Haechan melangkah pelan di altar. Dia nelen ludah ngelirik ke kursi dimana keluarga besarnya duduk disana. Ngerekam setiap langkah Haechan dengan ponsel mereka. Senyum dengan bahagia seolah mereka ga pernah mengalami kehebohan sebelumnya. Di sisi kiri, keluarga besan juga Ngeliatin Haechan dengan penuh harapan bahagia.
Ini ga bener.
Haechan gemeteran. Langkahnya pelan sambil ngegandeng ayah. Dia pake high heels penganten. Haechan gemeter bukan karena harus pakai high heels dia bisa pake high heels karena udah belajar high heels dance di sanggar. Haechan juga udah biasa dandan ala cewek demi kepentingan penampilan di sanggar. Haechan tau gimana caranya jadi cewek. Tapi bukan untuk menikah.
Di depannya, Winter bertugas menabur bunga. Ngelirik Haechan hati-hati. Dia juga deg-degan. Takut orang-orang tau kalau ternyata pengantennya adalah laki-laki.
"Tenang..." Ayah nepuk tangan Haechan yang ngegandeng lengannya. Untuk sesaat, Haechan seolah merasa kalau ayah lagi beneran nenangin dia. Bukan lagi nenangin anak kesayangan yang gagal menikah.
Ini ga bener.
Haechan masih mengucapkan mantra itu dalam hati. Ini ga bener. Bukan Haechan yang seharusnya berjalan di altar sambil menggandeng ayah. Bukan Haechan yang ditatapi penuh kagum sama tamu-tamu. Bukan Haechan yang difoto dan direkam sama bridesmaid dan keluarga besar.
Bukan Haechan yang menikah.
Tapi semua ini terjadi. Haechan didandani ala pengantin wanita. Berjalan menggandeng ayahnya di tengah altar. Dengan tatapan kagum dari para tamu dan keluarga tentang betapa cantiknya Yeri dalam gaun pengantin.
Ini Haechan. Bukan Yeri.
Haechan pengen terikan itu ke semua orang. Dia laki-laki. Haechan ga cantik.
Tapi Haechan tau situasi. Dia cuma bisa nahan semuanya. Berjalan pelan ditengah tamu undangan yang menatapi dengan kagum. Dia bisa ngeliat Mina yang melongo di kursi undangan. Mungkin kaget karena Yeri yang baru kemaren dicari Haechan muncul di altar.
Mungkin.
Ketika sampai di altar, Haechan ga mau ngelepasin ayah. Tapi ayah agak maksa ngelepasin gandengannya untuk kemudian dikasih ke calon penganten pria.
Haechan akhirnya ngehela nafas. Nunduk untuk ngambil nafas lagi. Dia ngangguk untuk meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ga akan ada tau kalau Haechan bukanlah Yeri. Bahkan keluarga besar Haechan keliatannya ga memperhatikan kalau ini bukan lah Yeri. Dia naik ke altar dituntun sama calon suaminya. Pegangin tangan suaminya untuk ucapkan sumpah pernikahan.
Baru pada saat itu dia memperhatikan yang menuntunnya naik ke altar. Dia adalah laki-laki yang ganteng sebenernya. Kulitnya cerah. Tingginya sedikit lebih tinggi dari Haechan. Rambutnya hitam di sisir rapi di atas dahi. Baju pengantin putihnya berkilau di mata Haechan. Hidungnya mancung. Matanya sedikit polos. Tapi tajam. Berbinar seolah dia bahagia dengan pernikahan ini. Tapi Haechan bisa ngeliat kekosongan disana.
Orang ini yang akan jadi suaminya Yeri. Haechan merasa sering melihat dia di TV. Tapi entahlah. Haechan ga yakin. Dia mungkin memang sering lihat. Tapi Haechan masih belum kenali dia lebih jauh. Haechan jadi merasa kasihan juga sama orang ini. Kasihan amat dia nikah sama cowok kayak Haechan. Penganten aslinya hilang entah kemana.
Haechan dicubit di tangan. Dia melototin calon suaminya yang baru aja cubit tangannya. Tapi si calon suami juga melototin dia sambil ngelirik-lirik ke pendeta. Haechan ngerjapin mata. Bingung. Dia jadi ikut ngelirik pendeta juga. Si pendeta juga ngeliatin Haechan dengan pasangan menuntut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti
FanfictionHaechan sudah berkali-kali peringati kakaknya untuk hati-hati. Kalau memang ga suka sama calon yang ayah tunjuk, dia bisa bilang. Haechan akan cari cara untuk bantu dia lepas dari perintah ayah. Haechan yakin dia sudah tekankan itu setiap hari sebel...