Suasana di Pagi Hari

6.6K 432 62
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Setelah semua pekerjaan Markie selesai, pemuda itu beranjak ke kamar untuk melihat apakah sang suami sudah bangun atau belum dan ternyata suaminya masih terlelap dengan damai.

Markie berjalan mendekat sampai di sisi ranjang. Dia memandangi Haechan yang tidur begitu lelap. Senyum manisnya terlihat.

"Kayanya Mas Dirga kecapekan, deh. Tidurnya nyenyak banget."

Markie berkedip ketika tiba-tiba ia memiliki pikiran ingin memotret Haechan yang tengah tidur.

Pemuda itu beranjak mengambil ponsel yang ada di atas meja rias, ia mengutak-atik sebentar benda tersebut untuk mencari fitur kamera, lalu mengarahkan ponselnya pada sang suami.

Click.

Satu photo berhasil diambil kamera ponsel Markie. Ia tersenyum melihat hasil gambarnya yang bagus.

"Padahal ini jadi photo aib, tapi karena Mas Dirga itu ganteng, jadi hasilnya malah bagus," gumam Markie.

"Masih mau motoin Mas atau enggak, Dek? Kalau udah, Mas mau bangun, nih."

"Eh?"

Markie nyaris menjatuhkan ponsel di tangannya saat tiba-tiba saja Haechan bersuara.

"Mas Dirga udah bangun?" tanya Markie dengan tangan melambai di depan wajah sang suami yang memejamkan mata.

"Hm...."

Mata Haechan memang terpejam, tapi bibir pemuda itu tertarik seperti tersenyum.

"Ish, Mas Dirga!"

Markie berubah kesal. Dia berkacak pinggang dengan mata yang mendelik dan bibir mempout. Bukan menyeramkan, justru terlihat lucu.

Haechan menyerah. Pemuda itu tertawa lepas apalagi ketika melihat bagaimana raut wajah sang istri saat ini.

"Ish, Mas Dirga nyebelin!" kata Markie.

"Hahahaha. Maaf, sayang," sahut Haechan masih terus tertawa hingga membuat Markie semakin merengut.

Haechan menghentikan derai tawanya. Tangan pemuda itu meraih salah satu tangan Markie, lalu menarik sang istri dengan perlahan sampai jatuh menimpa tubuhnya.

"Aduh!"

Markie yang terkejut dengan tindakkan sang suami hanya bisa mengaduh. Kedua tangan Haechan terlihat memeluk pinggangnya.

"Kamu wangi banget," ucap Haechan yang tengah mengendus perpotongan leher Markie.

Pemuda manis itu merasa merinding karena ulah suaminya. "Adek udah mandi, jadi wangi. Mas Dirga belum mandi. Bau."

Haechan tertawa kala mendengar perkataan dari Markie. Ia mengeratkan pelukkannya. "Adek kenapa tadi photoin Mas yang lagi tidur?"

"Eungh, gak apa-apa, Mas," sahut Markie sedikit gugup. "Mas Dirga gak suka Adek photoin secara diam-diam, ya?" tanyanya.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang