Rembulan Menjadi Saksi

7.3K 449 84
                                        

Note: Segala yang ada di dalam alur cerita semua hasil fikti belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: Segala yang ada di dalam alur cerita semua hasil fikti belaka. Jangan dibawa ke kehidupan nyata. Boleh membenci karakter di cerita aja, tidak untuk dibawa serius.

.
.
.

Pada akhirnya Renjun dan Jisung benar-benar pergi keluar. Mereka hanya mencari makanan di pinggir jalan. Keduanya tidak membawa kendaraan karena Renjun berkata ingin sesekali berjalan kaki di malam hari.

"Ternyata jam segini masih ada yang jualan Crepes."

Jisung mengeluarkan suara dari keheningan yang melanda selama perjalanan pulang.

Renjun melirik sekilas, lalu fokus makan. Di tangan kiri pemuda itu ada Crepes dan tangan kanan Corndog Mozzarella. Sementara Jisung membawa es coklat Choco Ice Cream serta sosis goreng. Es tersebut milik Renjun. Jisung hanya memakan sosis goreng saja.

Jisung merasa lucu saat melihat Renjun makan yang tampak lahap sekali. Sepertinya dia kelaparan.

"Pelan-pelan makannya, Bang. Gak bakal gue minta, kok," celetuk Jisung becanda.

Renjun hanya mencibir dan terus fokus makan sambil berjalan pelan.

"Mau duduk di sana dulu gak, Bang?" tanya Jisung seraya menunjuk sebuah kursi panjang yang ada di setiap jalan menuju perumahan. "Gak enak makan sambil jalan gini."

"Justru gue suka," sahut Renjun. "Kerasa aja nostalgia kalau makan sambil jalan gini."

"Emang sebelumnya lo pernah ngalamin hal kaya gini?" tanya Jisung penasaran.

Renjun mengangguk. "Berempat waktu SMA suka ngobrol kaya gini sambil jalan dan makan sesuatu. Entah cilok, siomay, es atau makanan ringan lainnya."

"Siapa aja?" Jisung kembali bertanya.

"Gue, Dirga, Eky sama Ikbal," jawab Renjun. Pemuda itu membuang stik bekas Corndog ke tong sampah yang ada di sekitar jalan.

"Wah, kalian berempat udah temenan sejak lama atau gimana?" ucap Jisung.

"Kami bersahabat dari kecil," sahut Renjun sambil menghentikan langkahnya. Ia meminta es di tangan Jisung. "Gue main sama mereka bertiga aja. Kalau yang lain cuma sebatas angin lewat. Gak nyoba terlalu dekat."

"Kalian pernah berantem gitu gak, sih?" tanya Jisung penasaran. "Maksud gue itu semacam ribut kecil. Terkadang ada kesalah pahaman atau apalah."

"Kalau ribut yang serius itu terbilang jarang. Sementara ribut gak jelas yang kaya becandaan gitu, udah pasti sering banget," jawab Renjun. "Terkadang kalau lagi ada kesalah pahaman kami langsung obrolin sampai masalahnya kelar. Jadi, gak ada yang namanya kami ribut serius sampai berhari-hari. Karena emang langsung dituntasin hari itu juga biar semuanya selesai."

"Terus, apa kalian pernah suka sama satu orang yang sama gitu?" tanya Jisung lagi.

Renjun menggeleng. "Belum pernah. Karena kami berempat punya selera masing-masing kalau soal percintaan."

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang