I Miss Mama

269 17 2
                                    










"Kita pulang ke rumah hari ini?"

Mark nautin alis denger pertanyaan Shilla. Dia ngedelik ke anaknya yang sekarang lagi main hape.

"Of course. Emang kamu mau pulang kemana kalau bukan ke rumah?"

"To Coach Haechan's place. Kenapa kita ga nginep di sana lagi?"

Mark jadi diem. Dia ngelirik Shilla yang kayaknya anteng aja nonton YouTube. Shilla anggap apartemen tempat dia nginep kemaren sebagai rumah Haechan. Dia ga tau kalau itu adalah apartemen pribadi Mark. Tempat Mark melarikan diri kalau dia berantem sama istrinya. Tempat rahasianya kalau lagi kangen Haechan juga.

Oh, ini udah tiga hari sejak mereka kepergok mami. Mark masih belum berani ketemu sama mami. Dia juga belum berani ngehubungin. Soalnya setiap kali dia mau telepon maminya, Mark terbayang masa dia benci dan salahin maminya perihal kemalangan yang pernah dia alami. Mark masih ngerasa bersalah udah salahin mami. Dia ga berani ngehubungin duluan.

"Let's just go home. Kasian Yeri di rumah sendirian terus."

"Dia muntah-muntah terus. Marah-marah terus juga. Emang papa ga sebel? Aku lagi diem doang dimarahin." Shilla merengut. Sebel banget kayaknya.

"She Will not angry kalau kamu ga bikin ulah."

"I did not! I kan diem. Kemaren kan aku lagi ngerjain PR. Aku diem di kamar aku kok. Dia marah-marah. Katanya gara-gara aku harga dirinya sebagai istri papa jadi rusak."

Mark ngerjapin mata. Kaget. "She said that?"

Shilla ngangguk. "What is harga diri, tho?"

"It means pride."

"And what is that?"

"Its the value that you have on yourself."

Shilla diem. Dia akhirnya ngeliatin Mark yang ternyata lagi ngeliatin dia juga. Shilla mengerjap heran. "Terus kenapa aku ngerusakin harga dirinya? Aku kan ga ngapa-ngapain!"

Mark ngehela nafas. Mandangin anak perempuannya yang polos. Shilla masih anak-anak. Dia cuma anak kecil yang ga tau apa-apa. Kelahirannya bukan salah dia. Eksistensinya juga bukan kesalahan siapapun. Shilla ga harus dibenci.

"Princess, I'm really sorry for you to hear those bad words from her. You shouldn't hear that."

"She is bad. I know that." Shilla ngedikin bahu ga peduli. Lanjut main hape lagi. "Dia bukan mama aku. Aku tuh maunya mama aku ada lagi. Tapi kan mama udah dimasukin ke tanah."

Mark jadi diem. Dia ngehela nafas. "Do you want to visit her?"

"Can I?" Shilla kembali natap Mark. Kali ini pandanganya penuh harap.

Mark ngelirik setumpuk berkas yang harus dia pelajari. Dia ngangguk. "Papa sudah selesai. We can go now. What do you think?"

"Alright! Let's go!!!" Shilla segera masukin hape nya ke dalam tas. Terus pake sepatu sendiri juga. Semangat banget mau kunjungi mamanya di dalam tanah.

Mark juga segera ngerapihin tas kerjanya. Ngeliat anaknya semangat juga bawa semangat baru buat dia. Jadi biarkan saja dulu kerjaannya di kantor. Mark akan urus itu lain hari. Shilla ngegandeng tangan Mark keluar dari ruang kerja. Mark titip pesan dulu sama Miyeon sebelum keluar.

"Di lobi ada wartawan yang mau tanya soal Shilla. Sebaiknya langsung ke basement saja bos."

Mark terhenyak. Nama Shilla segera jadi sorotan karena Mark sudah perkenalkan dia ke pulik lewat sosial medianya. Sekarang Shilla dikejar-kejar sama wartawan yang penasaran. Padahal Mark tuh udah blur foto Shilla. Tetep aja masih diincer untung aja ga ada yang tau Shilla sekolah dimana.

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang