You looks like him

413 17 2
                                    





















Mark masuk ke kamar. Di dalam kamar cuma ada Haechan yang lagi duduk di pinggir tempat duduk. Dia langsung berdiri pas Mark masuk. Ekspresinya khawatir. Mark ngehela nafas. Dia nyamperin Haechan ke sana. Nelen ludah susah payah.

Rasanya berat banget.

"Kamu..." Suara Haechan juga gemetar. Bingung harus ngomong apa karena ngeliat Mark keliatan kacau banget. Mana pucet. "Baik?"

Mark ngegeleng. Dia ngeliat Haechan udah ganti baju. Udah keliatan lebih seger juga. Lebih rapi. Rambutnya masih basah.

"Hug me..."

Haechan ngehela nafas. Dia ngangguk. Langsung ngerentangin tangan dan disambut dengan sangat erat sama Mark. Mark peluk Haechan dengan erat. Mencoba mencari kekuatan yang entah kenapa terasa hilang.

Semuanya baik-baik aja. Mark mencoba meyakinkan diri. Rasanya sakit waktu dia sadar bahwa ayah kandung yang ga pernah dia kenal itu ternyata ga pernah menginginkan Mark.

Mark adalah anak yang tidak diinginkan. Anak yang dibuang.

"I am unwanted." Mark terisak dalam pelukan Haechan. Dia peluk Haechan dengan erat. Berusaha cari kekuatan yang terasa hilang.

Haechan balas pelukan itu dengan sama eratnya. Dia ga tau apa yang harus dilakuin untuk tenangin Mark.

"So hurt..." Mark terisak dalam pelukan Haechan. Haechan peluk dia dengan sama eratnya. Mark peluk perut Haechan demi dapatkan kekuatan tambahan. "This is hurt."

"Nangis aja kalau sakit. Ga apa-apa. Saya temenin."

Mark beneran nangis. Tangisnya dia makin kenceng di pelukan Haechan. Haechan peluk dia erat-erat. Ga mau lepas. Haechan ga pernah liat dia dalam keadaan lemah kayak gini. Mark selalu tampil tegas dan kuat. Dia adalah bos besar. Dia ga pernah ngeliat Mark kayak gini. Haechan merasa ikut sakit ngeliat dia kayak gini.

Mark merasa sakit. Sesak. Segalanya kerasa sesak. Mark selama ini selalu dengar cerita bahwa Mami lah yang pergi ninggalin Papi karena orang itu terlalu bodoh untuk mereka. Mami bilang dia dan Mark ga pantas untuk hidup bareng sama orang bodoh kayak laki-laki yang jadi mantan suaminya itu.

Mark selalu percaya. Meski ada rasa tak terima karena Mark berpikir kalau Maminya terlalu egois, tapi Mark percaya. Mami adalah wanita tegas yang punya prinsip jelas. Laki-laki bodoh memang ga akan bisa mengimbangi hidupnya. Jadi Mark percaya dengan cerita mami itu.

Mark sempat salahkan mami. Dulu. Waktu masih muda. Mark anggap mami terlalu egois karena tinggalkan papi hanya karena dia bodoh. Dia ga pernah dapat penjelasan kebodohan apa yang mami maksud sampai dia nekat tinggalkan papi. Mark ga pernah tau cerita lengkap kisah mereka. Yang Mark tau, mami tinggalkan papi kandungnya dalam kondisi hamil karena orang itu terlalu bodoh untuk diajak hidup bersama.

Mark sempat benci mami di masa remaja. Mark menganggap mami terlalu angkuh dan sombong sampai nekat ninggalin Papi. Buat Mark ga pernah kenal siapa papi kandungnya. Ga pernah dapat kasih sayang dari orang tua yang utuh. Mark sempat salahkan maminya. Meski seiring berjalannya waktu, dia mulai pahami karakter mami dan paham juga kenapa mami pilih pergi dari laki-laki bodoh itu.

Satu kali pun, mami ga pernah bilang kalau yang meninggalkan sebenarnya adalah papi kandungnya. Mami ga pernah bilang kalau Papi lah yang pergi dari mereka. Demi wanita lain. Saat mami sedang hamil. Mami melewati semuanya sendirian. Melahirkan dan membesarkan Mark sendirian. Juga melawan Mark dan sifat arogan Mark sendirian.

Mami ga pernah bilang kalau mereka lah yang ditinggalkan.

Bahwa Mark ga bisa bikin papi tetap bertahan. Keberadaan Mark dalam kandungan mami saat itu ga mempengaruhi papi untuk tetap bersama mereka. Tak dipedulikan. Papi tetap lebih pilih wanita lain yang dia suka daripada mereka. Daripada Mark yang saat itu dalam kandungan.

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang