Penerbangan dua jam lebih dari Jakarta ke Labuan Bajo hanya diisi dengan keterdiaman. Setelah insiden mengerikan akibat kegilaanku yang tak terkontrol, aku sudah tak punya muka untuk ditunjukkan pada Pak Gama. Makanya selama hampir tiga jam terakhir ini, aku hanya diam dan pura-pura tidur. Mengabaikan perasaan ingin menoleh ke samping, karena terlalu malu dengan apa yang baru saja terjadi.
Aku mengingat kejadian beberapa saat lalu. Bukannya menjawab pertanyaan yang diajukan Pak Gama, aku malah menggeleng dan memalingkan wajah karena terlalu malu. Kegilaanku tiba-tiba sembuh, di waktu yang kurang tepat.
Tiba-tiba aku tersadar dengan apa yang aku lakukan, kemudian tak punya cukup keberanian untuk melanjutkan. Lalu berakhir menghindar, seperti orang tolol yang kebingungan.
Aku tidak sanggup memberikan jawaban, karena pasti akan ada obrolan yang menjurus ke arah yang semakin personal. Bodoh banget sih lo, Liv!
"Liv, bangun. Udah sampe." Suara seseorang yang seperti bisikan terdengar di telingaku. Entah berapa lama aku pura-pura tidur, hingga tak sadar bahwa ternyata aku sudah tidur sungguhan.
Aku melenguh pelan. Mengerjapkan mata perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Lalu melakukan gerakan kecil-kecilan untuk menghilangkan rasa sedikit pegal yang terasa di seluruh badan.
"Udah sampe ya, bang?" sepertinya aku belum sadar sepenuhnya. Terbukti dari ingatanku yang justru mengingat bahwa orang yang duduk di sampingku adalah Bang Jeno.
"Abang?" gumam seseorang. Membuatku tersadar dan menoleh, lalu kemudian terkejut.
Ya Allah Oliv, hari ini lo kenapa sih!
"Maaf, Pak. Saya ingetnya saya duduk sama abang saya." Cepat-cepat aku mengonfirmasi kesalahan yang aku perbuat. Masalah sebelum tidur saja masih belum clear, ini malah aku menambahkannya dengan kesalahan kata ganti.
Pak Gama hanya mengangguk. Lalu melanjutkan kegiatannya untuk membereskan barang di saat aku bersiap-siap untuk turun.
Dengan penuh pertimbangan, aku akhirnya mengatakan sesuatu yang langsung membuatku kepikiran setelah sepenuhnya sadar. "Pak, saya mau minta tolong boleh?" tanyaku dengan hati-hati. Dengan segala tekad yang masih tersisa, aku memberanikan diri untuk memulai obrolan.
Pak Gama yang sedang memegang tabnya terhenti. Menaikkan alis, seolah mempersilahkan aku untuk mengutarakan permintaan tolong seperti apa yang diinginkan.
"Soal yang tadi ...." rasanya aku tidak sanggup untuk melanjutkan. Namun aku harus menebalkan muka, karena tak mungkin bisa terus menghindar dari obrolan absurd yang aku ciptakan sendiri. "Kayaknya tadi saya lagi banyak pikiran, Pak. Lupain aja ya,"
Tidak langsung menjawab, Pak Gama justru menatap lurus ke arahku. Membuatku khawatir dan over thinking tentang apakah ada belek yang ada di mataku hingga membuat fokusnya ke arah situ.
Secepat kilat, aku menggunakan kedua tanganku untuk membersihkan. Walaupun tidak ada kaca, menggunakan cara ini sepertinya akan efektif. "Maaf, Pak."
"Mata kamu bersih, Liv." Seolah tau dengan apa yang aku pikirkan, laki-laki di sebelahku berkata demikian. Membuatku bisa bernapas lega karena apa yang aku khawatirkan ternyata tidak benar. Tapi kenapa ya di situasi kaya gini aku masih bisa kepikiran dengan belek?
Belum sempat melanjutkan obrolan, suara seseorang menginterupsi kami. "Halo adikku tercinta ..." refleks aku mendengkus saat melihat orang yang berbicara. Abang laknat yang tega meninggalkanku dalam situasi genting hingga aku terjebak dan berbuat hal memalukan yang belum pernah aku lakukan sepanjang masa.
"Masih inget lo kalo punya adik?" jawabku sinis. Tidak peduli bahwa ada orang lain yang melihat interaksi kami.
Bukannya tersinggung, Bang Jeno malah tertawa. Membuatku semakin kesal dibuatnya. Lalu cepat-cepat berjalan dan meninggalkan dua orang laki-laki yang entah kenapa hari ini sangat menyebalkan. Namun saat belum terlalu jauh dari keduanya, lamat-lamat aku mendengar suara Pak Gama berbicara tentang kejutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minis(try)
Literatura Feminina"Akhirnya gue keterima magang, Bang!" Teriaku pada Bang Jeno, kakakku yang sampai sekarang belum bisa dibanggakan. Bang Jeno yang sedang bermain ponsel mendengkus, "Magang modal orang dalam aja bangga," "Ngakunya anti nepotisme, tapi mau magang aja...