Bismillah bisa update setiap hari ya
Biar cepet kelar 🤣Jangan lupa buat vote, komen, sama share juga
Setiap notif dari kalian selalu aku tungguSelamat membaca
......
Siap, saya salah!
- Oliv -
Aku menghela napas. Tidak tahu harus bersyukur atau justru menyesal, sebab doa yang diam-diam aku panjatkan di dalam hati ternyata dikabulkan.Aku mengedipkan mataku untuk yang ke beberapa kali. Masih dengan tatapan tidak percaya, aku kembali memandang lurus ke arah layar ponsel. Membaca kembali sebuah email singkat yang mengatakan bahwa aku diterima magang. Tepatnya magang di kantor kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai bagian dari tim digital yang bertanggung jawab terhadap segala kegiatan sang bapak menteri.
What?
Apa gue lagi mimpi?Ingatanku seketika melayang kembali ke beberapa hari lalu.
"Magang di kementerian?" tanyaku untuk mengkonfirmasi ulang tawaran dari papa.
Papa mengangguk. "Iya. Papa kemaren dapat info kalau di kemenkraf lagi buka magang."
"Papa gak akan rekomendasiin kamu, papa cuma ngasih informasi aja." Lanjutnya menambahkan. Mengingatkan agar aku tidak berharap lebih dari apa yang beliau informasikan. I'ts just an information. Not more!
Aku tersenyum. Tahu betul bahwa papa memang bukan orang yang seperti itu. Bahkan kesuksesan Bang Jeno yang selama ini selalu aku ledek adalah hasil dari nepotisme, sebenernya aku juga yakin sekali bahwa dia mendapatkannya dari hasil usahanya sendiri.
"Iya, Pa. Oliv juga gak bakal minta macem-macem."
"Sekedar informasi aja udah cukup kok," lanjutku menambahkan. "But with a little recommendation, kayaknya better." Aku menaik turunkan alis.
"Aw!" Aku mengaduh karena tiba-tiba merasa ada sesuatu yang menghantam kepala. Dan benar saja, ternyata ulah Bang Jeno yang memukulkan gulungan kertas kepada salah satu bagian tubuhku yang sangat berharga.
"Kenapa sih, bang?" tanyaku tak terima. Pasalnya aku sedang fokus berbicara dengan papa, tapi dia mulai membuat ulah.
"Katanya anti nepotisme, belum usaha aja udah mau manfaatin koneksi."
"Usaha dulu, dek!" Kadang-kadang, Bang Jeno memang memanggilku dengan 'dek'. Tentunya hanya di situasi-situasi tertentu saja.
"Bener itu kata abang kamu. Papa juga gak mau. Anti nepotisme!" Papa ikut bergabung dan menjadi tim oposisi.
Namun sebagai anak yang berbakti, tentu untuk kali ini aku tidak bisa melawan. Mengharapkan sang nyonya rumah terlibat dan mendukungku pun mustahil, jadi aku lebih memilih untuk tidak mendebatnya. "Iya, pa. Oliv cuma bercanda itu ..."
"Bang!" Aku mencolek bahu Bang Jeno pelan. Mencoba untuk mengalihkan fokusnya dari dokumen-dokumen yang sedang dia lihat di dalam ponsel — karena aku butuh bantuannya untuk mengidentifikasi apakah email singkat itu nyata atau hanya spam saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Minis(try)
ChickLit"Akhirnya gue keterima magang, Bang!" Teriaku pada Bang Jeno, kakakku yang sampai sekarang belum bisa dibanggakan. Bang Jeno yang sedang bermain ponsel mendengkus, "Magang modal orang dalam aja bangga," "Ngakunya anti nepotisme, tapi mau magang aja...