Aku Singa

6K 615 65
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Mau makan siang?" tanya Haechan ketika ia dan Markie sudah duduk manis di dalam mobil.

Sekarang masih jam setengah dua belas lewat, kalau cepat-cepat pulang rasanya tidak enak. Terlebih akan mendapat omelan dari Tennesya. Jadi, lebih baik Haechan mencari aman saja dulu. Pemuda itu juga ada janji pada ketiga sahabatnya untuk bertemu di alun-alun Tangerang, sih. Ya, sekalian saja Markie dibawa.

Markie tampak menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas perkataan Haechan.

"Mau makan di mana? Maksudnya kamu suka makan apa," ucap Haechan yang sekarang sudah menjalankan mobil menjauh dari area pasar baru.

Markie segera menulis di buku, kemudian memperlihatkan tulisan tersebut pada Haechan.

"Makan di mana aja boleh, kok. Aku suka makan apa aja asal gak pedas, asam dan makanan laut. Suka makanan yang manis-manis kaya es krim magnum◕‿◕"

Kesukaan dan ketidak'sukaan Markie terhadap makanan terlihat berbanding balik dengan Haechan. Pemuda itu tidak suka pada rasa yang terlalu manis, tapi suka makanan pedas. Kalau asam, ia juga tidak suka, sih.

"Ke Sarina aja gimana?" tanya Haechan. "Di sana banyak makanan."

Markie mengangguk kecil. Dia menurut saja Haechan ingin membawanya makan di mana. Asal tidak ke tempat yang aneh-aneh.

"Oke. Setelah makan nanti, kita ketemu temen aku di alun-alun Tangerang dulu sebelum pulang. Gak apa-apa, kan?" ucap Haechan yang kembali dibalas anggukkan kepala dari Markie.

Haechan melirik ke arah Markie yang saat ini tengah melihat jalanan dari samping kaca mobil. Dia masih kagum dengan pahatan wajah sempurna yang dimiliki oleh pemuda itu. Bahkan seorang perempuan mungkin akan merasa iri ketika melihat Markie.

.
.

"Aku lagi makan siang sama Markie, Bun," kata Haechan ketika Tennesya menghubunginya.

Saat ini Haechan dan Markie sudah berada di salah satu rumah makan Sarina. Mereka baru saja tiba dan ingin memesan makanan. Namun, Haechan meladeni panggilan telephone dari Tennesya terlebih dahulu.

Markie hanya duduk diam mendengarkan obrolan Haechan bersama Ibunda pemuda itu. Di samping mereka ada satu pelayan wanita yang berdiri menunggu keduanya memesan makanan.

"Iya, iya, aku udah baca pesan Bunda. Gak perlu diulangi. Sekarang aku tutup dulu telponnya, ya. Kasian Markie mau makan," ucap Haechan.

Markie berkedip-kedip ketika namanya kembali disebut oleh Haechan. Dia tampak merengut.

Kok jadiin Markie kambing hitam, sih?

Haechan berdecak setelah panggilan terputus. Pemuda itu segera meletakkan ponselnya di atas meja, lalu mengambil buku menu. Ia melirik ke arah Markie yang tengah memanyunkan bibir.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang