Haechan Dirga Derova
dan
Markie Arkha Adipura
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan.
Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu?
Warning...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . .
Seratus hari telah berlalu semenjak kematian Winnary Arron Adipura, kehidupan orang-orang yang ditinggalkan kembali berjalan normal seperti biasa. Lambat lalun, nama Winnary tak lagi dikumandangkan dalam pembicaraan mereka.
Ya, semua akan terus berjalan meski ada sanak keluarga yang telah berpulang ke sisi Tuhan. Kehidupan di dunia tidak akan berhenti hanya karena ditinggalkan orang terdekat.
~~~
"Mas....."
Markie memasukan sepotong buah semangka ke mulutnya dengan pandangan mata terarah pada layar televisi yang tengah menayangkan berita.
"Hm?"
Haechan menyahut berupa gumaman. Pemuda itu sedang fokus mengerjakan tugas kantor yang cukup menumpuk.
"Eky lagi ngapain ya, Mas?"
Haechan langsung mengalihkan pandangan ke arah sang istri. Keningnya tampak mengkerut.
"Kenapa Adek nanyain Eky?"
"Adek lagi pengen lihat topeng monyet, Mas," sahut Markie yang masih fokus makan.
"Hah?" Haechan melongo. "Apa hubungannya topeng monyet sama si Eky, Dek?" tanya pemuda itu heran. "Kalau Adek mau lihat topeng monyet, nanti Mas cariin."
"Eky yang jadi monyetnya, Mas," jawab Markie.
Haechan langsung speechless. "Heh, gak boleh gitu, sayang. Mana bisa si Eky jadi monyet."
"Bisa, kok!" sahut Markie. "Kan, muka Eky sebelas dua belas sama monyet, Mas."
"Heh, sayang....."
Mau tidak mau Haechan tertawa kala mendengar perkataan istrinya. Kalau ada Jeno di sini, pasti anak itu sudah merajuk tak jelas karena disamakan dengan seekor monyet.
"Ish, Mas! Adek mau lihat topeng monyet....," ucap Markie dengan nada merengek. "Mas hubungi Eky, terus suruh ke sini buat jadi monyetnya. Sekalian Daniel, Nanda sama Ikbal juga, Mas. Nanti mereka yang ngarahin monyetnya buat ngelakuin ini dan itu. Misalkan 'Eky pergi ke pasar' gitu."
Derai tawa Haechan semakin menggelegar sampai ke penjuru rumah. Dia jadi membayangkan bagaimana Jeno Ekylana Andres berlagak seperti seekor monyet peliharaan. Pasti terlihat sangat konyol.
Keinginan Markie selama masa hamil memang benar-benar tidak bisa ditebak. Sudah banyak hal random atau di luar akal sehat yang sang istri minta. Kalau tidak dituruti pasti langsung mengamuk dan mengadu pada Bunda Tennesya yang berakhir Haechan kena omelan serta jeweran maha dahsyat dari sang Ibunda. Belum lagi Mama Tasya ikut andil.
"Ish, Mas Dirga... jangan ketawa terus, dong! Adek mau lihat topeng monyet Eky," kata Markie sambil cemberut. "Kalau Mas gak nurutin, nanti Adek laporin ke Bunda!"