.
.
.Setelah upacara pernikahan serta obrolan antar dua keluarga selesai, Haechan membawa Markie ke Apartment pemuda itu di kawasan Jakarta Selatan.
Haechan memang memiliki Apartment sendiri. Hadiah ulang tahun dari sang Ayah ketika pemuda itu berusia delapan belas tahun, usia legal untuk warga Indonesia memiliki kartu tanda pengenal.
"Kamu bisa membersihkan diri terlebih dahulu. Kamarnya ada di sebelah sana," kata Haechan ketika ia dan Markie sudah berada di dalam Apartment.
Markie mengangguk, lalu melangkahkan kaki memasuki ruangan yang ditunjuk oleh Haechan. Sementara pemuda itu beranjak ke dapur untuk mengambil minum.
Markie melirik kamar yang lumayan luas tersebut. Kamar itu sangat rapi, tidak banyak barang di dalamnya. Hanya ada lemari pakaian yang cukup besar, televisi serta satu rak buku berukuran kecil. Cat kamar berwarna putih dengan beberapa hiasan tertempel di dinding. Seperti; lukisan, jam, dan juga poster.
Di dalam kamar juga terdapat kamar mandi yang menyatu. Tidak perlu berlari keluar jika terburu-buru dan bangun terlambat.
Markie mendudukkan diri di sisi tempat tidur. Pemuda itu ingin membersihkan badan, namun ia baru tersadar jika semua pakaiannya masih berada di rumah. Dia harus memakai baju apa nanti?
Pintu kamar terbuka yang membuat Markie sontak terkejut dan tubuhnya menegang. Dia memandangi Haechan yang tengah menatapnya.
"Kenapa belum bebersih?" tanya Haechan heran ketika melihat Markie masih mengenakan setelah jas hitam sama sepertinya. Pemuda itu berjalan mendekat.
"Engh?"
Markie tampak bergerak gelisah, sementara Haechan meneguk ludah saat mendengar suara yang dikeluarkan oleh istri-nya ini.
"Kenapa?" tanya Haechan berusaha menahan diri.
Markie ingin menulis untuk mengatakan apa yang ia pikirkan pada Haechan. Namun, catatan miliknya tertinggal di mobil.
Haechan yang seolah mengerti lantas mengambil sebuah buku kosong di rak juga satu pen, lalu menyerahkan kedua benda itu pada sang istri.
Markie segera menulis di buku, setelah selesai ia memperlihatkan hasil tulisan tangannya pada Haechan.
"Anu, semua bajuku masih di rumah."
Haechan baru sadar. Mereka langsung ke Apartment tanpa membawa barang-barangnya atau Markie terlebih dahulu.
"Kayanya aku punya baju yang ukurannya agak kecil," ucap Haechan seraya beranjak ke arah lemari pakaian.
Markie hanya mengangguk dan memilih memperhatikan sang suami yang tengah mencari baju.
Suami. Kata tersebut seolah masih sebuah mimpi bagi Markie. Tidak pernah terpikir olehnya jika ia benar-benar akan memiliki keluarga kecil sendiri bersama orang lain yang menafkahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap(Hyuckmark)
FanfictionHaechan Dirga Derova dan Markie Arkha Adipura Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan. Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu? Warning...