Haechan Dirga Derova
dan
Markie Arkha Adipura
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mencintai harus tinggal satu atap karena perjodohan.
Bagaimana nasib keduanya? Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka dengan seiring berjalannya waktu?
Warning...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
"Apa yang udah kamu perbuat pada anakku?" ucap Jaehyun begitu melihat Taeyongie menuruni tangga.
Wanita itu menatap suaminya. Ada perasaan gelisah yang ia rasakan.
"Aku gak ngelakuin apa-apa," sahut Taeyongie.
"Jangan bohong, Belsa. Aku bisa mendengar dengan jelas suara Haechan yang mengatakan kalau Markie nangis," kata Jaehyun.
"Anakmu emang nangis, tapi bukan aku yang bikin dia nangis," ucap Taeyongie dengan nada jengkel. "Saat aku ke kamarnya, dia udah nangis kaya gitu."
Jaehyun memincingkan matanya dengan tajam. "Saya gak percaya."
Taeyongie berdesak. "Terserah!" Wanita itu segera membalikkan badan, kembali melangkah menaiki tangga.
Jaehyun menghela napas berat. Dia tidak bisa melanjutkan pertikaian ini. Masih ada menantunya.
. . .
Haechan memandangi Markie yang mulai kembali mengambil barang penting miliknya. Sang istri telah berhenti menangis, sekarang kondisinya sudah lebih tenang. Namun, Haechan masih tidak yakin dengan alasan Markie menangis.
"Markie nangis karena agak berat ninggalin kamar ini, Mas. Kamar ini merupakan kamar kesayangan Markie dari kecil. Bahkan gak mau kalau furniture -nya diganti. Mas Dirga lihat banyak barang-barang lucu kaya anak SD di sini, kan? Itu Markie ngumpulin dari kecil. Hehehe."
Begitulah penjelasan Markie ketika Haechan bertanya, kenapa menangis.
"Mas gak perlu khawatir. Markie baik-baik aja."
Kalimat penutup sebelum Markie meminta izin untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.
Haechan memutuskan untuk percaya, meskipun sebenarnya tidak. Dia yakin ada yang tidak benar dengan hubungan sang istri dan Ibu mertuanya.
"Gue harus nyari tau," gumam Haechan seraya berjalan mendekati tempat Markie berada. "Jaemin bisa diandelin dalam masalah ini. Gue bisa minta bantuan sama dia," gumamnya lagi.
Haechan mengerutkan keningnya kala melihat sang istri tengah bergeming memandangi sesuatu.
"Kamu kenapa?" tanya Haechan.
Markie menoleh, lalu tersenyum. Pemuda itu memberikan sesuatu di tangannya. Sebuah photo seorang perempuan.
Haechan bingung. "Ini siapa?" Wajahnya cukup mirip dengan sang istri. Apakah saudara?
Markie menulis beberapa saat, lalu memperlihatkannya pada Haechan.
"Kenalin, Mas. Ini namanya Mama Tasya. Mama-nya Markie."
Haechan jelas terkejut. Apa maksudnya wanita yang ada di dalam photo itu merupakan Ibu dari sang istri?
Markie kembali menulis.
"Mama Taeyongie itu Mama tiri Markie, Mas. Kalau Mama Tasya, itu Mama kandung Markie."
Sekarang Haechan sudah menemukan jawaban mengapa pandangan Taeyongie tampak dingin pada Markie. Ternyata wanita itu bukan Ibu kandung sang istri. Pantas saja perbedaan jarak umur Arron dan Markie hanya beberapa bulan.
"Cantik, ya. Persis kamu," ucap Haechan. "Pasti Mama Tasya juga berhati baik. Dilihat dari wajahnya."
Mulut Markie tampak membulat. Ia kembali menulis sesuatu.
"Mas Dirga gak kaget waktu Markie bilang kalau Mama Taeyongie itu bukan Mama kandungnya Markie?"
Haechan hendak menjawab, tapi sang istri terlihat menulis lagi. Jadi, ia memutuskan untuk menunggu.
"Ah, apa Papa udah ngasih tau Mas Dirga, ya? Atau mungkin tau dari Ayah dan Bunda."
Haechan tersenyum. "Enggak juga," kata pemuda itu. "Gak ada yang ngasih tau soal masalah ini ke aku," ucapnya. "Ya, lagian waktu pertama kali aku ketemu kamu dan Mama Taeyongie, kalian kelihatan gak mirip."
Markie tersenyum. Ternyata sang suami memiliki penglihatan yang bagus.
"Markie."
"Eng?"
Markie terkejut karena Haechan memanggilnya dan spontan mengeluarkan suara.
Haechan bergeming dalam beberapa saat. Dia jadi teringat akan perkataan Tennesya mengenai Markie ketika sang Ibunda berkunjung.
Tapi, sebaiknya Haechan tidak perlu mencari tahu sekarang. Belum saatnya.
"Kalau boleh tau, Mama Tasya ke mana?" tanya Haechan hati-hati. Karena takut menyakiti perasaan istrinya.
Wajah manis sang istri terlihat sedih dan Haechan menyesal. Seharusnya dia tidak menanyakan pertanyaan tersebut. Padahal sedikitnya ia bisa menebak mengapa Ibu kandung Markie tidak ada di sini sekarang.
"Maaf, kamu gak perlu jawab. Aku salah. Lupain pertanyaan tadi," kata Haechan mencoba agar istrinya tak sedih lagi.
Markie menggeleng, kemudian dia segera menulis.
"Markie sendiri gak tau Mama Tasya ke mana, Mas. Karena sejak kecil, Mama Markie itu Mama Taeyongie. Markie baru tau waktu SMP. Papa yang bilang. Tapi, Papa gak ngasih tau ke mana Mama Tasya pergi. Yang jelas Mama-nya Markie masih ada di dunia."
Sekarang, Haechan sangat yakin jika keluarga istrinya mempunyai masalah yang cukup rumit. Melihat bagaimana sikap Taeyongie sekarang yang tampak berubah pada Markie.
Sepertinya, Haechan memang harus mencari tahu. Terlebih Markie sudah menjadi tanggung jawabnya.
"Markie berharap bisa bertemu dengan Mama Tasya. Suatu hari nanti. Hehehe."
Tulis Markie lagi. Haechan segera tersadar dari lamunannya.
"Dan bilang kalau Markie punya suami yang baik."
Haechan tersenyum kecil ketika membaca tulisan terakhir dari Markie. Pemuda itu segera beranjak, kemudian memeluk istrinya dengan lembut.
Markie berkedip, merasa bingung kenapa sang suami tiba-tiba saja memeluknya.
"Iya. Mas Dirga juga pengin ketemu sama Mama Tasya."
Hati Markie menghangat kala mendengar perkataan dari suaminya. Dia membalas pelukkan sang suami.
Iya, Mas Dirga.
.....
Tbc.
New!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AnnantasyaYuthavantyGunawan
Ibu kandung Markie.
Selamat tahun baru semuanya~ gak nyangka ya, kita mau setahun kenal wkwkwkwk.