Surat Penangkapan Lyorra

4.5K 393 42
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.

"Bentar, deh. Tadi aku kaya lihat Kenari, Bang," cetus Tennesya sembari menghentikan langkahnya.

"Kenari?" Errja dan Melysa terlihat bingung.

"Maksud saya Winnary," kata Tennesya meralat ucapannya.

"Winnar?" monolog Melysa. "Di mana kamu lihat anak itu?"

"Tadi lari ke arah sana, sih. Tapi saya kurang yakin kalau itu Kenari," sahut Tennesya.

"Mungkin kamu salah lihat. Lagian dia ngapain di rumah sakit?" kata Johnny.

"Tapi, bisa jadi itu memang Winnar," cetus Melysa. "Bara bilang kalau kemungkinan Winnar yang bikin dia celaka. Bisa jadi Winnar datang ke sini mau ngecek gimana keadaan Bara."

"Benar juga," ucap Jaehyun. "Tapi, Bara sendiri bilang dia belum yakin kalau pelakunya memang Winnar."

"Gak ada salahnya kalau kita tanya sama dia soal masalah itu," ujar Melysa. "Kamu lihat Winnar pergi ke arah mana? Biar beberapa dari kita bisa coba buat ngecek ke sana."

"Tapi, mungkin saya salah lihat, Bu. Soalnya tadi orang yang saya lihat itu pakai perban di kepalanya," kata Tennesya.

"Ya, mungkin memang hanya salah lihat," ujar Errja. "Sekarang kita pulang. Dirga dan Markie udah nungguin di rumah. Nanti soal Winnar kita tanya dulu kebenarannya gimana. Jangan asal menghakimi dulu."

"Iya."

Mereka beranjak meninggalkan rumah sakit.

.

Winwin keluar dari persembunyian. Pemuda itu memandangi kepergian keenam orang dewasa tersebut.

"Jadi, Bara ada di sini dan anak itu ngasih tau ke mereka kalau Winnar yang bikin dia celaka," gumam Winwin. "Ternyata Bara berhasil selamat dari kecelakaan," gumamnya lagi. "Tapi, ini sebuah kebetulan yang bagus. Selagi gue gak tau kapan bisa membunuh Dirga, lebih baik gue singkirin Bara dulu." Ia menyeringai keji.

Lalu, Winwin beranjak ke tempat adminitrasi untuk bertanya di mana ruang inap Yangyang Bara Wiguna.

.
.
.

"Heh, mau ngapain kamu?! Tutup pintu kulkasnya!"

Markie tersentak ketika mendengar suara dengan nada membentak dari Bibi Art. Pemuda itu langsung beringsut mundur dan menjauh dari depan kulkas.

Si Bibi Art menutup pintu kulkas dengan wajah merah padam karena marah. "Siapa yang nyuruh kamu buka-buka kulkas? Kamu bukan lagi Tuan Muda di rumah ini, jadi jaga sopan santunmu!" ucap wanita itu ketus. "Jangan seenaknya di sini. Kalau ada barang yang rusak, saya yang kena marah bukan kamu."

Markie sama sekali tidak menjawab. Ia hanya bisa menunduk tanpa berani menatap Bibi Art yang marah padanya.

"Lain kali kamu harus tau diri, cacat. Ngerti?!" kata Bibi Art.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang