Membuat kebiasaan memang lebih sulit dibandingkan dengan menghilangkan kebiasaan. Namun bukan berarti mengubah kebiasaan itu mudah, sebab otak dan hati juga sudah merekam kebiasaan-kebiasaan yang rutin dilakukan setiap waktunya.
Alarm ku kembali berbunyi. Ini adalah bunyi ketiga setelah dua bunyi sebelumnya aku matikan begitu saja. Ya, aku memang sengaja menyetel alarm sejam lebih cepat dari targetku bangun pagi agar kejadian-kejadian seperti ini tidak berdampak buruk pada jadwal yang sudah aku susun sejak semalam.
Aku melipat selimut yang aku pakai. Merapikan spray, menata bantal, guling, dan juga beberapa boneka yang menemaniku tidur setiap malam. Meski sudah dewasa, aku tetap terbiasa dengan tidur bersama berbagai macam bentuk boneka hewan yang aku punya.
"Ayo mulai kehidupan baru sebagai wanita karir, Liv." Aku bergumam pada diriku sendiri. Menyemangatinya yang hari ini mulai bekerja setelah mendapatkan izin dari semua orang.
Aku menggunakan sandal rumahan bergambar beruang. Mengambil handuk yang aku selampirkan di balkon kamar, lalu berjalan ke kamar mandi untuk bersiap. "Ayo mandi, Liv."
Aku adalah tipe perempuan yang malas mandi pagi jika tidak ada acara. Setelah berminggu-minggu aku mandi sesukanya, kini aku harus kembali ke kebiasaan mandi pagi karena harus pergi bekerja. Ya benar, sekarang seorang Olivia sudah bukan seorang pengangguran. Sudah menjadi wanita karir yang siap menjadi independen woman.
Aku memoles bibirku dengan lipstik berwarna nude. Ini adalah sentuhan terakhir untuk penampilanku hari ini, sebelum akhirnya mencangklong ransel berisi kamera dan melangkah ke luar kamar.
"Selamat pagi," sapaku ramah pada semua orang. Sudah ada mama, papa, dan juga Bang Jeno yang ada di meja makan.
"Pagi adek," jawab mama.
Aku menarik kursi dan duduk di sebelah Bang Jeno. Adapun mama duduk di seberang kami, sementara papa ada di sisi meja yang berbeda. "Hari ini mau diantar papa gak?"
"Nggak usah, pa." Jawabku sembari menggeleng. Aku tidak ingin memberikan kesan sebagai anak manja, jadi akan pergi ke studio menggunakan taksi saja. Aku tidak ingin terlihat mencolok, apalagi di lingkungan baru yang belum pernah aku injak sebelumnya.
"Oliv mau naik taksi aja."
"Beneran?"
Sembari menerima piring nasi yang diberikan mama, aku mengangguk. "Iya, pa."
"Atau mau bawa mobil aja?"
Lagi-lagi aku menggeleng. Aku sudah ada niatan pergi bekerja menggunakan mobil. Namun tentu tidak untuk sekarang. Mungkin setelah satu dua bulan, atau ketika sudah lelah menggunakan taksi maupun ojek online.
"Ya udah gapapa. Nanti kalau mau naik mobil, biar disiapkan."
"Oke, pa. Aman."
Aku melirik ke arah Bang Jeno yang sedari tadi diam. Tumben sekali abangku yang satu ini tidak banyak tingkah, hingga berhasil membuatku heran. "Bang," bisikku pelan. Membuat dia yang sedari tadi fokus dengan lamunannya menoleh. Mengernyitkan dahi tanda bertanya kenapa aku tiba-tiba memanggilnya.
"Lo kenapa?" tanyaku.
"Gue kenapa emang?" bukannya menjawab dia malah mempertanyakannya keadaannya sendiri. "Gapapa kok."
"Tumben diem,"
"Suka-suka." Jawabnya menyebalkan.
Aku memilih mengendikkan bahu. Meski sadar bahwa telah terjadi sesuatu, aku memilih untuk tidak membahasnya di sini. Selain karena kami sedang berada di meja makan, aku juga sudah tidak ada waktu lagi.
Begini ya ternyata jadi wanita karir.
Sibuk banget sampai gak ada waktu.***
"Lapor, Olivia tiba di tempat kerja dengan selamat."
"On time juga." Aku mengirim pap pada Mas Gama. Memberitahukan bahwa aku sudah sampai di studio dengan selamat dan juga tanpa terlambat.
"Semangat hari pertama kerja," balasnya. Membuatku tersenyum karena di tengah kesibukannya yang sedang dinas di luar kota, dengan fast respon dia membalas pesanku yang tidak terlalu penting.
"Siap, Pak."
"Bapak juga semangat kerjanya,"
"Kok bapak?"
"Kan sekarang ceritanya lagi laporan ke pak bos," aku menambahkan emoticon tertawa di belakangnya. Menandakan bahwa aku sedang rol play menjadi bawahannya di tempat kerja.
"Jangan nakal di tempat kerja ya."
"Kalau butuh apa-apa kabarin,"
Lagi-lagi aku tersenyum. Dia selalu menganggapku sebagai anak kecil, terbukti dari pesan balasan yang diberikan olehnya.
Gapapa, gue emang menggemaskan kaya anak kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/341357869-288-k879620.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Minis(try)
ChickLit"Akhirnya gue keterima magang, Bang!" Teriaku pada Bang Jeno, kakakku yang sampai sekarang belum bisa dibanggakan. Bang Jeno yang sedang bermain ponsel mendengkus, "Magang modal orang dalam aja bangga," "Ngakunya anti nepotisme, tapi mau magang aja...