Kai lagi nonton TV waktu Mark pulang. Shilla langsung lari nyamperin dia. Cerita kalau bocah itu habis main ke rumah Kai yang terbakar. Shilla cerita dengan sangat semangat tentang teman-teman barunya. Mark senyum aja biarin anaknya sama mertuanya dulu. Dia agak repot bawa makanan untuk makan malam.
"Kamu mampir ke sana?" Yeri nanya waktu dia ambil alih makanan yang Mark bawa. "Ngapain?"
"Ada yang harus diambil." Mark jawabnya kalem aja. Ngeliatin Yeri yang terampil sajiin makanan. Yeri dulu bisa masak, malah jago. Ga tau kenapa sekarang jadi ga bisa masak. Mark jadi kepikiran kata Shilla tentang alien. "Tadi ngobrol sama pak RT sebentar. Dia minta foto adik kamu untuk dikirim ke tim ambulance yang bantu waktu kebakaran. Siapa tau ada yang inget, biar kita dapat informasi tentang adik kamu."
Yeri jadi diem. Gerakannya yang sebelumnya luwes jadi lemes. Yeri ngehela nafas dulu. Ngelirik Shilla sama Kai yang lagi ngobrol dan main bareng. Kai nampaknya bisa mengakrabkan diri sama Shilla meskipun Yeri ga pernah bisa.
"Nanti aku kirim."
Mark juga lagi ngeliatin Shilla dan mertuanya yang sekarang lagi ketawa terbahak-bahak berdua. Entah ngetawain apa.
"Rumah ayah itu mau direnovasi? Tetangganya sudah pada mulai renovasi."
"Nunggu Om Chanyeol dapat pinjaman dulu. Kan rumah kita termasuk yang paling parah kerusakannya, kita jadi harus bangun ulang."
"What do you mean?" Mark malah ngedelik. Kayak yang tersinggung banget. Yeri jadi bingung.
"Kenapa?"
"Why don't you say earlier? Ga perlu cari pinjaman, use mine."
Yeri jadi nengok. "emang kamu punya uang? Rumah ayah tuh bukan cuma harus direnovasi, Mark. Itu harus dibangun ulang."
Mark jadi malah diam. Dia nyipitin mata dengan heran. "I believe i have enough untuk bangun rumah seukuran rumah ayah dulu. You don't have to take the loan. Let me talk to him."
Mark keluar dari dapur. Nyamperin Kai yang lagi nonton tv bareng Shilla. Mark suruh Shilla untuk ngerapihin tasnya dan mandi sementara dia ngobrol sama mertuanya.
"Yeri bilang ayah minta tolong Om Chanyeol untuk cariin pinjaman." Mark langsung ngomong setelah Shilla masuk ke kamarnya. Yeri nyusul ke tengah dengan khawatir.
"Iya. Kamu lihat sendiri kan kondisi rumah kayak gimana. Sebenarnya dapat sumbangan dari kelurahan untuk bangun ulang. Tapi ga cukup. Ayah minta tolong Omnya Yeri supaya dapat tambahan."
"Kenapa ayah ga ngomong sama saya?"
"Yeri khawatir kamu ga punya. Karena nominal yang ayah minta lumayan besar."
Mark jadi diem. Ngelirik Yeri dengan heran. Beneran bingung. Yeri seharusnya tau berapa jumlah uang yang ada direkening Mark. Dia kan pegang keuangan pribadi Mark. Yeri bahkan pernah belanja pakai kartu abu-abu Mark yang nominalnya bisa tembus sampai sepuluh angka. Untuk bangun rumah seukuran rumah ayah yang kemarin itu, Mark rasa uangnya cukup.
Yeri harusnya tau. Mark jadi ngelirik Yeri lagi. Dia ngedehem dulu. "Kamu emang ga tau uangku ada berapa?"
"How would I know? Kamu kan ga pernah kasih tau. Kamu cuma kasih aku lewat ATM yang kamu kasih aja, kan. Isinya cukup untuk biaya bulanan. Aku kira uang kamu emang cuma segitu."
Mark jadi diem beneran. Mark yakin banget dia pernah kasih tau Yeri jumlah isi rekening pribadinya. Yeri harusnya tau jumlahnya. Kalaupun lupa, dia harusnya berusaha mengingat. Tapi Yeri bertingkah seolah-olah dia beneran ga tau. Ga tau. Bukan ga peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti
FanfictionHaechan sudah berkali-kali peringati kakaknya untuk hati-hati. Kalau memang ga suka sama calon yang ayah tunjuk, dia bisa bilang. Haechan akan cari cara untuk bantu dia lepas dari perintah ayah. Haechan yakin dia sudah tekankan itu setiap hari sebel...