Ps: Dialog Jisung itu sebenernya siang, ya. Karena niatnya muncul chapter sebelumnya lagi. Tapi, malah aku sengajain chapter kemarin.
.
.
.Begitu sampai di rumah, Jeno langsung masuk. Mengabaikan sapaan dari satpam yang masih berjaga di pos. Pemuda itu membuka pintu utama tanpa mengetuk terlebih dahulu. Kebetulan tidak terkunci.
Suasana di dalam rumah terasa sepi dan cukup gelap. Hal tersebut jelas membuat Jeno heran. Kalau sang Ibunda memang sakit, bukankah seharusnya rumah tidak segelap ini meskipun sudah larut malam?
Sepertinya memang ada yang tak benar.
Daripada bertanya pada diri sendiri yang jelas tidak akan membuahkan hasil, Jeno memutuskan untuk pergi ke kamar Ibunya.
Namun, langkah pemuda itu terhenti ketika melihat lampu di dapur masih menyala. Bahkan sekarang terdengar suara dari arah sana.
Jeno berbalik menuju dapur. Ia mengerutkan kening kala melihat seseorang bertubuh tinggi tengah berdiri di depan lemari es dengan posisi membelakanginya..
Seseorang tersebut jelas bukan Ayah Jeno. Karena Ayah pemuda itu bertubuh pendek.
"Woy, siapa lo?"
Jeno mengeluarkan suara dan orang asing di dapur membalikkan badan. Seketika mata Jeno melebar.
"Heh, Daniel!"
Dia Daniel Jisung Rhastafari, yang merupakan keponakan dari Ayah Jeno. Ayah kandung.
"Bang Jeje!"
Jisung ikut terkejut, namun kemudian ia tertawa. Begitupula dengan Jeno.
"Gue kirain siapa, anjir! Taunya elu," kata Jeno. Dia masih tertawa. "Kapan lo balik dari Korea?" tanya pemuda itu seraya merangkul Jisung dalam beberapa saat.
"Baru tadi sore," balas Jisung. "Apa kabar, Bang?"
"Baik ajalah, ya," sahut Jeno. "Lo gimana? Pengobatan lo lancar dan udah selesai? Kayanya udah sembuh, nih."
Jisung mengangguk, kemudian tersenyum. "Puji Tuhan, Bang. Gue udah sehat setelah menjalani beberapa macam pengobatan di Korea."
"Syukur, deh," kata Jeno. "Gue seneng denger kabar baik dari lo." Pemuda itu tersenyum, lalu kembali merangkul Jisung yang ternyata lebih tinggi darinya.
"Iya, Bang. Gue juga seneng bisa balik ke Indonesia dan ketemu sama lo, tante Dhoyie dan yang lain," ujar Jisung.
"Lo mau menetap di sini, kan? Masa iya cuma main doang," ucap Jeno.
Jisung mengangguk. "Iya, bakal tinggal di sini sekalian mau ngelanjutin kuliah gue yang sempet macet karena nyembuhin diri dulu. Niatnya pengen tinggal bareng sama lo, Bang. Boleh gak, nih? Gue males kalau harus tinggal di rumah Nyokap. Jauh dari Kampus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap(Hyuckmark)
FanfictionHaechan Dirga Derova dan Markie Arkha Adipura Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan. Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu? Warning...