Haechan Dirga Derova
dan
Markie Arkha Adipura
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan.
Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu?
Warning...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku memang tidak terlalu lama mengenalnya, tapi Tuhan.... duniaku akan hancur jika dia pergi." -Haechan-
"Selama ini aku tidak pernah meminta apapun, tapi kali ini aku mohon jangan ambil Mas Dirga dariku, Tuhan." -Markie-
. . .
Haechan terus memeluk Markie yang tiba-tiba saja menangis dengan tubuh gemetaran setelah melihat sesuatu di dalam laptop serta amplop yang mereka temukan.
Laptop milik Lucas berisi banyak video Winnar ketika sedang melakukan kejahatan. Bahkan ada di antaranya saat pemuda itu membunuh seseorang, termasuk Shotaro Farel Saputra. Semua terekam jelas dalam laptop tersebut.
Lalu amplop di tangan Renjun berisi photo-photo Winnar saat sedang menyiksa Markie di masalalu.
"Sayang, tenang, ya? Di sini ada Mas Dirga. Kamu jangan takut lagi," ucap Haechan berusaha menenangkan istrinya.
Markie hanya mengangguk sembari terus memeluk Haechan. Melihat video serta photo tersebut benar-benar membuat luka lama pemuda itu terbuka kembali. Rasanya masih ada ketakutan yang tertinggal atau tak bisa semudah itu dihilangkan. Terlalu banyak rasa sakit yang ia terima dari Kakak tirinya.
Renjun menatap Markie dengan khawatir. Begitupula dengan jisung. Dia yang mengambil alih laptop milik Lucas.
"Markie?" Renjun memanggil pelan.
"Sebaiknya kita pergi dari sini, Bang," ucap Jisung dengan nada datar. "Semua bukti ini kita bawa buat dijadiin senjata untuk menjebloskan Winnar ke penjara," lanjutnya. "Tapi gue mau lihat dia menderita dulu sebelum membusuk di sel tahanan."
Haechan tidak menjawab karena masih fokus menenangkan Markie yang kondisinya belum stabil.
Renjun menatap photo-photo di tangannya.
Ya, Tuhan. Kenapa kami harus mengenal manusia yang tak memiliki hati seperti Arron?
"Dari mana Marvel dapatin semua bukti-bukti ini?" gumam Renjun.
Tidak ada jawaban atas pertanyaannya. Renjun melirik Haechan yang masih fokus menenangkan Markie. Lalu pemuda itu berbalik menatap Jisung. Seketika ia terdiam.
Tangan kanan Jisung terlihat mengepal kuat, bahkan urat-uratnya tampak jelas. Dia pasti kembali mengingat bayang-bayang saat Winnar berniat membunuhnya.
Renjun berjalan mendekat, lalu duduk di sisi Jisung. Ia memegang lengan pemuda itu yang terkepal.
"Winnar harus dapat ganjaran yang setimpal sebelum dia dihukum oleh polisi, Nanda," ucap Jisung. "Si iblis itu udah gak bisa hidup tenang lagi setelah menghilangkan banyak nyawa orang."
"Iya. Gue ngerti," sahut Renjun.
. .
"Sialan!"
Winwin merutuk kesal. Wajah pemuda itu terlihat datar dan dingin. Ia menatap ke suatu objek yang membuatnya marah.