Mulai Bertindak

2.7K 344 44
                                    

Ps: Aku ga tau ini bisa disebut di luar nalar atau enggak, tapi karena cowok emang ga bisa datang bulan dan di sini bisa hamil, jadi diketahui kehamilannya ga aku ikuti sesuai dengan apa yg biasanya terjadi ke cewek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ps: Aku ga tau ini bisa disebut di luar nalar atau enggak, tapi karena cowok emang ga bisa datang bulan dan di sini bisa hamil, jadi diketahui kehamilannya ga aku ikuti sesuai dengan apa yg biasanya terjadi ke cewek. Yaitu setelah telat datang bulan seminggu atau dua minggu, ya.

.
.
.
.

"Mas Dirga."

"Dalem, Dek."

Markie berkedip ketika mendengar balasan Haechan atas panggilan darinya. Entah mengapa ia merasakan debaran jantungnya begitu kuat serta pipi yang memanas.

Sahutan sang suami cukup manis.

"Kenapa, Dek?" tanya Haechan saat sang istri diam saja.

Markie kembali berkedip, lalu menggeleng. Kini wajahnya terlihat bersemu merah. Haechan mengulum senyum tipis.

"Eeung, Adek pengen beli buku ini. Boleh gak?" ucap Markie seraya memperlihatkan sebuah buku novel cukup tebal di tangannya. "Waktu itu Adek udah mau beli, tapi gak jadi karena uangnya gak cukup. Hehehe."

Haechan mengerutkan kening. Markie tidak memiliki uang untuk membeli sebuah buku novel padahal pemuda itu merupakan anak pengusaha serta novelis? Ini aneh.

"Boleh, sayang. Ambil aja yang Adek mau beli," kata Haechan.

Markie tersenyum cerah. "Adek cuma mau novel ini aja, Mas," sahutnya seraya melangkah lebih dekat pada sang suami.

"Gak mau beli yang lain?" tanya Haechan.

Markie menggeleng. "Enggak, itu aja, Mas. Kan, kita mau belanja bahan makanan."

"Oke. Kita ke kasir," ujar Haechan seraya mengambil buku novel di tangan Markie, lalu mereka berjalan ke tempat kasir berada.

"Maaf ya, Mas. Markie malah ajak ke sini. Padahal kita mau belanja."

Markie memasang wajah cemberut dan Haechan hanya tertawa melihat betapa lucu wajah istrinya.

"Gak apa-apa, sayang," kata Haechan. Pemuda itu meletakkan buku di meja kasir. "Nanti setelah belanja, kita ke rumah Nanda sebentar, ya."

Markie mengangguk. "Iya, Mas." Ia menjawab dengan gerakkan isyarat.

Haechan terdiam sejenak. Mungkin Markie masih belum terbiasa untuk berbicara jika ada orang lain di dekat mereka. Ya, kecuali pada Renjun, Jaemin dan Jeno.

.
.
.

Seorang pemuda bertubuh tinggi tengah berusaha mengangkat lemari yang menimpa tubuh Lyorra. Sementara gadis itu sudah tak sadarkan diri. Darah terlihat di lantai keramik.

Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya pemuda itu berhasil mengangkat lemari tersebut dan merubuhkannya ke arah lain.

"Karina!"

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang