Tok tok!
Untuk kedua kalinya dalam hari ini, ada yang mengetuk pintu kamarku. Belajar dari pengalaman sebelumnya, aku memastikan penampilan sebelum membukakannya. Berjaga-jaga apabila yang datang bukan Bang Jeno agar kejadian memalukan tadi tidak akan terulang kembali.
"Kenapa, Bang?" aku cukup heran melihat penampakan orang di balik pintu. Bang Jay — dengan senyuman manisnya yang sedari dulu tidak pernah berubah.
"Gue ganggu nggak?" aku memperlebar pintu agar bisa bersandar di sisi yang terbuka.
"Nggak kok, Bang. Kebetulan tadi gue juga lagi nggak ngapa-ngapain."
"Kenapa?" lanjutku penasaran. Pasalnya ini sudah jam sebelas malam, dan rasanya tak mungkin dia mendatangiku jika tidak ada alasan.
"Anak-anak mau bantuin Belva bikin kejutan."
"Kejutan?" beoku pelan. Namun ternyata bisa didengar olehnya.
"Iya. Dia mau lamar ceweknya," jelasnya enteng.
"Ceweknya di sini?" tanyaku heran. Pasalnya aku tidak melihat ada perempuan yang bergabung dengan kami. Jadi aku bertanya karena murni penasaran.
Bang Jay mengangguk. "Iya, baru dateng. Flightnya beda sama kita."
OOO, ternyata aku benaran kepedean.
Kejutan yang dibicarakan Bang Jeno dan Pak Gama adalah kejutan ini, bukan kejutan untuk acara ulang tahunku.Bohong jika aku merasa tidak apa-apa. Faktanya agak sedikit nyesek, tapi aku mencoba untuk tidak menghiraukannya. Toh aku juga akan segera merayakannya dengan papa dan mama sepulang dari sini, jadi tidak perlu berharap pada orang lain.
"Dimana acaranya?"
"Di luar resort," jawabnya singkat. "Ini anak-anak juga udah ada di sana."
"Ada temen-temennya Zizi juga, ceweknya Belva. Jadi lo ntar gak bakal kesepian, ada temen ngobrol."
OOO ada cewek-cewek yang nyusul. Pantes Bang Jeno ngajakin gue liburan.
"Boleh deh, Bang."
"Tapi gue ambil outer dulu bentar ke dalem. Gapapa kan?" tanyaku meminta izin.
Bang Jay mengangguk, lalu segera ku balas dengan kembali masuk ke kamar untuk mengambil outer agar tidak kedinginan.
***
Acara lamaran romantis ala drama berakhir dengan baik. Meski hanya sebagai orang luar, aku cukup senang bisa menjadi saksi kebahagian dua orang ini.
Bang Belva yang sedari kami bertemu tidak banyak bicara ternyata bisa berubah super romantis ketika bersama pacarnya. He became a very different person. And and he is look very romantic. Membuatku sadar bahwa memang benar jika es pun akan mencair dengan sendirinya, apalagi jika bersama dengan orang yang tepat.
"Beda banget ya keliatannya Belva," aku menoleh ke arah samping. Melihat Bang Jay yang juga sedang memandang ke arah yang sama denganku.
Aku mengangguk. "I couldn't even believe that I saw the same Bang Belva that I had known."
Bang Jay terkekeh, "Kekuatan cinta Liv, memang udah another level."
Aku ikut terkekeh melihatnya. "Setuju sih,"
"Lu kapan nyusul Bang Belva, bang?" daripada berakhir dengan saling diam, aku memilih untuk melontarkan pertanyaan agar terjadi obrolan di antara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minis(try)
ChickLit"Akhirnya gue keterima magang, Bang!" Teriaku pada Bang Jeno, kakakku yang sampai sekarang belum bisa dibanggakan. Bang Jeno yang sedang bermain ponsel mendengkus, "Magang modal orang dalam aja bangga," "Ngakunya anti nepotisme, tapi mau magang aja...