Mengelak

5.7K 580 106
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Markie sudah tahu alasan mengapa Haechan bisa memeluknya, lalu menangis. Pemuda itu benar-benar terkejut jika apa yang terjadi padanya di masalalu terekam oleh kamera CCTV, dan rekaman tersebut dikirim oleh Lucas pada sang suami.

Ternyata dunia begitu sempit. Selama ini mereka berdekatan. Namun, Tuhan hanya belum mempertemukan mereka saja. Mungkin benar, Tuhan sudah mempersiapkan hari yang indah untuk dua insan saling bertemu dan menjalin sebuah hubungan dalam satu atap.

Pembicaraan Haechan dan Markie mengenai Lucas serta video rekaman tersebut ditutup dengan perkataan manis dari Haechan.

"Mulai sekarang Adek gak perlu hidup dalam ketakutan lagi. Karena ada Mas Dirga yang akan menjaga dan melindungi Adek. Kalau ada yang bikin Adek gak nyaman, jangan sungkan buat ngadu ke Mas Dirga, ya?"

Markie tersenyum, lalu memangguk. Dia juga sadar. Semakin lama ia hidup satu atap bersama Haechan, ketakutan di dirinya perlahan mulai menghilang. Ia sudah hidup seperti seseorang yang selalu merasa bahagia.

Saat ini, Markie sedang berada di dalam mobil. Keduanya hendak menuju rumah sakit milik keluarga Derova di Bandung. Sejak memulai perjalanan, lengan Haechan tak henti menggenggam tangan Markie. Pemuda itu menyetir hanya dengan satu tangan.

Padahal Markie sudah menyuruh untuk fokus. Namun, Haechan seperti takut jika ia hilang. Jadi, tangan kecilnya selalu digenggam lembut oleh sang suami.

Hati Markie terasa menghangat. Perlakuan Haechan dari awal mereka bertemu sampai sekarang sudah tinggal satu atap, selalu lembut dan perhatian. Tak pernah sekalipun membentak atau berbuat kasar.

"Mas Dirga....."

"Iya, sayang. Kenapa?" ucap Haechan menyahuti panggilan dari istrinya.

"Apa perjalanannya masih jauh, Mas?" tanya Markie.

Perlahan-lahan pemuda itu sudah mulai berbicara lancar, tidak terbata lagi. Meskipun masih sedikit kaku. Namun, sudah banyak kemajuan daripada pertama kali berbicara.

Jika Jaehyun tahu putra semata wayangnya kembali mengeluarkan suara, ia pasti akan sangat bahagia.

Haechan mengangguk. "Kita ke rumah Nanda dulu, ya, sayang. Soalnya Mas mau ngelihat gimana keadaan Jaemin," kata pemuda itu.

"Iya, Mas Dirga," balas Markie sembari mengangguk.

Tidak ada lagi pembicaraan dalam perjalanan menuju rumah Renjun. Markie yang sibuk melihat jalanan. Sementara Haechan fokus menyetir dengan satu tangan menggenggam tangan Markie. Tak lupa sesekali melirik ke arah istrinya. Mungkin takut tiba-tiba saja menghilang.

.
.
.

"Nan, Jeje mana?" tanya Jaemin yang baru bangun tidur. Pemuda itu di dapur, karena Renjun memang berada di sana.

"Astaga! Kenapa lo ke sini sendiri, sih? Itu juga gak pake kursi roda. Lo lupa Dokter bilang apa?"

Bukannya menjawab pertanyaan, Renjun malah mengomel karena melihat Jaemin datang seorang diri dan tanpa memakai kursi roda. Padahal pemuda itu belum diperbolehkan terlalu banyak bergerak, apalagi berjalan sendirian.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang