Kedatangan Winnar

6.4K 610 90
                                        

Ps: Jaga emosimu ketika membaca cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ps: Jaga emosimu ketika membaca cerita ini.

.
.
.

Ketika Jaemin sudah siuman, dia langsung mendapat omelan panjang lebar dari Renjun. Pemuda itu hanya bisa pasrah saja menerima segala omelan tersebut. Sementara Jeno tengah duduk santai mendengarkan Renjun mengomel sembari makan siomay.

"Kalau sampe keadaan lo lebih parah dari ini, gimana, hah?!" Omelan Renjun masih terus berlanjut.

"Atau lo emang sengaja mau mati?" ucap pemuda itu.

Jeno tersedak bumbu siomay, Jaemin mendelik. Tidak menyangka Renjun bisa sampai berkata seperti itu.

"Gila omongan lo, Nan," ucap Jeno.

"Ya, dia emang beneran nyari mati," sahut Renjun kesal.

"Ngomelnya udahan, ya, Nan? Apa lo gak capek dari tadi ngomong terus?" kata Jaemin berusaha membuat kemarahan sang sahabat mereda.

Renjun berdecak, lalu duduk di kursi. Wajah pemuda itu masih terlihat kesal. Jaemin menarik napas dalam-dalam.

"Iya, gue minta maaf, Nanda. Gue tau kalau tindakkan gue ini berbahaya. Gue beneran minta maaf," ucap Jaemin. "Pada saat itu, yang ada di dalam pikiran gue cuma satu. Gue harus bisa ngambil tante Tasya dari tangan mereka. Karena gue mikir, tante Tasya merupakan salah satu kunci dari masalah yang lagi kita cari tau," lanjutnya. "Gue beneran minta maaf."

"Yang penting sekarang Jaemin baik-baik aja, Nan," kata Jeno.

"Gue cuma khawatir," ujar Renjun. "Gue panik, kaget waktu denger kalau Nana kecelakaan. Lo tau, kan, kalau kalian bertiga sangat berati bagi hidup gue, melebihi apapun."

"Iya, gue ngerti. Karena gue juga sama," kata Jeno.

"Lain kali, gue bener-bener berharap lo, Nana atau Dirga, kalian bertiga, tolong lebih berpikir sebelum bertindak. Mikirin dampaknya ke diri sendiri," ucap Renjun. "Gue gak mau kalau sampai kejadian ini terulang lagi. Ke kalian bertiga."

"Iya, Nanda. Gue minta maaf, ya?" kata Jaemin.

Renjun mengangguk, lalu menghela napas. "Ya, yang penting lo gak kenapa-kenapa."

"Mau makan gak, Na?" tanya Jeno sambil menyodorkan siomay miliknya yang sudah tinggal sepotong. "Mantep banget ini. Gak kalah sama siomaynya Mang Oji. Mau?"

Jaemin mendengus. "Udah tinggal sebiji, lo baru nawarin gue?" sindirnya.

Jeno langsung tertawa, lalu kembali memakan siomay yang tadi ia tawarkan pada sahabatnya.

"Lo beli siomay di mana, sih?" tanya Jaemin penasaran.

"Di depan rs, tuh. Ada yang mangkal. Gue beli goceng cuma dapet dikit, anjay! Tapi, wuenak, asli," sahut Jeno yang sekarang tengah menjilati bumbu siomay.

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang