Ga Sudi!

371 22 0
                                    


































Ama itu bukan cuma nenek buat Haechan. Ama adalah orang yang merawat Haechan di masa kecil. Masa kanak-kanak Haechan lebih banyak dilalui dengan Ama. Bahkan Haechan cuma ingat sedikit tentang ayah dan Yeri.

Cuma Ama.

Jadi ketika Ama pulang duluan, Haechan merasa seolah dunia runtuh seketika. Seolah langit menekannya sampai hancur. Seolah angin ribut datang entah darimana. Seolah petir mengguncang telinga.

Haechan bingung. Dia cuma bisa menatap waktu peti Ama diturunkan ke dasar makam. Mark, Ayah dan Om Taeyang gesit nanganin pemakaman. Ada maminya Mark. Entah kapan datangnya. Sekarang dia megangin Haechan. Peluk Haechan selama pemakaman berlangsung.

Haechan ga menabur bunga. Dia ga tau itu makam siapa. Tapi melihat bagaimana Teh Lisa dan Jeongwoo menangis di sana, Haechan merasa sesak. Haechan bingung.

"Ama..." Suara Haechan bergetar. Sengau. Haechan berenti ngomong. Sepertinya suaranya ga enak di dengar. Ama mungkin ga mau dengar.

Om Taeyang menyampaikan pidato dan ucapan terimakasih. Haechan ga mendengarkan. Mandangi nisan yang sementara dibuat dari bambu. Dia ga tau Om Taeyang ngomong apa. Tapi hangatnya pelukan dari maminya Mark buat Haechan merasa tenang. Sejenak.

"Let's go home, Sweetie..."

Haechan bangun. Masih dibantu sama maminya Mark. Dia naik ke mobil bareng maminya Mark. Mark dan ayah masih tinggal di pemakaman untuk menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu proses. Haechan dibawa pulang bareng sama Om Taeyang dan yang lain.

Di rumah Ama, masih rame karena para tetangga banyak yang belum pulang meski pemakaman sudah selesai. Teh Lisa dan wa Hyorin masih lemes. Saling bersandar di ruang tengah. Haechan juga akhirnya duduk di sana sama Mami. Berhadapan sama mereka yang sesekali masih menghapus air mata. Om Taeyang mengobrol sama Mang Hasan di teras. Sekalian nunggu ayah sama Mark pulang.

Mereka pulang ga lama kemudian. Bareng sama ketua RT. Om Taeyang yang akan sementara mewakili keluarga Ama. Haechan belum sanggup. Ayah juga cuma menantu. Om taeyang nampaknya lebih layak.

Rumah Ama baru terasa sepi ketika malam menjelang. Tetangga sudah pada pulang. Di rumah cuma ada keluarga. Maminya Mark juga masih ada. Tapi Haechan merasa sepi. Pemilik rumah yang asli sudah ga tinggal disini lagi.

Mark nyamperin Haechan akhirnya. Tampak lelah. Dia mandangin Haechan dengan khawatir.

"It's okay..." Katanya pelan. Ambil Haechan dari pelukan maminya. Sekarang peluk Haechan meski banyak keluarga yang melihat. Mami cuma senyum melihat anaknya tampak lembut ke istrinya.

Haechan cuma ngangguk. Nerima pelukan Mark yang terasa hangat. Dia merasa membutuhkan pelukan itu, tapi disaat yang sama juga merasa itu ga merubah apapun. Jadi dia melepaskan pelukan Mark. Duduk dengan tenang.

Om Taeyang mandangin Haechan dengan khawatir. Haechan ga ngomong apa-apa sejak di mobil waktu nganterin Ama ke rumah sakit. Sampai sekarang. Cuma akan ngangguk atau ngegeleng ketika ditanya. Tampak linglung. Jeongwoo pun nampaknya punya pemikiran yang sama. Mereka mandangin Haechan dengan sangat khawatir.

"Istirahat." Om Taeyang ngomong ke Haechan. "Gih, istirahat heula (dulu) di kamar. Rehe pan (sepi kan) di kamar mah..."

Haechan ngangguk. Mark juga. Dia bantu Haechan jalan ke kamarnya. Mami ngebiarin mereka masuk ke kamar. Mark ngebiarin Haechan duduk di tempat tidur. Ngelamun. Dia paham kalau istrinya barangkali masih terkejut dengan kenyataan bahwa neneknya meninggal.

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang