Anak Lain Mami

333 11 1
                                    



























Mami datang disaat yang tidak tepat. Dia nautin alis ngerasain suasana rumah yang terasa dingin. Dan Mark yang keliatan stres di sofa.

"Anything happen?"

"She knows." Mark jawab pelan. Sambil mijit pelipis.

"Knows what?"

"About Shilla."

Mami terbahak seketika. Bahkan terang-terangan. Ga nahan sama sekali. Mark ngedelik ngeliat maminya ngetawain dia yang sekarang lagi stres.

"I told you. Kamu harus kasih tau dia segera. I told you, Mark. Segera. As soon as possible. Kamu yang delay terus, kan?"

Mark ngedengus. Bingung sendiri. Dia udah ngejelasin semuanya ke Yeri. Mark udah ngasih tau alasan dan permintaannya. Tapi Reaksi istrinya cuma diam. Sampe sekarang juga belum keluar dari kamarnya meski hari udah sore. Dia bahkan ga keluar untuk makan siang. Yeri belum makan apapun dari sejak dia pulang.

"Now what? What you gonna do?"

Mark ga langsung jawab. Ekspresinya keliatan njelimet. Stres banget. "Did you think... She Will ask for divorce?"

"Maybe." Mami jawab acuh. Ngelepas kacamatanya gak peduli. Nengokin sekitar. "Where is she tho?"

"Di kamar. Dia ga keluar-keluar."

Mami cuma ngehela nafas. Dia ngedecak. "If she really ask you to  divorce with her, kamu harus pertahankan. You didn't give me a son yet."

Mark ngedelik lagi. Kali ini terang-terangan sinis ke maminya sendiri. "Serious, why you keep asking a son from me?! Kan aku udah punya anak cewek. Isn't it enough?"

"No." Mami ngegeleng dengan sangat yakin. "I want a couple. It Will be better if more Than it. But a couple is enough."

"Why?! Mami seyakin itu saya bisa jadi a good father?"

"Shilla is the proof, Mark. Don't worry." Mami berucap pelan. "Kamu bisa meluangkan waktu between your bussiness untuk merawat Shilla and make sure dia ga kurang kasih sayang meski kalian hidup terpisah. That's the proof that you are a good dad."

"That's maybe because Mina is not a devil mom like you." Mark sedikit melamun. Mengingat kembali apa yang Shilla alami selama beberapa tahun hidupnya. "She is turn six tomorrow."

"Tell her happy birthday from me. What you gonna do now?"

"I don't know!" Mark masih belum mikirin apapun. "You give me a good wife. I don't think I can let her go."

Mami jadi diem. Ga jawab lagi. Mark sempet mikir kalau mami mungkin bersimpati ke dia. Tapi dia ngeliat mami ternyata nyalain TV. "My variety Show is aired today. Bentar lagi mulai. Let's watch it!"

Mark ngedengus. Ngarepin mami ngasih simpati ke setiap masalahnya itu sama dengan mengharapkan fantasi yang nggak nyata. Mami ga akan dapet julukan evil mom kalau dia baik hati.

"Are you, maybe, fallin love with her?"

Mark ngedelik lagi. "That's impossible!"

"Just asking," mami berucap acuh lagi. Dia sekali lagi ngelirik ke tangga dimana dia tau lokasi kamar ada dilantai kedua. "You know what my biggest regret is?"

"Never give me a good father?"

"Never give you a brother." Mami jawab pelan. Mark merasakan ilusi seolah mami melamun. Tapi mami kan lagi nonton TV. "So, kamu harus ngasih saudara ke Shilla. Supaya dia ga kesepian."

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang