Haechan Dirga Derova
dan
Markie Arkha Adipura
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan.
Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu?
Warning...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . .
Haechan sudah memesan tiket untuk kembali ke Indonesia. Saat ini dia tengah merapikan semua barang mereka. Sementara Markie sedang tidur.
"Bunda pasti bakal ngomel gue dan Markie ngedadak pulang gini," gumam Haechan. "Tapi, biarinlah. Rasanya hati gue masih ngeganjel kalau belum tau gimana keadaan Jaemin. Terlebih di sini ada Arron. Liburan kita berdua bakal terganggu karena kehadirannya," kata pemuda itu.
"Tapi, gue penasaran kenapa Arron bisa ada di sini?" gumam Haechan sembari menghentikan kegiataannya barang sejenak. "Apa jangan-jangan nomor dari China yang ngehubungi gue itu Arron?" Ia kembali bergumam.
"Kalau emang dugaan gue bener, dia dapet nomor dan posisi gue ada di sini dari siapa? Gak mungkin banget kalau dia kebetulan lagi libur di Paris," kata Haechan.
Tiba-tiba terlintas satu nama dalam benak pemuda itu. Setelah teringat akan perkataan pemilik nama tersebut sebelum dia berangkat ke Paris.
"Mama Taeyongie?"
Haechan beranjak untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Dia mengutak-atik benda tersebut dalam beberapa saat. Nomor dari negara China yang sempat diblokir, kembali ia buka blokiran itu.
Tidak berselang lama muncul pesan dari nomor tersebut, yang berbisi sebuah pesan singkat. 'Tunggu kedatanganku, Dirga.'
"Ini jelas Arron," ucap Haechan. "Dan gue yakin kalau dia tau gue ada di sini dari Mama Taeyongie," lanjutnya. "Tapi, kenapa Mama ngelakuin itu, sih? Apa maksudnya coba."
Haechan menoleh ke arah Markie yang tengah tertidur pulas. Perlahan ia menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis.
"Sedikitnya gue tau gimana sikap Mama Taeyongie ke Markie sejak kecil, dan gue yakin masih ada banyak kejadian pahit yang belum diceritain sama Markie. Gue harus nyari tau semuanya. Sampai tuntas. Agar Markie bisa hidup bahagia dengan tenang sama gue," kata Haechan seraya mengusap rambut istrinya, lalu memberi kecupan sayang di kening.
"Mas janji akan selalu jagain kamu," bisik Haechan pelan.
Sebelum kemudian dia beranjak kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
. . .
Pagi ini suasana di rumah Jaehyun terasa lebih suram daripada biasanya.
Taeyongie sedang duduk di kursi meja makan, menyiapkan beberapa potong roti untuk suaminya sarapan.
Jaehyun baru datang ke ruang makan dengan pakaian yang sudah rapi. Pria itu menarik kursi untuk duduk. Taeyongie tampak melirik sekilas.
"Semalam kamu dari mana? Kenapa bisa pulang pagi buta," ucap Taeyongie.
"Ada rapat," balas Jaehyun singkat.
"Rapat sampai selarut itu?" ujar Taeyongie.
Jaehyun melirik dengan ekor matanya. "Gak cuma sekali ini aku rapat sampai pagi, udah sering," kata pria itu seraya berdiri setelah meminum segelas air putih. "Nanti juga bakal pulang telat. Aku pergi."