Mark angkat telepon maminya dengan jengkel. Dia udah ngereject panggilan mami dua kali. Tapi mami masih nelepon lagi. Jadi Mark angkat aja.
"Kamu sedang dimana?"
"Home." Mark jawab malas. "What?"
"Rumah mertuamu kebakaran!"
"What?" Mark butuh waktu untuk mencerna kabar yang baru dia denger. "Rumah siapa?"
"Mertua kamu, Mark. Orangtuanya Yeri. Kebakaran!"
Mark diem. Beku seketika. Dia ngelirik Shilla yang masih ngerjain PR.
"What you mean, mam? Dapat kabar darimana?"
"Itu sudah tersebar! Ada ledakan gas! Mami lagi jalan ke sana tapi mami lagi di luar kota!"
Mark ngelirik mang Hasan yang lagi main hape. Juga Shilla yang masih sibuk ngerjain PR.
"Mang, where is Yeri?"
Mang Hasan yang ngedenger suara Mark kedengeran panik jadi ikut banget. "Apa, bos?"
"Bos... Nyonya... Bos... Mana?"
"Kan tadi dianter ke rumah bapaknya, bos."
Mark ngerasain punggungnya dingin. Dia nelen ludah. "She is there."
"Mark? You there?" Suara mami kedengeran lagi. Mark segera bangun. Cari kunci mobil.
"She is there, mam. Yeri is there. In her dad's home. I..."
"Tenang, Mark!" Suara Mami kedengeran khawatir. "Dia mungkin baik. Kamu coba cek ke sana secepatnya."
Mark ngangguk. Dia ngelirik Mang Hasan yang udah siap. Terus Shilla yang sekarang ngeliatin dia dengan penasaran.
"Shilla, can you stay with mang Hasan tonight?"
"You Will go again?" Shilla natap Mark skeptis. Tugas mewarnainya belum selesai.
"Yeri's house is burned, princess. I have to go there."
"Burned?!!" Shilla langsung simpan krayonnya. "Fire? Kebakaran?"
Mark ngangguk. Mang Hasan juga langsung bangun. Mark ngambil kunci mobil. Dia langsung nunjuk Mang Hasan.
"You stay... Kamu di rumah. Saya titip Shilla dulu."
"Saya anterin aja, bos. Pake motor biar lebih cepet."
"Oh right." Mark ngangguk. Tapi terus ngegeleng ke Mang Hasan. "Jagain anak saya. I can ride."
Mark berlalu secepat kilat. Shilla mau ngejar pun ga ke kejar. Apalagi Mark beneran pake motor matic yang ada di garasi. Mang Hasan aja kaget ngeliat bosnya ternyata bisa nyetir. Selama ini dia ga pernah ngeliat Mark ngelirik motor itu sama sekali. Eh ternyata emang dia bisa nyetir pake motor.
Mark nyetir secepat yang dia bisa. Ga peduli kalau dia dimarahin atau apa. Dia ngedenger suara ambulan dan pemadam beberapa kali. Tapi ga dia denger. Dia masuk ke jalan tikus untuk mempercepat perjalanannya. Mark bahkan lupa untuk pake helm.
Api masih berkobar waktu Mark sampe. Asap hitam mengepul. Bau gas masih kecium. Mark bahkan ga inget untuk parkir yang bener. Dia langsung lari ke arah rumah mertuanya yang sekarang udah hancur.
"No!!!"
Rumah mertuanya udah hancur. Roboh dan hangus terbakar. Api masih menjilat-jilat dengan berani. Melalap segala yang dia lalui. Suara teriakan warga dan petugas pemadam bersahutan. Tangis ibu-ibu dan anak-anak juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti
FanfictionHaechan sudah berkali-kali peringati kakaknya untuk hati-hati. Kalau memang ga suka sama calon yang ayah tunjuk, dia bisa bilang. Haechan akan cari cara untuk bantu dia lepas dari perintah ayah. Haechan yakin dia sudah tekankan itu setiap hari sebel...