Haechan Dirga Derova
dan
Markie Arkha Adipura
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan.
Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu?
Warning...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . .
Jeno meringis ketika pria mencurigakan tersebut menyikut perutnya cukup keras. Kemudian dia segera melarikan diri.
"Woy, mau ke mana lo?!"
Jeno hendak berlari mengejar, tapi Tennesya menahan pemuda itu.
"Eky, berhenti! Gak perlu dikejar."
Jeno menoleh dengan raut bingung. "Kenapa gak boleh dikejar, Bun? Cowok tadi kemungkinan disuruh orang buat berbuat jahat ke tante Tasya," ucapnya.
"Karena Bunda tau siapa yang nyuruh orang itu," kata Tennesya seraya berjalan mendekati Jeno. "Lagipula sebentar lagi Tasya akan segera dipindahin dari sini."
"Bunda tau siapa orang yang nyuruh cowok tadi datang ke sini?" tanya Jeno.
Tennesya mengangguk. "Bunda masih cukup mengenalnya. Dia Hendery. Salah satu perawat yang pernah bertugas di rumah sakit keluarga Derova, dan dia merupakan saudara Taeyongie," kata wanita itu. "Bunda yakin kalau Taeyongie yang nyuruh Hendery."
"Berati tante Taeyongie udah tau kalau tante Tasya ada sama kami? Lebih tepatnya, Bunda, Ayah dan om Jaehyun," ujar Jeno.
"Kalau soal itu, Bunda kurang tau. Kemungkinan iya, atau Taeyongie masih mengira kalau Tasya hanya ada bersama kalian bertiga," ucap Tennesya.
Jeno mengangguk mengerti.
"Oh, ya. Apa Ikbal udah sadar?" tanya Tennesya.
"Iya, Bun. Dia lagi sama Nanda di ruang inap," sahut Jeno.
"Kamu kenapa keluar?" tanya Tennesya lagi.
"Niatnya sih, mau nyari makanan, Bun. Laper. Hehehe," jawab Jeno.
"Tapi?"
"Ya, gitu, deh." Jeno menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Tennesya geleng-geleng kepala, kemudian ia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu. Lalu, menyerahkan uang tersebut pada Jeno yang diterima dengan senang hati.
"Wih, Bunda tau aja kalau aku lagi gak ada duit," kata Jeno. "Makasih ya, Bun. Nanti aku ganti kalau udah gajian."
Tennesya hanya tersenyum. "Bunda itu tau gimana muka kamu kalau lagi gak ada duit," ucapnya. "Gak perlu diganti. Itu buat kamu aja."
"Beneran nih, Bun?" tanya Jeno.
"Iya," sahut Tennesya. "Ya, udah, katanya mau jajan. Sana, nanti keburu pada tutup. Sekalian beliin juga buat Nanda."
"Iya, Bunda. Aku pergi dulu," kata Jeno seraya beranjak pergi untuk membeli makanan.
Tennesya terdiam memandangi pemuda itu yang mulai menjauh. "Aku baru sadar kalau marga Eky sama kaya Dhoyie. Apa Eky anaknya Dhoyie dan Tirta, ya?" gumamnya. "Selama ini aku cuma tau tentang keluarga Nanda dan Ikbal. Sedangkan Eky, anak itu masih tertutup. Kalau ditanya, selalu ngejawab orang tuanya itu manusia."