.
.
Note: Segala yang ada di dalam alur cerita semua hasil fikti belaka. Jangan dibawa ke kehidupan nyata. Boleh membenci karakter di cerita aja, tidak untuk dibawa serius.
.
.
.
"Jadwal kita hari ini ke mana aja, Mas?" tanya Markie setelah selesai sarapan.
"Hm, pastinya ke rumah Ayah dan Bunda karena kita mau tinggal di sana. Lalu ketemu sama Nanda, Eky, Ikbal dan Daniel," jawab Haechan. "Tapi kalau Adek gak mau ikut juga gak masalah. Biar sama Bunda aja di rumah."
"Heum, Adek mau ikut sama Mas Dirga aja," kata Markie. "Soalnya kalau berdua sama Bunda nanti ditanya yang aneh-aneh. Adek harus jawab apa?"
Haechan tertawa kala melihat wajah istrinya cemberut. "Ya, paling Bunda cuma nanya. Mas Dirga udah menyentuhmu apa belum?" ucap pemuda itu dengan nada jahil.
Wajah Markie langsung memerah. "Mas Dirga....." Ia bergumam pelan.
"Kamu jawab aja. Udah dua kali, Bunda. Mungkin sebentar lagi cucu Bunda launching."
Haechan masih saja menjahili istrinya.
"Ish, Mas Dirga, udah, dong. Adek, kan, malu," kata Markie dengan wajah yang semakin memerah.
Haechan kembali tertawa. "Muka kamu lucu banget kalau lagi malu-malu gini," kata pemuda itu.
Markie hanya cemberut dan tidak membalas perkataan suaminya.
"Oh, ya. Adek gak perlu bawa banyak baju ke rumah Bunda. Biar nanti kita beli yang baru. Barang juga seperlunya aja," ucap Haechan.
"Heem, tapi baju Adek masih banyak, Mas," sahut Markie.
"Gak apa-apa. Bajunya ditinggal aja biar nanti kalau kita mau tidur di sini udah ada baju," kata Haechan.
"Ya, udah, deh. Terserah Mas Dirga aja. Adek ngikut apa yang Mas bilang," ujar Markie sambil tersenyum.
Haechan membalas senyuman sang istri. "Nah, sekarang siap-siap. Sebentar lagi kita berangkat."
"Iya, Mas. Adek beresin ini dulu, ya," ucap Markie sembari memulai pekerjaannya.
"Mau Mas bantuin?" tanya Haechan menawarkan diri.
"Gak usah, Mas. Adek bisa sendiri, kok," balas Markie.
Haechan tidak langsung menjawab perkataan sang istri karena ponselnya bergetar tanda pesan masuk.
Raffael: Selamat pagi, Tuan. Maaf mengganggu. Saya hanya ingin menyampaikan jika orang yang saya kirim sudah ada di depan.
Haechan kembali mengalihkan pandangannya ke arah Markie yang tengah merapikan meja makan. Ia tak membalas pesan dari Raffael.
"Kalau butuh bantuan Adek tinggal panggil Mas aja, ya," kata Haechan. "Mas ke depan dulu sebentar."
"Iya, Mas," sahut Markie sembari mengangguk.
Haechan beranjak ke depan guna menemui orang yang dikirim oleh Raffael. Dua orang yang akan menjadi bodyguard untuk menjaga Markie saat ia tak ada bersamanya.
.
.
.
"Sialan! Kenapa gue nangis, sih?"
Renjun mengusap wajahnya dengan kasar karena ingin menghalau air mata yang lancang keluar tanpa diminta.
Pemuda itu tidak mengerti mengapa ia bisa menangis setelah memikirkan kemungkinan Jaemin dan Jeno berciuman. Padahal pikirannya belum tentu benar.
"Aish!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap(Hyuckmark)
FanfictionHaechan Dirga Derova dan Markie Arkha Adipura Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan. Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu? Warning...
