Haechan Dirga Derova
dan
Markie Arkha Adipura
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan.
Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu?
Warning...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Note: Semua yang ada di sini hanya karangan author. Tolong jangan dibawa ke dunia nyata. Jika benci suatu karakter, bencilah hanya di ceritanya.
. . .
Jisung dan Renjun sudah tiba di rumah sakit. Sekarang mereka tengah menunggu kabar dari Dokter yang sedang menangani Haechan di ruang UGD.
Sementara Markie ada di ruang rawat setelah tadi sempat menangis histeris memanggil suaminya dengan tubuh gemetaran, lalu berakhir pingsan.
Semoga Haechan dan Markie baik-baik saja.
Jisung mendekat ke arah Renjun yang duduk dengan kepala menunduk dan kedua tangan bertaut seperti tengah berdoa.
"Kamu udah ngabarin orang tua Bang Dirga dan Kak Markie?" tanya Jisung hati-hati setelah Renjun selesai.
Pemuda itu mengangguk. "Iya," sahutnya sedikit bergetar.
Jisung tahu jika saat ini Renjun tengah mengkhawatirkan kondisi Haechan.
"Temenin Markie di ruang rawat, Niel," gumam Renjun. "Biar aku yang di sini."
"Kamu gak apa-apa?" tanya Jisung.
Renjun mengangguk. "Markie juga butuh seseorang saat nanti dia sadar. Pastiin kamu bisa tenangin dia dulu. Jangan biarin Markie kaya tadi," sahutnya seraya menarik napas. "Biar Dirga aku yang temenin. Kalau aku ke tempat Markie, aku takut gak bisa tenangin dia."
Jisung menatap Renjun dengan lekat. Pemuda itu sendiri membutuhkan seseorang untuk menenangkannya. Tapi, ia tidak bisa melakukan apa-apa selain memberikan sebuah pelukkan hangat.
"Bang Dirga pasti baik-baik aja," ucap Jisung.
Renjun mengangguk. "Iya."
Jisung melepaskan pelukkannya. "Aku ke ruangan Kak Markie dulu. Nanti kalau keluarga Bang Dirga dan Kak Markie datang, aku ke sini lagi."
Renjun kembali mengangguk. Darah pemuda itu berdesir ketika Jisung mengecup keningnya. Rasa gelisah, takut dan khawatir yang ada di hati perlahan memudar.
Jisung berdiri dengan tangan mengusap rambut Renjun. Dia memberikan senyuman, lalu beranjak.
Mata Renjun terpejam, ia kembali menyatukan kedua tangannya untuk berdoa.
"Tolong selamatkan Dirga, Tuhan. Jangan Kau ambil dia dari kami."
Makasih, Daniel.
Jisung menghentikan langkah ketika ponselnya yang berada di saku celana bergetar.
"Hallo....."
"Hallo, dengan Mas Daniel? Saya polisi yang menangani kasus kecelakaan saudara Dirga."
"Iya saya Daniel. Ada apa, Pak?"
"Saya ingin memberitahu Anda bahwa mobil milik saudara Dirga ada yang mensabotasesehingga membuat rem blong. Sekarang kami tengah memeriksanya lebih lanjut lagi."