Sebuah Pujian

4.6K 509 74
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Ps: jangan diketawain Mark bisa masak di sini. Ntar dia ngambek bisa brabe, ga mau diajak syuting lagi sama gue.

.
.
.

Markie telah selesai memasak makanan untuk makan siang. Dia memasak tumis ayam jamur, udang goreng tepung, beberapa potong tempe dan tahu goreng, sedikit membuat sambel matah, serta tumis kubis campur telur.

Semoga saja Haechan menyukai menu makan siangnya hari ini.

Markie bergegas menuju kamar, tak lupa meletakkan apron terlebih dahulu kembali pada tempatnya. Dapur serta kompor juga sudah rapi ia bersihkan dari minyak atau kotoran. Agar nanti hanya mencuci piring saja.

Ketika tiba di kamar, Haechan masih fokus pada kamera, entah apa yang menarik perhatian pemuda itu sehingga betah sekali sedari tadi hanya melihat kamera. Bahkan sampai tak sadar akan kedatangan istrinya ke kamar.

Markie sudah berdiri di samping Haechan, dia tengah menulis sesuatu, lalu menepuk lengan sang suami dengan pelan.

"Ha?"

"Makanannya sudah siap."

Begitu kalimat di dalam buku catatan Markie.

"Oke."

Haechan langsung berdiri dan meletakkan kameranya di meja nakas.

"Aku ke kamar mandi bentar. Kamu bisa ke ruang makan duluan," ucap Haechan yang dibalas anggukkan kepala dari Markie.

Haechan berjalan ke kamar mandi, sementara Markie ke ruang makan.

.
.
.

"Kenapa Dirga belum baca pesan gue, sih?" gerutu Jeno sebal. Dia sedang berada di rumah Renjun, tentunya bersama Jaemin juga.

Setelah pertemuan singkat dengan Winnar di restoran, ketiga pemuda itu memutuskan untuk pergi ke rumah Renjun.

"Jangankan dibaca, lo lihat itu centangnya aja satu," kata Jaemin dengan nada mencibir. "Mungkin dia masih tidur."

"Masa udah siang gini dia masih tidur, sih? Anak itu paling cepet bangun walaupun lagi libur," ujar Jeno.

"Ya, mungkin semalam emang ada kejadian aneh-aneh antara dia dan Markie? Namanya juga pengantin baru. Siapa tau Dirga gak bisa nahan dirinya dan terjadilah tetat tetot," sahut Jaemin asal.

Jeno mendelik gusar. Pusing dengan perkataan absrud dari Jaemin. Sementara Renjun ada di kamar mandi.

"Tetat tetot apaan, anjir!" gerutu Jeno sebal. "Lo tau sendiri dia yang paling bisa nahan, kan? Otaknya juga waras, gak melenceng mulu kaya elu," sindir pemuda itu.

"Heh! Namanya juga pengantin baru, oon! Gue cuma asal ngomong, belum tentu beneran," ucap Jaemin. "Lagian lo ngapain bilang ke Dirga kalau Arron udah balik ke Indonesia? Biarin Dirga tenang sama hidup barunyalah."

Satu Atap(Hyuckmark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang