.
.
.Setelah percakapan mengenai senja berlalu, suasana di antara Haechan dan Markie cukup canggung dalam beberapa saat. Sebelum kemudian Haechan menyuruh untuk beristirahat. Markie hanya mengangguk saja. Ia naik ke tempat tidur dengan patuh walau jantungnya berdetak tak menentu.
Sejujurnya, Markie belum siap jika mereka harus melakukan sesuatu yang biasa dilakukan oleh pasangan suami-istri setelah resmi menikah malam ini. Sangat beruntung Haechan pengertian. Pemuda itu tak memaksa kalau memang belum siap. Karena dia sendiri tidak terburu-buru. Mereka juga masih dalam tahap pengenalan satu sama lain.
Namun, sekarang Markie sama sekali tidak bisa tidur. Padahal Haechan tampak sudah terlelap sedari tadi.
Ketika ingin memejamkan mata, Markie langsung terjaga kembali kala teringat jik di sampingnya ada orang lain. Perasaan berdebar itu terus saja terasa. Meskipun ia berbaring membelakangi Haechan.
Beberapa kali Markie melirik sang suami dengan ekor matanya, walau yang bisa ia lihat hanyalah hidung saja. Karena takut kalau ternyata Haechan belum terlelap dan memergoki tingkahnya ini. Pasti akan sangat memalukan.
Markie tersentak ketika mendengar pergerakan di belakang tubuhnya. Dia melirik dengan perlahan-lahan. Ternyata Haechan hanya mengubah posisi dengan mata terpejam. Kini menghadap ke arahnya.
Entah sadar atau tidak, Markie ikut mengubah posisi, berhadapan dengan Haechan. Dia terdiam memandangi wajah suaminya. Markie akui jika sang suami cukup tampan. Kulit tan ekostis, garis rahang yang tegas, serta proposi tubuh yang lumayan bagus dan tinggi. Ia sangat yakin ada banyak yang terpesona.
Awalnya Markie tersenyum kecil saat memandangi Haechan, namun seketika senyumannya berubah kecut setelah teringat akan sesuatu.
"Pemuda yang sempurna seperti kamu, harus terpaksa menikah dengan orang sepertiku. Maaf, jika Markie tanpa sadar telah menghancurkan hidup sempurnamu, Haechanie."
Isi hati Markie berucap pesimis.
Markie tidak pernah lupa siapa dirinya. Seperti apa ia di mata orang lain. Seorang dengan banyak kekurangan, yang beruntung dinikahi oleh orang sesempurna Haechan.
Malam itu, Markie tertidur setelah menyimpan beberapa pikiran pesimis tentang seperti apa penilaian Haechan padanya.
.
.
."Tutup gordennya!"
Haechan mengerang kesal ketika seseorang mengusik waktu tidurnya dengan membuka gorden jendela kamar sehingga sinar mentari menyorot masuk.
Karena cukup terkejut mendengar suara Haechan, Markie buru-buru menutup gorden kembali. Dia memandangi sang suami dengan ekspresi panik dan takut. Pemuda itu berdiri di dekat jendela. Ia tampak resah.
Haechan yang sedikit terbangun, kini membuka kedua mata karena merasa heran mengapa sinar mentari tak lagi menyorot ke arahnya.
"Markie?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap(Hyuckmark)
FanfictionHaechan Dirga Derova dan Markie Arkha Adipura Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan. Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu? Warning...