Sebelum pertemuan

779 85 21
                                    

"Datanglah. Aku tak ingin ada pembantaian apapun." Jawab Gojo.
"Apa yang kau lakukan?!" Jawab Satoshi.

Tak lama kemudian, kepala dari seorang shaman itu meledak dengan sendirinya hingga berceceran darah.

(Y/n) menutup mulutnya, terkejut.

"Siall!!" Tutur Gojo merasa kesal.
Sementara (y/n) masih dalam keadaan terkejut hebat sembari mengepalkan tangannya.

"Satoru apa yang kau lakukan?!" Satoshi masih dengan amarahnya.
"Aku ingin mendengar apa yang diinginkannya." Jawab Gojo.

"Ia menginginkan mata mu! Itu sudah jelas!" Jawabnya.
"Lalu apa yang harus kulakukan? Menunggunya kembali menyerang atau membantai klan? Terlebih, ia sudah mengetahui dimana penerus six eyes berada." Tutur Gojo.

"Dia bukan sesuatu yang pernah kau lihat. Ia berbeda, Satoru. Aku tak bercanda." Jawab Satoshi mulai serius.
"Maka dari itu, aku tak ingin ia memakan korban kembali. Pembantaian bisa terjadi kapan saja. Dan, ia bisa menyerang (y/n) kapanpun." Jawab Gojo.

"Kau menyetujui hal ini, (y/n)? Apa yang kau lihat dalam vision mu? Apa yang mereka rencanakan?"Tanya Satoshi pada gadis itu.
"Aku, tak bisa membaca pergerakan mereka." Jawab gadis itu.
"Jangan memaksakan dia. Aku takkan pernah tahu siapa yang akan kuhadapi jika aku tak menemuinya. Lagipula, ini bisa menjadi peluangku untuk menjangkaunya." Jawab Gojo.

Mendengar perdebatan ini, Saaki membantu menenangkan Satoshi, ia mengenggam tangannya.

"Sudahlah, seharusnya aku yang lebih khawatir bukan? Tapi, aku selalu percaya padamu Satoru. Lakukan apa yang menurutmu harus dilakukan. Tapi, pikirkan kembali jika kau tak kembali dengan utuh. Kau akan meninggalkan (y/n) dan penerus dirimu." Tutur Saaki.

"Kesepakatan apapun itu, aku takkan langsung menyetujuinya." Jawab Gojo.
"Aku tahu kau lebih pintar dari itu." Jawab Saaki.

"Aku takkan pergi dari sini hingga mengetahui kesepakatan itu." Jawab Satoshi.
"Jangan dulu memanggil bala bantuan, ia akan menduga kita membohonginya." Jawab Gojo.

Setelah suasananya mulai sedikit tenang. Gojo memasuki rumahnya dan menghampiri kamarnya. Disusul oleh (y/n).

"Satoru, aku tak menyetujui hal ini." Tutur (y/n).
"Aku tahu kau akan bilang begitu."
"Aku menyuruhmu mendengarkannya bukan berati untuk menyetujui bertemu dengannya."

"Aku tak memiliki pilihan lain. Aku sudah lelah dengan semua permasalahan ini. Aku hanya ingin menikmati waktuku untuk bertemu dengannya." Jawab Gojo mengarah pada perut gadis itu.

"Aku harus menyelesaikan ini semua." Lanjut Gojo.
"Jika ia benar-benar menginginkan mata mu? Apa kau tetap akan memberikannya?"

Gojo seketika terdiam.

Ia menggeleng pelan, "tidak, aku takkan memberikannya peluang untuk menjadi lebih kuat." Jawabnya sedikit tak yakin.

"Satoru, aku sudah mengaktifkan vision milikku. Kau tak bisa berbohong." Jawab gadis itu mengetahui semua rencana Gojo.

Ia terdiam mematung.
"Aku tak berencana seperti itu .."
"Itu rencana terakhirmu jika tak berhasil menghadapinya kan?" Potong gadis itu mengetahui semuanya.

"(Y/n) ..."
"Aku tahu kau selalu bisa menghadapi apapun. Tapi kumohon, itu bukan tindakan yang cukup bijak." Potong (y/n).
"Saat pertemuan itu, aku berencana untuk menyerangnya lebih dulu. Mungkin aku akan memiliki peluang." Jawab Gojo.

Gadis itu menghela nafasnya.
"Jika tak berhasil, kau akan menyalakan api terlebih dahulu. Ia bisa melakukan pembantaian kapan saja kau tahu itu."

Gojo mengangguk.
"Aku akan membaca terlebih dahulu kemampuannya. Tenanglah, aku takkan bergerak tanpa rencana." Jawab Gojo selalu meyakinkannya dengan santai.

Weakness || Gojo Satoru x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang