Haechan Dirga Derova
dan
Markie Arkha Adipura
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan.
Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu?
Warning...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
"Mau makan malam apa, Mas?"
Markie sudah bangun dan mandi. Sekarang hanya tinggal menyiapkan menu makan malam untuk ia dan suaminya. Dia bangun sendiri. Tentu saja.
Haechan yang membaca tulisan Markie, terlihat berpikir. Tidak ada hal spesial yang ingin dia makan.
Menu makan siang sudah habis tanpa ada sisa. Markie hanya memasak porsi tak terlalu banyak. Karena ia mendapat informasi dari Tennesya kalau Haechan itu tak bisa memakan makanan sisa. Jadi, sebisa mungkin masak sekali habis.
Haechan memandangi Markie. Kalau dipikir lagi, istrinya pasti lelah. Dari pagi masak, terus merapikan rumah seperti menyapu dan lain-lain. Lalu menyiapkan makan siang. Belum lagi acara kemarin cukup melelahkan juga, meskipun hanya sekedar pengucapan janji suci. Tapi, tetap saja, kan?
Tepukan di bahu, membuat Haechan tersadar dari lamunannya. Markie terlihat menatap sang suami dengan raut khawatir. Dia bahkan sudah menuliskan pertanyaan.
"Apa Mas Dirga baik-baik aja?"
Haechan mengangguk sebagai jawaban. Tidak lupa sedikit memberikan senyuman tipis.
"Oh, ya. Dari pagi kamu udah masak buat sarapan dan makan siang. Takut kamu lelah, makan malam nanti lebih baik kita pesan aja. Gimana?" kata Haechan memberi usul.
Markie terdiam untuk beberapa saat, kemudian ia segera menulis jawaban atas pertanyaan sang suami.
"Apa sebenarnya masakan Markie gak enak, Mas? Jadi, Mas milih masakan luar."
"Bukan. Masakan kamu enak, kok. Aku cuma khawatir kamu lelah. Jadi, kan, lebih baik kita pesan aja gitu," ucap Haechan. Dia tidak berbohong. Masakan istrinya memang enak.
Markie berkedip-kedip dengan mulut yang terbuka sedikit. Wajahnya cukup menggemaskan. Pemuda itu kembali menulis di buku catatannya.
"Markie gak lelah kok, Mas. Itu, kan, udah kewajiban Markie sebagai istri."
"Beneran?" tanya Haechan.
Markie mengangguk disertai sebuah senyuman manis yang membuat Haechan terpaku untuk beberapa saat.
"Ya, udah kalau gitu. Tapi, masaknya yang sederhana aja, gak perlu banyak macam," kata Haechan.
Markie kembali menulis dengan gerakkan cepat.
"Apa Mas Dirga bisa rekomendasi makanannya?"
"Hm . . . Kamu bisa bikin masakan ala Korea gak?" tanya Haechan.
Markie terlihat tengah berpikir. Dia jarang masak menu masakan luar Negeri. Lebih sering masak makanan dalam Negeri.
"Belum pernah coba, Mas. Tapi, Markie bisa belajar, kok. Emangnya Mas Dirga mau dibuatin makanan apa?" tanya Markie dalam buku catatannya.