk akal banget. Masa iya Markie dengan begonya nelen cairan kimia, sih?" ucap Jeno lagi. "Dia dideskripsiin sebagai orang yang jenius, cerdas. Ya, masa gak tau bahayanya dari minum cairan kimia," lanjut pemuda itu.

"Kayanya emang ada yang gak beres dari kasus ini," kata Jaemin. Dia tengah menyetir mobil. Di sebelahnya ada Renjun. Sementara Jeno duduk di kursi belakang.

"Arron sama Lyorra. Dua orang itu yang patut dicurigai dari kasusnya Markie," ujar Renjun.

"Iya, beneran gak mungkin banget Markie sebego itu," sahut Jeno. "Gue yang bego aja masih bisa mikir. Kalau cairan kimia diminum itu bisa bahaya."

"Terlepas dari masalah ini, kita sekarang udah tau penyebab Markie gak bisa bicara," kata Jaemin.

"Karena cairan kimia, kan?" tanya Jeno.

"Bukan, tapi karena trauma," sahut Jaemin. "Kita harus nyari tau lebih lanjut soal masalah ini."

"Gimana caranya kita nyari tau, Na?" tanya Renjun.

"Kita harus nyari informasi dari Lyorra dan Arron," jawab Jaemin. "Itu satu-satunya cara."

"Lyorra Karina. Kayanya gue pernah denger nama itu," gumam Jeno. "Siapa, ya?"

"Nama Karina banyak juga di sini. Bukan cuma satu," kata Renjun.

"Apa kita deketin Arron buat nyari informasi?" tanya Jaemin.

"Males banget gue," gumam Jeno.

"Terus gimana?" ujar Jaemin.

"Kayanya besok kita ke Tunas Bangsa lagi, deh," ucap Renjun.

"Buat apaan?" tanya Jeno heran.

"Kita cari tau dulu siapa aja mantan murid di sana. Siapa tau kita bisa dapet informasi yang lebih detail daripada Bu Irene," kata Renjun.

"Boleh juga ide lo," gumam Jeno. "Gimana, Na?" Ia meminta pendapat Jaemin.

"Gue ngikut kalian aja," sahut pemuda itu. "Sekarang kita keep dulu. Ada panggilan dari Boss."

"Yaaaah......"

.
.
.

"Mas, Adek mau pipis."

Haechan tersenyum geli kala membaca tulisan Markie.

"Ya, udah, Mas temenin, ya," kata Haechan.

Markie langsung geleng-geleng kepala, lalu segera menulis dengan cepat.

"Gak usah, Mas. Markie bisa sendiri, kok."

"Aku harus selalu jagain kamu," ucap Haechan seraya berdiri. "Ayo, kita ke toilet." Pemuda itu mengulurkan tangan.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang