Berpura-pura

3.5K 424 83
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Mama ada di mana? Tadi Papa nyariin sampe marah."

Taeyongie tidak langsung menjawab perkataan Winnar ketika sang putra menghubunginya. Wanita itu seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Mama?"

Suara Winnar kembali terdengar. Taeyongie langsung tersadar.

"Eh, iya, sayang. Kenapa?" ucapnya.

"Mama baik-baik aja, kan?"  tanya Winnar dengan nada khawatir.

"Iya, Mama baik-baik aja, kok," sahut Taeyongie. "Oh, ya. Soal Papamu, Mama mau ngasih tau sesuatu. Kamu dengerin baik-baik, ya?"

Terdengar jawaban iya dari Winnar. Taeyongie mulai mengucapkan beberapa kalimat pada sang putra.

"Kamu ngerti, kan?" ucap Taeyongie di akhir perkataannya.

"Iya, aku ngerti, Ma," sahut Winnar. "Mama gak perlu khawatir. Masalah di sini, biar aku yang urus."

Taeyongie tersenyum kala mendengar perkataan Winnar.

"Ya, udah, sekarang kamu istirahat. Pasti capek, kan?" kata wanita itu.

"Mama juga istirahat,"  ucap Winnar.

"Iya, sayang. Pasti," sahut Taeyongie. "Ingat pesan Mama tadi, ya?"

"Iya, Mama. Good night."

"Good night, sayang."

Taeyongie mematikan sambungan itu, lalu ia tersenyum sinis.

"Sebentar lagi kehancuran akan segera datang menghampiri keluarga Adipura dan Derova."

.
.
.

Jeno menatap Jisung yang sedang tertidur di atas ranjang miliknya. Setelah membahas Winnar selama beberapa menit dengan luapan emosi yang sangat terlihat, pemuda itu langsung tidur.

Awalnya Jeno berniat ingin segera kembali ke Bandung bersama Jisung, tapi tidak jadi saat mengingat sekarang sudah jam dua dini hari. Lebih baik berangkat pukul delapan pagi. Sekalian istirahat. Pemuda itu juga sudah mengirim pesan pada Haechan untuk memberitahu kalau ia tak bisa langsung kembali ke rumah sakit.

Jeno masih tidak menyangka jika ternyata Jisung mengenal Winnary Arron Adipura. Bahkan Winnar-lah penyebab utama yang membuat sepupunya nyaris kehilangan nyawa.

Masalalu Winnar begitu buruk. Pemuda itu sangat berbahaya dan licik. Selain Markie serta Jisung, Jeno yakin jika ada lagi yang menjadi korban kejahatan Winnar.

"Sebenarnya sebusuk apa hati lo, Arron?" ucap Jeno bertanya pada dirinya sendiri.

"Gue rasa Daniel bisa bantuin Dirga buat ngehancurin Arron," gumam pemuda itu pelan. "Gue harus mempertemukan mereka berdua."

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang