Who Are You?

224 14 0
                                    









"Will she like this?" Shilla jalan cepat dibelakang Mark. Sambil peluk boneka sapi erat-erat. Dia cengkeram tangan Mark supaya ga lepas. Takut ketinggalan.

"She Will." Mark ngangguk dengan yakin. "She is a girl too. You guys love doll, don't you?"

"But she is a grown up lady." Shilla merengut. "You are a grown up too. You don't like doll, don't you?"

"Well, i'm a boy. Boy didn't play doll, princess."

Shilla muter mata. "Boy pride!"

Mark ketawa. "I'm a man, tho!"

Shilla merengut. Natap boneka sapi di pelukannya. "This is cute, tho. She Will like it. We Will make everythings up. Okay, cowy, you have to make her love me."

"She actually loves you." Mark senyum ngeliat binar mata putrinya penuh harap. "Trust me."

"Tapi dia tuh ngajak berantem terus!" Shilla merengut lagi. Berenti melangkah karena papanya juga berenti. Mereka udah hampir keluar dari terminal. "Dia jemput kita kan? Then, should I give this right now?"

"Princess, remember what I said in the hotel?"

Shilla diem. Dia ngangguk. "If I love her like I love mama, She Will love me like mama did."

Mark ngangguk. Bangga ngeliat anaknya bisa mengingat pesannya dengan baik. "Dia juga mama kamu. Its okay for you not call her mama, but you have to love her like you love your mama. She is nice, right?"

Shilla ngangguk. Mandangin boneka sapinya dengan penuh harap. "She is nice."

Mark ngangguk. Dia bisa ngeliat Mang Hasan melambaikan tangan heboh di depan pintu terminal kedatangan. Porter di belakang Mark segera mengikuti langkah Mark.

Mang Hasan melongo ngeliat tumpukan koper yang Mark bawa. Dia yakin Mark tuh cuma bawa dua koper doang pas berangkat. Kenapa sekarang jadi tiga kali lipat begini?! Nambahnya banyak amat?!

"Is this your driver?"

Mark ngangguk denger pertanyaan porter. Mang Hasan langsung ngebukain pintu bagasi. Porter bantu masukin dan susun di dalam bagasi. Soalnya Mang Hasan bingung gimana nyusunnya. Kopernya banyak banget.

"Yeri mana?" Shilla nanya setelah dia celingukan ke dalem mobil. Mang Hasan langsung nengok ke bocah itu. Bingung.

Mark juga jadi nengokin ke dalem mobil. "Nyonya ga ikut?"

Mang Hasan ngegeleng. "Tadi kurang sehat, bos. Jadi ga ikut."

"Kenapa dia?" Mark berterimakasih sama porter yang udah bantu. Dia ngasih tip cash sama mereka.

"Kayaknya sih muntah. Tapi ga tau, bos."

Mark nautin alis ngeliat Mang Hasan ngehindar ngeliat ke dia. Tapi Mark ga ambil pusing. Dia pastiin Shilla udah naik di mobil dulu, terus naik juga. Mang Hasan segera menyusul masuk ke dalam mobil.

"Selama saya pergi ada masalah nggak?" Mark nanya sambil ngechat istrinya. Sekalian ngeliatin kembali isi Chatnya sama Yeri dalam beberapa terakhir. Yeri jadi sedikit lebih vokal dalam ruang obrolan mereka. Dia jadi sering balas chat Mark dan selalu kabarin setiap kegiatannya seperti permintaan Mark.

"Nggak ada, bos." Mang Hasan jawab kalem. Sambil ngelirik ragu ke kursi belakang. Ngeliat Mark yang fokus ke hape. Shilla sudah mulai ngantuk disampingnya. Mark segera pasangin bantal leher ke lehernya Shilla.

Mark ngangguk nanggepin Mang Hasan. Dia ngebiarin Mang Hasan fokus nyetir selama perjalanan. Dia sendiri tidur bareng Shilla di kursi belakang.

Mark ngebangunin Shilla ketika mereka udah hampir sampe rumah. Shilla tidurnya lumayan pules. Mark agak khawatir dia kena jetlag karena muka Shilla pucat.

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang