Mumpung Masih Muda

267 18 6
                                    





















Shilla sakit.

Dia pingsan waktu pemakaman. Mark yang ngegendong dia pulang. Ga bangun-bangun sampe malem. Haechan yang ngerasa aneh jadi khawatir. Dia coba bangunin Shilla. Haechan iseng colek-colek bocah itu. Tapi Shilla ga bangun. Malah kejang-kejang.

Haechan langsung panggil Mark sama maminya. Panik. Haechan takut ada sesuatu terus dia disalahin. Haechan takut banget.

Mark ngegeleng. Dia langsung ngelepasin baju Shilla. Shilla cuma pake pakaian dalem aja. Tapi kejangnya masih berlangsung. Haechan gemeteran ngeliatnya.

"Bawa ke klinik!!" Mami berucap tegas. Sambil angkat Shilla yang masih kejang. Mark ngangguk. Dia sendiri yang nyetir. Haechan ngikutin dengan khawatir.

Shilla masih kejang selama perjalanan ke klinik. Mang Hasan bawa Shilla ke klinik terdekat pake motor. Mereka udah ga mikirin keamanan lagi karena butuh dokter secepatnya. Mark sama Haechan nyusul beberapa saat kemudian. Shilla sudah tenang dan sudah diinfus waktu mereka datang.

"Demamnya terlalu tinggi. Tadi sampai 41 derajat. Dokter beri obat lewat infus supaya lebih cepat reaksi. Sekarang sudah tenang."

Mark bernafas lega. Dia ngangguk. Mami ngelus tangannya dengan tenang. Dia ngeliatin Haechan yang masih pucat di sebelah Mark.

"Jangan khawatir. Shilla sering kejang kalau dia demam tinggi. Tidak perlu panik."

Mark ngedengus. "You talk in Indonesian when you nervous."

"Shut up!!!"

"Dia ga pernah kejang lagi sejak masuk TK." Kali ini Mark ngomong ke Haechan. "Dokter juga bilang kalau normalnya memang begitu. Kalau dia masih kejang sampai usianya lebih dari lima tahun itu berarti ada gangguan saraf. Jadi saya panik ngeliat dia kejang tadi. Kejangnya juga agak lama."

"Dia pasti kaget dengan kematian mamanya. Kasian sekali..."

Haechan mandangin anak dan ibu ini. Mereka kompak banget. Meski dalam keadaan panik, mereka masih bisa berpikir tepat dan bahkan Ambil tindakan yang benar. Kalau itu Haechan, dia pasti udah kalang kabut ga karuan. Apalagi tadi Haechan liat Shilla kejangnya sampai berbusa. Haechan udah bener takut bakal disalahin. Soalnya tadi kan Shilla kejangnya pas abis Haechan colek.

Shilla dirawat selama dua hari. Demamnya ga turun selama 24 jam. Hampir di rujuk ke rumah sakit. Tapi untunglah demamnya mulai turun setelah dosis obat ditambah. Mark puas banget dokternya cepet ambil tindakan dalam penanganan Shilla.

Mark bawa Shilla pulang ke rumahnya setelah pulang dari klinik. Rumah Mina rencananya akan dijual saja daripada tidak ada yang nempatin. Mark ga berencana simpan rumah itu untuk Shilla. Shilla kan bisa tinggal sama Mark di rumahnya sekarang. Haechan juga cuma ngangguk aja meski setengah hati. Mau ga setuju juga gimana. Masa iya dia tega ngebiarin Shilla tingga di sana sendirian? Atau dititip ke panti?

Meskipun Haechan sering berperan sebagai ibu tiri yang jahat, Haechan ga akan sejahat itu kok.

"You don't have to do this, Sweetheart." Mami ngomong ketika ngeliat Haechan sibuk pagi-pagi sebelum dia pergi kerja. Haechan sibuk masak buat makanan Shilla.

"Kalo bukan saya terus siapa lagi, mam? Emang mami mau?"

"I can ask a chef to do it." Mami berucap malas. Sambil mendengus malas.

Haechan muter mata. "Dasar orang kaya!!"

Mami angkat bahu ga peduli. Dia nontonin Haechan lagi. Ngeliatin Haechan sibuk siapin sarapan dan makan siang buat Shilla yang lagi sakit. Juga siapin pisang buat bantu Shilla makan obat.

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang