rumah kembali sepi

840 51 4
                                    












Ketika hari mulai malam, Haechan deg-degan. Dia ngegaruk rambut panjang yang dipasangin sama Renjun. Ngeliatin pintu kamar Yeri dimana Mark di dalamnya ga keluar-keluar dari sejak dia masuk. Mungkin canggung karena di luar masih ada keluarga besar Haechan. Mungkin memang ga mau bergaul sama mereka. Haechan ga mau tau.

Tapi yang pasti, Haechan gemeteran sekarang. Gimana kalau si suami ini minta jatah malam pertama?

Haechan bergidik.

Dia kan juga laki-laki. Gimana cara ngelayaninnya. Well, itu bukan tugas Haechan untuk melayani suaminya. Mark itu suaminya Yeri. Yeri yang seharusnya melayani dia. Nanti kalau sudah pulang. Haechan mungkin bisa lakuin sesuatu sama dia kalau orang itu beneran minta jatah malam pertama. Haechan bisa berantem kok. Urusan nanti kalau dia ngamuk-ngamuk mah. Yang penting sekarang penyamaran Haechan terlindung dulu.

Kalo lagi begitu Haechan pengen ngerokok. Tapi nanti bau. Pasti kecium. Ngeri amat si Yeri badannya baru Asep rokok.

Haechan ngegeleng. Dia akhirnya masuk ke kamar setelah satu tarikan nafas.

Mark udah ganti baju. Dia lagi bingung simpen baju kotornya dimana waktu masuk. Jadi Haechan ngambil baju penganten yang lagi Mark pegang untuk disimpen di atas kursi. Bareng sama Jas pengantennya. Nanti Haechan keluarin kalau pagi.

"Mau makan dulu, nggak?" Haechan ingat dia belom ngasih makan orang ini. Kasian amat dia ngurung di kamar ga ada yang ngasih makan.

"Nggak lapar." Mark jawab pelan. Datar. Langsung tiduran setelah itu. Haechan manggut-manggut. Ragu-ragu nyusul ke tempat tidur.

Dia deg-degan banget.

"Kita di sininya semingguan aja ya?" Mark tiba-tiba ngomong setelah Haechan juga tiduran disebelahnya. Haechan berusaha tidur di sisi paling pinggir biar ga nempel sama Mark. Ngeri tiba-tiba digigit.

"Gimana?"

"Iya. Di sininya seminggu aja, Yer. Habis itu kita pindah ke rumah. Emang kamu mau tinggal di sini terus kalau sudah menikah?"

Ya emang kenapa?

Haechan ngomel dalam hati. Emangnya kenapa kalo masih tinggal sama orang tua setelah menikah? Kan ayah juga tinggal sendiri ini.

"Emangnya kamu punya rumah?"

"Ada." Mark jawab kalem. Ga tersinggung sama pertanyaan Haechan. "Kamu siapkan barang-barang kamu saja. Rumahnya sudah Siap ditinggali kok. Barang-barangnya sudah ada."

Haechan ga tau apakah dia harus bersyukur karena suami Yeri ternyata sudah punya rumah sendiri. Setidaknya, Yeri ga akan ngontrak di rumah kecil, atau numpang sama mertuanya setelah menikah. Setidaknya suaminya Yeri sudah punya tempat tinggal sendiri dan ga akan merepotkan Yeri untuk berbaur dengan orang yang mungkin saja menyebalkan.

Haechan, sekali lagi, merasa iri dengan pencapaian hidup orang lain. Mark sudah bisa punya rumah di usia semuda ini. Haechan malah belum bisa dapat kerja. Menciptakan lapangan kerja juga sama susahnya.

"Kamu umur berapa sih?"

"28." Mark jawab dengan pelan. Sambil ngelirik Haechan yang tiduran canggung disebelahnya. "Kenapa?"

"Enggak." Haechan mengkerut. Canggung banget kayaknya. "Nanya aja. Ternyata kita beda empat tahun."

Mark cuma ngelirik. Haechan jadi ngeringis. Ini beneran awkward. Suami Yeri nih kayaknya pendiem banget orangnya. Haechan jadi bingung mau mendekatkan diri.

Tapi kan ini suami kakaknya ini. Ga perlu mendekatkan diri kali ya. Biarin aja begitu.

Tapi ini orang ga bakal minta jatah malam pertama kan?

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang