Him

248 20 6
                                    















Makan siang itu lebih mirip sama pertemuan bisnis. Karena yang dibahas sama walikota Kim dan Minho adalah urusan bisnis mereka. Kayaknya, Minho memang suka politik. Dia mengikuti perkembangan politik. Mark agak curiga kalau dia beneran nggak masuk parlemen karena larangan dari istrinya. Kalo istrinya ga ngelarang kayaknya dia bakalan beneran masuk parlemen deh.

"Kalau kamu bagaimana, Mark? Sudah berapa lama bergelut dengan entertainment?"

Mark ngelirik anaknya walikota Kim yang tanya. Yang Mark tau, cewek ini tuh influencer kecantikan yang review-nya banyak diperhatikan sama followers nya. Mark juga pernah lihat Yeri nonton kontennya dia. Tapi Mark lupa namanya.

"Kalau dihitung dari pertama kerja jelas sudah lumayan lama. Hampir 15 tahun mungkin. Tapi kalau agensi itu baru lima tahun."

"Tapi kamu cukup berani loh, Mark." Walikota Kim tiba-tiba ngomong. "Kamu belum sepuluh tahun bergerak di entertainment, tapi sudah berani buat agensi sendiri."

Mark cuma senyum. Dia juga merasa bangga sama dirinya sendiri. Meskipun agensinya masih belum apa-apa dibandingkan agensi lamanya dia. Dia ngelirik walikota yang ternyata juga lagi ngeliatin dia dengan bangga. Mark nautin alis.

"Kebetulan punya tutor terbaik." Mark berucap dengan bangga. "Mami saya galak kalau soal kerjaan. Dan ini Nih, pejabat yang ga mau naik parlemen."

Minho ngedecih sambil ngambil tangan Mark yang nepuk bahunya dia. Dia mencibir dulu. "Pencitraan itu. Mana ada ini anak minta saran dari saya. Dia datengin saya kalo lagi patah hati doang."

Mark jadi ketawa. Agak ngomel nyalahin usia Minho yang dia anggap sudah mampu bersikap bijak dibandingkan Mark sendiri. Walikota Kim ngeliatin mereka.

"Kalian sepertinya dekat?"

"Kita dekat." Mark ngeduluin Minho. Minho angkat alis sebelah dengan heran. "Kebetulan Dad ini satu-satunya ayah yang saya punya. Kamu juga pasti Deket sama ayah kamu. Ya kan, nona?"

Anaknya walikota Kim agak nengok. Ngelirik papanya dengan canggung. "Ya. Tentu saja."

Mark bisa ngeliat kalau hubungan mereka ga sedekat yang dia bayangkan. Dia ngangguk. Minho agak ngelirik Mark karena ngerasin ada tensi ga bagus dari anak tirinya itu.

"Saya dengar kabar perceraian kamu."

Siapa nama cewek ini tadi? Mark beneran lupa. Tapi dia jadi mandangin anaknya walikota ini. Soalnya daritadi keliatannya ga terlalu vokal. Kenapa tiba-tiba nanyain hal pribadi banget kayak gini? Apa karena Mark baru aja nyinggung dia?

"Semua pasti dengar. Banyak situs yang kasih pengumuman besar-besaran." Mark cuma menanggapi dengan santai. Ga terlalu ambil pusing. "Itu biasa. Namanya hidup, ketemu orang. Ada datang dan perginya."

Anaknya walikota ngangguk. Dia senyum datar aja. Kayaknya senyumnya ga niat. "Sayang sekali statusmu duda. Kalau belum pernah menikah, saya mungkin tertarik sama kamu."

Mark jadi diem. Ngelirik cewek di depannya dengan datar. Ga habis pikir sama cewek ini. Dia mikir apa sih? Dia ngelirik Minho yang juga ngelirik bingung. Asli. Mark sama Minho malah jadi saling lirik dengan sama bingungnya.

Mark ngedehem dengan canggung. Dia ngelirik walikota Kim dengan sinis. "Pernikahan sedarah itu melawan hukum alam, nona."

Cewek itu nautin alis. Bingung. "Maksudnya?"

Minho sekarang malah ngeliatin Mark. Tapi ga ngomong apa-apa. Mark juga diem aja ga nanggepin. Si walikota juga sekarang ngeliatin Mark. Untuk kali ini, Mark mulai membenci mata kecilnya yang seringkali orang bilang cantik. Sekarang dia juga mulai mikirin untuk ngelepasin orang itu dari kelompok investor agensinya.

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang