Hari Evaluasi

199 17 0
                                    






















"Lagi sibuk nggak, Chan?"

Haechan nengokin sekitar. Dia lagi di lorong menuju ruang latihan. Hari ini akan ada evaluasi final untuk pemilihan anggota girlgrup yang direncanakan akan debut dalam enam bulan ke depan. Haechan kan udah dapet bocoran kalau dua anggota udah terpilih diam-diam. Satu anggota pilihan yang sengaja dimasukin. Jadi sekarang tuh lagi cari anggota terakhir aja.

Tapi itu nanti abis makan siang. Sekarang Haechan ga terlalu sibuk. Dia ga ada kelas ngajar sih hari ini. Haechan datang pagi karena mau review profil dan evaluasi sebelumnya dari trainee yang akan audisi hari ini.

"Enggak, yah. Ada apa?"

"Tentang kakak kamu."

Suara ayah kedengeran ragu. Haechan ngehela nafas. Dia ngelirik sekitar lagi. Tadinya Haechan mau ke ruang latihannya, tapi Haechan malah jadi berbalik ke kamar mandi.

"Ayah sudah buat keputusan?"

Haechan berusaha tenang. Dia sudah bisa menduga apa keputusan ayah. Tapi Haechan tetap berharap semoga ayah tetap setuju sama sarannya. Kali ini aja.

"Haechan, ayah bingung." Suara ayah dalam. Haechan nautin alis. "Ayah ga tega kalau harus gugurkan kandungan kakak kamu. Tapi ayah juga paham resikonya kalau tidak digugurkan."

Haechan jadi diem. Dia bisa ngerasain kebingungan ayah. Haechan tau kalau ayahnya memang bingung. "Lalu ayah mau gimana?"

"Ayah banyak nyusahin kamu ya, Chan?" Haechan entah kenapa merasa gak nyaman. Dia melirik sekitar. Kamar mandi sepi. Jadi Haechan bisa leluasa ngomong.

"Kenapa sih, yah? Kan saya udah kasih saran kemarin. Kalau ayah ga suka saran saya, ya sudah. Menurut ayah baiknya gimana?"

Ayah ga langsung jawab. Haechan jadi merasa bersalah. Dia yakin ayah beneran bingung. Anak kesayangannya tiba-tiba hamil tanpa suami. Entah siapa pula yang udah ngehamilin. Yeri masih ga mau ngomong.

"Menurut kamu, suami kamu bakal sadar nggak kalau posisi kalian ditukar?"

Haechan jadi diem. Mandangin bayangannya di cermin. Dia ngehela nafas. "Nggak tau, yah."

Haechan sudah duga. Haechan beneran sudah duga kalau ayah pasti akan tolak saran dari Haechan dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Tapi Haechan tetep ngerasa kecewa. Dia akan segera berhenti jadi istrinya Mark. Yeri harus segera menempati posisi aslinya.

"Saya sama dia tuh ga Deket. Kita cuma Deket seperlunya aja. Ga yang dekat banget kayak pasangan lain. Mungkin dia ga sadar, tapi bisa jadi juga dia sadar. Dia bukan orang bodoh."

Ayah ga jawab. Hening yang kerasa lama. Haechan kembali pandangi bayangannya di cermin. Dia sadar kalau pembawaannya jadi beda dibanding sebelum masuk kamar mandi. Entah apa yang beda.

"Kalau saya ga salah, dia mau ke luar negeri. Nanti kita tuker pas dia pulang aja. Biar ga keliatan."

"Haechan, maafin ayah ingkar janji ke kamu..."

Haechan nautin alis. Heran. "Janji apa?"

"Janji bahwa kamu akan hidup bebas setelah pernikahan ini." Suara ayah entah kenapa kedengeran sedih banget. Haechan jadi ikutan sedih. "Kamu masih harus berjuang sendirian. Padahal ayah sudah janjikan kebebasan hidup buat kamu setelah menikah."

"Ayah apaan sih!" Haechan ngedecih. Dia ngedehem sekali. "Kayak hidup saya ga pernah bebas aja selama ini."

"Kalau sudah ditukar, kamu mau apa, Ca?"

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang